Kamis, 01 Februari 2018
LAPORAN FISIKA KAIN
BAB I
PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan praktikum pengujian konstruksi kain untuk mengetahui konstruksi kain yang akan digunakan sebagai bahan pengujian yang merupakan kain tenun.
Tujuan
Mengetahui cara menghitung tetal kain
Mengetahui cara menghitung mengkeret benang pada kain
Mengetahui cara menghitung nomer benang kain yang digunakan
Mengetahui gambar anyaman kain yang digunakan
TEORI DASAR
2.1 Anyaman Kain Tenun
Anyaman kain tenun adalah silangan antara benang lusi dengan benang pakan sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain tenun dan biasanya digambarkan ke arah vertikal, sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar dengan lebar kain dan biasanya digambarkan ke arah horizontal.
Untuk menyatakan anyaman suatu kain tenun dapat dilakukan dengan cara :
Dengan menyebut nama anyaman
Nama anyaman beragam dari mulai anyaman dasar, yaitu anyaman polos (plain/plat), anyaman keper (twill) dan anyaman satin (satine). Anyaman lain adalah anyaman turunan dari anyaman dasar misalnya anyaman panama, anyaman keper runcing dan lain - lain.
Dengan gambar anyaman
Anyaman selain dinyatakan dengan nama anyaman juga dapat dinyatakan dengan gambar yang disebut gambar desain anyaman.
Penggambaran anyaman dapat dilakukan dengan cara :
Dengan gambar
Untuk menempatkan gambar anyaman diperlukan kertas desain, yang berupa kertas kotak-kotak, dengan ukuran sesuai dengan perbandingan tetal lusi dan tetal pakan. Kotak-kotak kearah vertikal mewakili benang-benang lusi dan ke arah horizontal mewakili benang pakan. Tiap kotak mewakili satu titik persilangan (persilangan satu helai benang lusi dengan satu helai benang pakan). Cara penggambaranya silangan sebagai berikut : jika benang lusi berada diatas benang pakan maka pada kotak tersebut diberi tanda silang atau diarsir, tetapi jika benang pakan berada diatas benang lusi maika kotak tersebut dbiarkan kosong.
Dengan tanda
Tanda tanda yang digunakan berupa angka diatas garis datar, angka dibawah garis datar, garis miring dan angka dibelakang garis miring. Angka diatas garis datar menunjukan efek lusi dan dibawah garis datar menunjukan efek pakan dengan cara pembacaan angka mulai dari angka paling kiri atas kemudian bawah dan seterusnya. Garis miring menunjukan arah dari pergeseran benang dan angka dibelakang garis miring merupakan angka loncat dari anyaman.
2.2 Nomor Benang
Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu.
Satuan-satuan yang biasa digunakan :
Tabel 6.1 Satuan Inggris
Satuan Berat Satuan Panjang
1 pound (lbs) = 16 ounces
7000 grains
453,6 gram 1 hank = 840 yard = 768 meter
1 lea = 120 yard
1 yard = 36 inch = 0,914 meter
1 inch = 2,54 cm
Tabel 6.2 Satuan Metrik
Satuan Berat Satuan Panjang
Kilogram (kg)
Gram (g)
Miligram (mg)
Dst. Kilometer
Meter
Centimeter
Milimeter, dst
Penomoran benang dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
Penomoran langsung
Penomoran langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada berat benang setiap panjang tertentu. Nomor benang langsung yaitu :
Nomor benang cara denier (TD)
Contoh :
TD = 1 berarti berat benang 1 gram setiap panjang benang 9000 meter
TD = 100 berarti berat benang 100 gram setiap panjang panjang benang 9000 meter
Nomor benang cara Tex
Contoh :
Tex = 1 berarti berat benang 1 gram setiap panjang benang 1000 meter
Tex = 100 berarti berat benang 100 gram setiap panjang benang 1000 meter
Nomor benang gintirnya dapat dihitung dengan rumus :
Nomor benang gintir (NG) = N1 + N2 + N3 +………….dst.
Penomoran tidak langsung
Penomoran benang tidak langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada panjang benang setiap berat tertentu. Nomor benang tidak langsung yaitu :
Penomoran cara Ingris (Ne1)
Contoh :
Ne1 = 1 berarti panjang benang 1 hank setiap berat benang 1 lbs
Ne1 = 20 berarti panjang benang 20 hank setiap berat benang 1 lbs
Penomoran cara Metrik
Contoh :
Ne1 = 1 berarti panjang benang 1 m setiap berat benang 1 g
Ne1 = 20 berarti panjang benang 20 m setiap berat benang 1 g
Nomor gintirtnya dapat dihitung dengan rumus :
Tabel 6.3 Rumus Cepat Untuk Menghitung Konversi Nomor Benang
Nomor Ne1 Nm TD Tex
Ne1 - 0,59 Nm 5315/TD 590/Tex
Nm 1,69 Ne1 - 9000/TD 1000/Tex
TD 5315/Ne1 9000/Nm - 9 Tex
Tex 590/Ne1 1000/Nm TD/9 -
2.3 Tetal Benang
Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap satuan panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inci. Ada beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu :
Dengan kaca pembesar
Dengan kaca penghitung secara bergeser
Dengan cara urai
Dengan proyektor
Dengan parallel line grating dan
Dengan taper line grating
2.4 Mengkeret benang
Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut dapat dilakukan dengan dua cara
Crimp
Adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb) menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang kain tenun.
Crimp © = x 100 %
Take Up
Adalah prosesntase perubahan panjang benang dari kedaan lurus (pb) menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjuang benang dalam keadaan lurus.
Take Up (T) = x 100 %
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Kaca pembesar
Gunting
Jarum
Kertas desain
Pinsil
Timbangan
Penggaris
Kain contoh uji ukuran (10 x 10) cm
LANGKAH KERJA
Menimbang kain ukuran (10x10) cm
Menghitung tetal kain baik arah lusi maupun pakan
Meniras tepi kain arah lusi dan pakan sebanyak 10 helai untuk lusi dan 10 helai untuk pakan
Menimbang 10 helai benang lusi dan pakan tersebut
Mengukur masing – masing helaian benang
Mencatat data dan merata-ratakan data yang ada
Menghitung tetal dan panjang benang
Menghitung mengkeret benang
Menghitung nomor benang
DATA DAN PERHITUNGAN
Tabel 6.4 Tetal Kain dan Panjang Benang Setelah Pengukuran
Pengujian Tetal kain (helai/inchi) Panjang Benang Setelah Pengukuran
Lusi Pakan Lusi Pakan
1 119 74 20,6 20,2 20,6 20,5
2 120 75 20,6 20,2 20,6 20,5
3 121 76 20,6 20,2 20,6 20,4
4 20,3 20,2 20,6 20,4
5 20,3 20,2 20,6 20,4
6 20,3 20,2 20,6 20,3
7 20,4 20,5 20,5 20,3
8 20,4 20,5 20,5 20,3
9 20,4 20,5 20,5 20,2
10 20,2 20,1 20,5 20,5
∑ 360 225 406,8 cm = 4,068 m 409,4 cm = 4,094 m
Rata – rata 120 75 20,34 20,47
47,24hl/cm 29,53 hl/cm
Tabel 6.5 Berat Benang Pada Kain
Berat kain (20x20) cm (g) Berat 20 benang lusi (g) Berat 20 Benang Pakan (g)
4,288 0,062 0,060
Gambar 6.1 Anyaman Kain (Anyaman Polos)
PERHITUNGAN :
LUSI
Mengkeret Lusi
Mengkeret ="Pb-Pk" /"Pb" x 100 %
="20,24 - 120" /"20,24" x 100 %
= 1,67 %
Nomor Benang Lusi
Nm = "Panjang (m)" /"Berat (g)"
= "4,068 m" /"0,062g"
= 65,61
Ne = Nm x 0,59
= 65,61 x 0,59
= 38,75
Tex = "Berat (g)" /"Panjang (m)" x 1000
= "0,062 g" /"4,068 m" x 1000
= 15,24
PAKAN
Mengkeret Pakan
Mengkeret ="Pb-Pk" /"Pb" x 100 %
="20,47- 20" /"20,47" x 100 %
= 2,296 %
Nomor Benang Pakan
Nm = "Panjang (m)" /"Berat (g)"
= "4,094 m" /"0,060 g"
= 68,23
Ne = Nm x 0,59
= 68,23 x 0,59
= 40,26
Tex = "Berat (g)" /"Panjang (m)" x 1000
= "0,060 g" /"4,094 m" x 1000
= 14,66
GRAMASI KAIN :
Berat kain/m2 = "100 cm " ("P" )"×100 cm (L)" /"20 cm " ("P" )"×20 cm (L)" x Berat Contoh (gram)
"100 cm " ("P" )"×100 cm (L)" /"20 cm " ("P" )"×20 cm (L)" = x 4,288 = 107,29 g/m2
Dengan perhitungan teoritis :
Berat benang lusi g/m2 teoritis
"Tetal lusi (hl/cm) × 100 (P) × (100/100 – Mengkeret lusi) × 100 (L)" /"Nm Lusi × 100" = "47,24 (hl/cm) × 100 (P) × (100/100 – 1,67) × 100 (L)" /"65,61 × 100" = 73,22 g/m2
Berat benang pakan g/m2 teoritis
"Tetal pakan (hl/cm) × 100 (P) × (100/100 – Mengkeret pakan) × 100 (L)" /"Nm Pakan × 100" = "29,53 (hl/cm) × 100 (P) × (100/100 – 2,296) × 100 (L)" /"68,23 × 100" = 44,29 g/m2
Berat kain g/m2 = 73,22 + 44,29 = 117,51 g/m2
Selisih berat = "117,51-107,29" /"117,51" x 100 % = 8,19 %
Cover Vactor
Cw : nw x dϴ Cf : nf x df
: nw x 1/(28 √38,75) : nf x 1/(28 √40,76)
: 120 x 1/(28 √38,75) : 75 x 1/(28 √40,76)
: 0,69 : 0,0056
Cover Factor : ((Cw +Cf) - (Cw x Cf)) x 100%
: ((0,69 + 0,0056) – (0,69 + 0,0056)) x 100%
: 69,17 %
DISKUSI
Dalam praktikum mengenai kontruksi kain dilakukan dekomposisi, Pada saat dekomposisi kain anyaman sendiri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dikarenakan sangat berpengaruh pada hasil dari praktikum kali ini, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dan didiskusikan :
Pada saat menimbang kain contoh, terlebih dahulu harus benar-benar disiapkan contoh uji dengan bentuk ukuran standar pengujian dengan baik, karena hal tersebut salah satu yang mempengaruhi selisih pada hasil pengujian.
Selisih berat dari penimbangan dan perhitungan yang diperoleh praktikan pada praktikum ini sebanyak 8,69 %. Sedangkan seharusnya selisih berat maksimal hanya 5%. Hal ini terjadi karena kekurang telitian praktikan saat menentukan tetal lusi dan tetal pakan, mengukur pajang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan, berat saat menimbang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan. Maka untuk mendapatkan selisih yang baik dari anyaman harus lebih pasti dalam mengukur panjang dan menimbang, agar selisih yang diiinginkan dapat tercapai..
Pada saat pemotongan kain contoh 20 x 20 cm sebisa mungkin sebelumnya kita menguraikan lusi dan pakannya sehingga mendekati ukuran 20 x 20 cm, misal 20,5 x 20,5 setelah itu diberi batasan dengan ukuran 20 x 20 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai sampai mendapatkan kain dengan ukuran 20 x20 cm. Setelah itu sisa-sisa benang lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan pemotongan kain contoh ( kain contoh terlalu kecil, misalnya ).
KESIMPULAN
Data hasil Pengujian :
Tetal Lusi = 47,24 helai/cm
Panjang 20 Helai lusi = 406,8 cm
Berat 20 Helai Lusi = 0,062 g
Mengkeret Lusi = 1,67 %
Nomor Benang Lusi
Nm = 65,61
Ne = 38,75
Tex = 15,24 Tetal Pakan =29,53 helai/cm
Panjang 20 Helai pakan = 409,4 cm
Berat 20 Helai pakan = 0,060 g
Mengkeret pakan = 42,296 %
Nomor Benang pakan
Nm = 68,23
Ne = 40,26
Tex = 14,66
VI. LAMPIRAN
BAB II
PENGUJIAN DIMENSI DAN BERAT KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian dimensi dan berat kain
Tujuan
Memiliki kemampuan menghitunng panjang dan lebar kain
Memiliki kemampuan menghitung tebal kain
Memiliki kemampuan menghitung berat kain
TEORI DASAR
Dimensi kain adalah ukuran panjang, lebar dan tebal kain. Panjang kain adalah jarak antara ujung kain yang satu dengan ujung lainnya, yang diukur searah dengan lusi pada kain tenun atau wale pada kain rajut dimana kain tidak dalam keadaanterlipat dan rata serta keadaan tidak tegang. Lebar kain adalah jarak antara pinggir kain yang satu dengan pinggir kain yang lainnya,, yang diukur searah dengan pakan kainn tenun dan course pada kain rajut dimana kain dalam keadaan tidak terlipat dan rata serta dalan keadaan tidak diregang. Untuk kain shuttleles loom pengukuran lebar kain dilakukan antara lusi paling pinggir kelusi paling pinggir lainnya, sedangkan untuk kain rajut bundar pengukuran lebar kain dilakukan antara pinggir kain terlipat tegak lurus ke pinggir kain lainnya dikali dua. Tebal kain adalah jarak antara dua permukaan kain yang berbeda.
Berat kain adalah berat untuk satu satuan luas tertentu atau berat untuk satu satuan tertentu dari kain, yang diinyatakan dalam gram per meter persegi, gram per meter dan lain-lain. Tekanan adalah gaya yang dibeban kain pada suatu permukaankain per unit luas yang dinyatakan dalam kg/cm2 atau Kpa
Dalam praktek dilapangan kain dirajut atau dibeli dalam panjang atau berat. Unit-unit panjang biasanya dalam bentuk potongan atau pieces yang panjangnya macam-macam ada 30 yard, 50 yard, 100 yard, 120 yard. Dalam berat kain biasanya dinyatakan dalam berat tiap yard atau dengan lebar tertentu atau dalam berat tiap yard persegi atau per meter persegi.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Kain contoh uji
Meja rata dengan panjang minimal 3 meter dan lebar minimal seleber kain
Penggaris dengan ketelitian dalam milimeter
Jarum untuk penanda
Alat pengukur tebal kain
LANGKAH KERJA
3.2.1 Pengukuran Lebar kain
Letakkan bahan uji diatas meja
Ukur panjang dan lebar kain dengan penggaris
Lakukan pengukuran sampai seluruh lebar kain dengan cara yang sama
3.2.2 Pengukuran Tebal Kain
1. Letakkan kain rata tanpa tegangan pada landasan alat
2. Turunkankan kaki penekan pelan-pelan (jangan dilepas) danyang terletak pada kain selama sepuluh detik
3. Baca jarum penunjuk sekala
3.2.3 Pengukurann Berat kain
1. Potong kain dengan ukuran 20 x 20
2. Timbang beratnya
3. Hitung berat per meter persegi
DATA DAN PERHITUNGAN
3.3.1 Lebar kain
Tabel 7.2 Hasil Pengujian Lebar Kain
Pengujian Lebar Kain (cm) (xi-x)2
1 114,1 0,01
2 114 0
3 113,9 0,01
∑ 342 0,02
x 114
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(342/"3-1" )
= 13,08
Koefisien variasi (CV)= "SD" /"x" ̅ x 100%
= "13,08" /"114" x 100%
= 11,47 %
3.3.2 Tebal kain
Tabel 7.2 Hasil Pengujian Tebal Kain
Pengujian Tebal Kain (mm) (xi-x)2
1 0,22 0
2 0,22 0
3 0,22 0
∑ 0,66 0
x 0,22
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(0/"3-1" )
= 0
Koefisien variasi (CV)= "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0" /"0,22" x 100%
= 0 %
3.3.1 Berat kain
Berat kain : 4,288 gram
Berat kain/m2 : Berat contoh x (ukuran per m2)/(ukuran sampel)
: 4,288 x (100 x 100)/(20 x 20)
: 107,2 g/m2
Berat kain/m linier : Berat contoh x (ukuran x lebar kain)/(ukuran sampel)
: 4,288 x (100 x 114)/(20 x 20)
:122,208 g/m linier
DISKUSI
4.1.1 Lebar Kain
Dalam pengujian lebar kain hal yang pasti diperhatikan adalah tempat pengukuran lebar kain, karena pada dasarnya landasan yang baik untuk mengukur lebar kain akan mempengaruhi hasil uji nanti, selain itu juga penguji juga harus menjaga bentuk kain padasaat mengukur agar data yang didapat akurat
4.1.2 Tebal Kain
Dalam pengujian tebal kain ini harus dilakukan pada tempat yang berbeda, fungsinya untuk mendapatkan kerataan tebal dari kenampakan kain
4.1.3 Berat Kain
Dalam pengujian berat kain, terlebih dahulu harusnya kain distandarisasikan dulu, agar pada saat penimbangan hasilnya meyakinkan.
KESIMPULAN
5.1.1 Lebar Kain
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Rata-rata lebar kain = 1140C
SD = 13,08
CV = 11,47 %
CV yang besar menandakan adanya selisih pada hasil uji, hal tersebut mungkin disebabkan karena kekurangakuratan penguji saat mengukur lebar kain
5.1.2 Tebal Kain
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Rata-rata tebal kain = 0,22
SD = 0
CV = 0 %
Pada praktikum kali ini data sangat reliabel artinya sangat akurat, dari segi data tidak ada selisih, yang artinya data bisa dibilang valid
5.1.2 Berat Kain
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Berat kain = 4,288 gram
Berat gr/m2 = 107,2 gram/m2
Berat gr/m linier = 122,208 gram/meter linier
Pada praktikum kali ini data sangat reliabel artinya sangat akurat, dari segi data tidak ada selisih, yang artinya data bisa dibilang valid.
BAB III
PENGUJIAN KEMAMPUAN KEMBALI DARI KEKUSUTAN (TAHAN KUSUT)
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian kemampuan kembali dari kekusutan atau tahan kusut kain
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian kemampuan tahan kusut
Mengetahui cara pengujian tahan kusut kain
Mengetahui alat penguji tahan kusut dan penggunaannya
TEORI DASAR
Ada dua istilah yang biasa digunakan dalam masalah ini, yaitu ketahanan terhadap kekusutan (crease resistance) dan kemampuan kembali dari kekusutan (crease recovery). Kalau suatu barang tekstil jelek crease resistancenya, maka jelek pula rease recoverynya, atau dengan perkataan lain, kain tersebut mudah kusut.
Masalah ini penting karena menyangkut juga masalah kenampakan/keindahan suatu kain. Ada macam-macam alat yang dapat dpakai untuk menentukan terhadap kekusutan ini. Dalam praktikum kali ini alat yang digunakan adalah AATC dan Shirley crease recovery tester.
Sebenarnya kedua alat hampir sama secara fungsional, alat Shirley crease recovery tester sendiri seperti terlihat pada gambar dibawah ini terdiri dari sebuah piringan busur derajat yang dapat diputar porosnya. Tepat pada sudut 00 dipasang penjepit dimana ujung penjepit tersebut berjarak 0,2 cm dari poros piringan. Tepat dibawah poros piringan, pada kedudukan terdapat lempeng penunjuk. Disamping itu terdapat pula garis penunjuk untuk menunjukkan sudut yang dibaca pada skala. Disamping alat tersebut diperlukan beban 800 gram/cm yang menggunakan alat pemberat seperti capit, stop-watch, dan ruang udara standard. Untuk AATC yang membedakan pada beban yang digunakan yaitu pada beban 500 gram/cm.
Contoh dipotong dengan lebar tidak boleh kurang dari 0,4 inch (1 cm) dan tidak boleh lebih dari 1 inch (2,5 cm). Panjang contoh dua kali dari lebarnya. Kemudian contoh dikondisikan dalam ruang standard. Siapkan alat pengukur crease recovery agar setimbang.
Tabel 7.1 Standar Sudut Lipatan
Standar Sudut Lipatan
135 Baik Sekali
125 – 135 Baik
115 – 125 Cukup
115 Kurang
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Kain contoh uji dengan ukuran 1,5 cm 4 cm
Gunting, Stopwatch
Beban seberat 500 gram
Peralatan Shirley Crease Recovery Tester
Gambar 7.1 Shirley Crease Recovery Tester
Gambar 7.2 Beban Gambar 7.3 Penjepit
LANGKAH KERJA
Melipat contoh uji menjadi dua bagian kearah panjang, kemudian meletakkan dibawah beban seberat 500 gram dan diamkan selama 5 menit.
Setelah 5 menit, mengambil salah satu ujung contoh uji kemudian ujung lainnya memasukkan pada penjepit yang ada pada alat. Dengan posisi bagian lipatan menempel tepat pada ujung penjepit dan ujung lainnya yang menjuntai segaris dengan garis penunjuk horizontal, mendiamkan selama 5 menit
Setelah 5 menit contoh uji yang menjuntai diatur kembali posisinya agar segaris dengan garis penunjuk horizontal, membaca sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur derajat.
Melakukan pengujian untuk pengujian arah muka dan belakang kain pada contoh uji yang berbeda
DATA DAN PERHITUNGAN
Tabel 7.2 Hasil Pengujian Tahan Kusut Arah Lusi
Pengujian Sudut Kusut depan (o) Sudut kusut belakang (0)
1 150o 154o
2 150o 144o
"x" ̅ = 150o "x" ̅=149o
Selisih : 150o-149o = 1o
Karena selisih < 15o, maka kemampuan kain untuk kembali dari kekusutan pada arah lusi : (150+150+154+144)/4=149,5o (Baik Sekali)
Tabel 7.3 Hasil Pengujian Tahan Kusut Arah Pakan
Pengujian Sudut Kusut depan (o) Sudut kusut belakang (0)
1 133o 135o
2 133o 130o
"x" ̅ = 133o "x" ̅=132,5o
Selisih : 133o-132,5o = 0,5o
Karena selisih < 15o, maka kemampuan kain untuk kembali dari kekusutan pada arah lusi : (133+133+135+130)/4=132,75 (Baik)
DISKUSI
Dalam pengujian tahan kusut ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan kain yang diuji untuk kembali seperti semula setelah dilakukan pelipatan (kusut).
Pengujian dilakukan untuk kain dengan arah lusi dan pakan. Dibedakan menjadi arah lusi dan arah pakan karena sifat benang lusi dan pakan kain terkadang berbeda untuk benang lusi dan pakan. Apabila hanya dlakukan satu arah, penggunaan kain secara tepat tidak diketahui.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Persiapan Contoh Uji
sebelum dikakukan pengujian terlebih dahulu dipersiapkan contoh uji yang sesuai dengan alat percobaan, pembuatan contoh ujipun harus benar diperhatikan, karena ada persyaratan tersendiri dari contoh uji yang akan diujikan, yaitu meliputi ukuran, arah, dan permukaannya, semakin baik persiapnnya semakin baik dan meyakinkan hasilnya.
Kondisi alat yang digunakan
Pada percobaan, suatu alat sangat berpengaruh dalam menentukan hasil pengujian¸ semakin bagus suatu alat yang digunakan, hasil yang didapatkanpun akan valid dan reliable. Pada pengujian ini menggunakan alat Shirley Crease Recovery Test, agar hasil yang diingkan tercapai alangkah lebih baiknya terlebih dahulu dicek semua komponen alat seperti skala, karena terkadang ada yang tidak sesuai dengan kedudukannya, kemudian penggeser penunjuk skala karena ada kemungkinan tidak tepatnya dalam menunjukkan skalanya
Waktu Pengujian
Dalam setiap pengujian ada standarisai dalam komponen waktu, dimana waktu ini merupakan salah satu hal penting dalam menentukan hasil pengujian, tidak boleh kurang maupun lebih waktu pengujiannya, Karena akan berpengaruh pada sudut lipatan kain yang dihasilkan, misal waktu pembebanan terlalu lama, sudut yang terbentuk akan semakin kecil. Begitu pula saat didiamkan sebelum pengukuran skala sudut melebihi waktu yang ditentukan, sudut yang terbentuk akan semakin besar dari keadaan sebenarnya. Sehingga hasil pengujian tidak sesuai dengan keadaan kain sebenarnya
Beban yang digunakan
Pembebanan harus dilakukan sesuai dengan alat.nya, misal yang digunakan AATC makan bebannya 500 gram dan Shirley crease recovery test 800 gram, pembebanpun harus dilakukan pada tempat atau pointerinti dari kain yang diujikan, agar hasilnyapun meyakinkan
Proses Pengujian
Mengenai proses pengujian, pembacaan skala harus dilakukan dari depan dengan posisi mata lurus dengan penunjuk skala yang ada. Hal ini bertujuan agar hasil yang dibaca benar tidak terpengaruh oleh sudut pembacaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Rata-rata kemampuan kembali dari kekusutan lusi depan = 1500C
Rata-rata kemampuan kembali dari kekusutan lusi belakang = 1490C
Rata-rata kemampuan kembali dari kekusutan pakan depan = 1330C
Rata-rata kemampuan kembali dari kekusutan pakan belakang = 132,50C
Dilihat dari hasil pengujian yang ada, hasil pengujian tahan kusut untuk kain arah lusi dan pakan tidak jauh berbeda. Hal ini menandakan bahwa tahan kusut (kemampuan kembali dari kekusutan) kain antara lusi dan pakan hampir sama.
Berhung selisih <15o, maka x kemampuan kain untuk kembali dari kekusutan pada :
Arah lusi : 149,5, berdasar tabel standar sudut, karena > 135, maka tergolong baik sekali
Arah pakan : 149,5, berdasar tabel standar sudut, karena diantara 125o-135o, maka tergolong baik
LAMPIRAN
Kain Hasil Pengujian
Kain Contoh Uji Arah Lusi
Kain Contoh Uji Arah Pakan
BAB IV
PENGUJIAN KETAHANAN GOSOK KAIN DAN PILLING KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian ketahanan gosok kain dan pilling kain untuk mengetahui tahan gosok kain yang diuji
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian ketahanan gosok kain dan pilling kain
Mengetahui cara pengujian ketahanan gosok kain dan pilling kain
Mengetahui alat pengujian ketahanan gosok kain dan pilling kain dan penggunaannya
TEORI DASAR
Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa dipakai lagi, karena suatu sifat penting telah rusak. Misalnya karena warna sudah berubah, mengkeret atau cembung pada siku atau lutut. Keawetan kain tenda misalnya ditentukan oleh daya tembus air, keawetan kain kanvas atau kain sepatu benar benar ditentukan oleh keusangan. Jadi keawetan tidak diuji dan ia tergantung dari lamanya dipakai atau jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan kain karena serat-seratnya putus atau lepas. Dalam hal-hal tertentu, misalnya kain belt keawetan dan keusangan mungkin sama, tetapi dalam banyak hal lainnya berbeda. Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macam-macam faktor terhadap keusangan.
Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adanya “pills”, yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok dipermukaan kain yang menyebakan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena kekusutan serat –serat lepas yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan.
Faktor-faktor yang menyebabkan keausan :
Gaya gaya yang langsung pada kain, ini bisa terjadi pada keadaan tidak normal.
Pengaruh tumbukan, ini penting pada alas lantai seperti permadani.
Tekukan atau friksi antar serat-dengan serat dan atara-benang dengan benang, karena kain sering tertekuk.
Gosokan, friksi antar kain dengan kain, friksi antar kain dengan benda lain dan friksi antar serat dengan kotoran, ini menyebabkan putus serat.
Berdasarkan uraian diatas, faktor gosokan dalam banyak hal merupakan faktor penting yang berhubungan dengan keusangan. Pengujian ketahanan gosokan kain hanya merupakan pengujian yang sederhana terhadap mutu kain. Jadi harus diingat bahwa gosokan bukan hanya satu-satunya factor yang mempengaruhi keusangan dan keawetan.
J.E. Booth menggolongkan gosokan menjadi beberapa bagian, yaitu :
Gosokan datar (pane or plate abration), yaitu penggosokan pada permukaan datar dari contoh.
Gosokan pinggir (Edge abration), yaitu gosokan yang terjadi pada leher atau lipatan kain.
Gosokan tekuk (Flex abration), yaitu gosokan yang disertai dengan tekukan dan lengkungan.
Pembagian diatas hanya pembagian yang kasar saja karena sesungguhnya banyak dijumpai pula gosokan campuran yang rumit.
Pengujian ketahanan gosokan kain dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan kain menahan gosokan yang berputar dengan tekanan tertentu. Ada beberapa hal penting yang mempengaruhi hasil pengujian ketahanan gosokan kain, yaitu :
Kedaan contoh, jika tidak ditentukan lain maka keadaan contoh harus dikondisikan dalam kondisi standar pengujian.
Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan, apakah menggunakan gosokan datar, tekanan dan lain-lain.
Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja, memutar atau macam-macam gerakan.
Arah gerakan, arah gerakan apakah searah lusi, pakan atau membentuk sudut terhadap lusi dan pakan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian ketahanan gosokan kain, yaitu :
Pemilihan bahan penggosok, Kain penggosok bisa berupa kain itu sendiri, kain standar (kanvas atau wool), baja, silicon carbide, kain amplas atau kertas amplas. Masing-masing penggosok mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya jika kain penggosok adalah kain contoh itu sendiri, proses penggosokan memrlukan waktu lama dan hasil pengujiannya tidak bisa dibandingkan.
Pelapis contoh, kain pelapis contoh mempengaruhi hasil pengujian.
Kebersihan alat daerah yang digosok harus bersih dari kotoran, karena akan mempengaruhi hasil gosokan, misalnya serat yang tinggal di daerah gosokan.
Tegangan contoh, tegangan harus distandarkan sehingga hasilnya sesuai dengan standar.
Tekanan antara penggososok dengan contoh, tekanan sangat berpengaruh terhadap lamanya penggosokan, karena itu harus distandarisasi.
Beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan, yaitu :
Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok.
Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh putus.
Kehilangan berat setelah penggosokan.
Perubahan tebal kain.
Kehilangan kekuatan kain.
Perubahan sifat-sifat lain misalnya daya tembus udara, kilau dan lain-lain.
Pengujian mikroskopis mengenai kerusakan benang atau serat pada kain.
Pilling kain telah lama dianggap sebagai cacat terutama pada kain kian rajut, karena benang rajut dibuat dari benang-benang rendah twist. Pilling ini akan lebih parah lagi jika timbul pada serat buatan. Kalau pada kain wool pills mudah dihilangkan, sedangkan pada kain-kain dari serat buatan pills ini sangat susah dihilangkan, melekat dengan kuat pada kain dan bertambah besar sehingga memperburuk penampilan dari kain.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
1 PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN
Alat uji tahan gosok : Martindale wear & abrasian wear
Thickness tester
Neraca teknis
Kain contoh uji
Gambar 8.1 Alat Uji Tahan Gosok Martindale Wear & Abrasian Wear
2 PENGUJIAN PILLIING KAIN
Kain contoh uji
Alat uji tahan gosok : IC Pilling & Snagging Tester
Gambar 8.1 Alat Uji IC Pilling & Snagging Tester
LANGKAH KERJA
1 PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN
Mempersiapkan contoh uji dan alat uji tahan gosok.
Membuat sketsa lingkaran pada kain contoh uji dengan diameter 4 cm sebanyak 2 buah lalu dipotong.
Menimbang kedua contoh uji pada neraca teknis
Mengukur ketebalan contoh uji
Susun kain dengan alat dibawah seperti berikut dengan beberapa lapisan
Kemudian tutup dengan beban
Menjadikan nol counter penghitung beberapa kali gosokan.kemudian contoh uji dipasang ke mesin dan siap dijalankan.
Sesudah digosok lalu berat dan ketebalan contoh uji dihitung kembali
2 PENGUJIAN PILLING KAIN
Mempersiapkan contoh uji (5x5) inch, dijahit
Bagian jahitan ditaruh didalam kemudian, masukkan kedalam tabung besi dengan ujung runcing diatasnya.
Melipas tabung karet untuk memudahkan masuk kedalam tabung besi yang dilapisi contoh uji.
Setelah dimasukkan kedalam tabung besi, ambil tabung besi dengan meninggalkan kain diatas tabung karet.
Masukkan kedalam mesin pilling & snagging tester
Atur mesin dengan jumlah putaran 3000, dan mesin akan berhenti setelah selesai.
Setelah selesai buka mesin dan ambil contoh uji dan sesuaikan grade yang ada pada kain setelah diuji dimesin.
DATA DAN PERHITUNGAN
1 PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN
Data I :
Tabel 8.1 Hasil Pengujian Tahan Gosok
Pengujian Kain 1 2 3 ∑ "x" ̅
Tebal Awal (mm) 0,22 0,22 0,22 0,66 0,22
Tebal Akhir (mm) 0,26 0,26 0,25 0,77 0,256,
Berat Awal (g) 0,159 0,159 0,159
Berat Akhir (g) 0,158 0,158 0,158
Data II :
Tabel 8.1 Hasil Pengujian Tahan Gosok
Pengujian Kain 1 2 3 ∑ "x" ̅
Tebal Awal (mm) 0,218 0,218 0,218 0,654 0,218
Tebal Akhir (mm) 0,24 0,245 0,25 0,735 0,245
Berat Awal (g) 0,158 0,158 0,158
Berat Akhir (g) 0,157 0,157 0,157
Perhitungan :
Persentase Pengurangan Berat
Data I
= "x Berat akhir – x Berat awal" /"x Berat awal" x 100 %
= "0,158-0,159" /"0,159" x 100 %
=63 % Data II
= "x Berat akhir – x Berat awal" /"x Berat awal" x 100 %
= "0,157-0,158" /"0,158" x 100 %
=63 %
x = "Data I – Data II" /"2" = "0,63% - 0,63%" /"2" =0,63 %
Persentase Penambahan Ketebalan Kain
Data I
= "x Tebal akhir – x Tebal awal" /"x Tebal awal" x 100 %
= "0,256-0,22" /"0,22" x 100 %
=16,36 % Data II
= "x Tebal akhir – x Tebal awal" /"x TEbal awal" x 100 %
= "0,245-0,218" /"0,218" x 100 %
=12,38 %
x = "Data I – Data II" /"2" = "16,36% - 12,38%" /"2" =14,37 %
2 PENGUJIAN PILLING KAIN
Tabel Hasil Penilaian Grade Kain
No. Grade
1. 4
2. 3
3. 4
4. 3
5. 3
6. 3
7. 3
DISKUSI
4.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN
Pada pengujian kali ini tidak melibatkan arah lusi maupun arah pakan, Berbeda dengan pengujian sebelumnya, pengujian tahan gosok ini tidak dilakukan untuk arah lusi maupun pakan tetapi dilakukan terhadap kain dengan lusi dan pakan yang berbeda dengan bentuk kain lingkaran sesuai dengan alat yang digunakan.
Hal yang harus menjadi perhatian pada pengujian ini adalah pemasangan contoh uji pada alat dan peletakannya untuk dilakukan penggosokan. Diusahakan pada saat pemasangan harus rata untuk setiap tepi dengan tujuan agar proses penggosokan tepat berada ditengah, paling tidak terletak rata pada alat. karena apabila tidak rata atau maka ada kemungkinan tepi kain lepas yang berakibat penggosokan tidak maksimal. Selain itu, pemasangan yang tidak rata akan menyebabkan terjadi slip. Adanya tebal kain yang bertambah disebabkan kain yang telah mengalami penggosokan akan berbulu. Bulu yang timbul ini merupakan akibat dari gesekan saat proses berlangsung.
Berkurangnya berat pada kain disebabkan setelah penggosokan terdapat benang yang terkikis. Sehingga secara otomatis akan mengurangi berat kain contoh uji. Selain itu, terdapat berat kain yang tetap. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh tidak maksimalnya proses penggosokan atau terdapat kotoran yang menempel pada kain contoh uji. Menempelnya kotoran pada kain contoh uji dapat menyebabkan berat kain akan bertambah setelah dilakukan penggosongan.
4.1.2 PENGUJIAN PILLING KAIN
Pada pengujian kali ini sama seperti uji gosok, tidak melibatkan arah lusi maupun arah pakan, Berbeda dengan pengujian tahan gosok, contoh uji yang sebelumnya lingkaran kecil, sekarang dalam bentuk persegi yang dilipat dan dijahit.
Hal yang harus menjadi perhatian pada pengujian ini adalah
Persiapan Bahan Uji
Karena sebelum digunakan pasang, bahn uji harus dijahit dulu, pada saat dijahit harus benar dan tepat dalam posisi jahit yang sudah ditetapkan, jangan ada yng serong, karena ada dua kemungkinan apabila ada yang salah dengan jahitan, apabila terlalu longgar hasil jahitan maka bahan akan kurang tegang dan mudah lepas, apabila terlalu kecil maka akan susah dimasukkan ke dalam tabung karet.
Pemasangan contoh uji
Bahan uji harus benar-benar berada ditengah dari tabung karet, dikarenakan agar bahan tetap dalam kondisi tegang sama rata untuk diolah dimesin, sehingga hasilnya pun meyakinkan.
Pemberian Grade
Pemberian grade tidak bisa dilihat dalam satu orang, karena pada dasarnya penilaian tiap orang berbeda-beda, maka dari itu penilaian dilakukan oleh beberapa orang, baru dapat diambil keputusan dari suara terbanyak.
KESIMPULAN
5.1.1 PENGUJIANKEKUATAN GOSOK KAIN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pada berat terjadi pengurangan sebesar 0,63 %
Pada tebal terjadi penambahan sebesar 14,37 %
5.1.2 PENGUJIAN PILLING KAIN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Kain yang diuji setelah dinilai oleh 7 orang dan diambil suara terbanyak, maka bahan uji termasuk dalam grade 3,
LAMPIRAN
6.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN
Kain Hasil Pengujian
Sampel Kain Pengujian
6.1.2 PENGUJIAN PILLING KAIN
Kain Hasil Pengujian
Sampel Kain Pengujian
BAB V
PENGUJIAN KEKAKUAN KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian kekakuan kain untuk mengetahui kekakuan kain yang diuji
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian kekuatan kain
Mengetahui cara pengujian kekakuan kain
Mengetahui alar pengujian kekakuan kain dan penggunaannya
TEORI DASAR
Kekakuan lentur adalah besarnya momen pada ujung kain dengan lebar kain tertentu membentuk lengkungan tertentu.Dibawah ini adalah gambar sebuah alat untuk pengujian kekakuan kain yaitu “Shiley” Stiffness tester.
Menentukan kekakuan kain dengan “Shirley” stiffness tester prinsipnya sebagai berikut :
Pita kain contoh yang berukuran 20 cm x 2,5 cm disangga oleh bidang datar yang bertepi. Pita tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita bergantung / melengkung karena beratnya sendiri. Kalau pita itu sudah melengkung sedemikian, hingga ujungnya tepat sampai pada bidang yang miring dengan sudut 41,50 terhadap bidang datar tadi, maka dari panjang kain yang menggantung dan sudut dapat diperhitungkan parameter-parameter berikut.
Blending Length, C
Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu pemanjangan tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menentukan mutu Draping.
Flexual rigidity, G
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abbott menyarankan bahwa nilai flexural rigidity yang ditentukan dengan alat menunjukkan hubungan baik dengan penentuan kekakuan yang dilakukan oleh orang.
Blending Modulus, Q
Nilai ini tergantung daripada luas pita dan bias dianggap sebagai “kekakuan yang sebenarnya”. Nilai ini bisa dipakai untuk membandingkan kekakuan bahan pada kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tetal kain diukur dengan tekanan 1 lb/m2.
Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah contoh uji kain dengan ukuran 20 X 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar bertepi. Pita kain tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita melengkung karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada bidang yang miring dengan sudut 41,5 derajat terhadap bidang datar, maka dari panjang kain yang menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan parameter-parameter :
Bending Length ( C )
Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu pemanjang tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menetukan mutu draping.
Flexural Regidity (G)
Adalah ukuran kekakuan yang diasosiasikan dengan pegangan. Abott menyarankan bahwa nilai Flexural Regidity yang ditentukan dengan alat menunjukan hubungan yang baik dengan penentuan kekakuan yang dilakukan oleh orang.
Bending Modulus (Q)
Nilai ini tergantung pada luas pita dan bisa dianggap sebagai kekakuan yang sebenarnya. Nilai ini bisa dipakai untuk mebandingkan kekakuan bahan pada kain dengan tebal yang berbeda-beda. Tebal kain diukur dengan tekanan 1 lbs/inci2.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Shirley stiffness tester
Kain contoh uji ukuran 2,5 cm x 20 cm
Gambar 9.1 Shirley stiffness tester
LANGKAH KERJA
Mempersiapkan Alat sedemikian rupa sehingga skala nol terletak di depan penguji
Meletakan contoh uji pada bidang datar P dari alat dengan salah satu ujungnya berimpit dengan tepi depan bidang datar P.
meletakkan penggeser S pada contoh uji sehingga skala menunjukan angka nol.
mendorong penggeser S kedepan sehingga contoh uji menjulur keluar dari tepi depan bidang datar P dan melengkung kebawah karena beratnya sendiri.
Mendorong penggeser S hingga tepi depan contoh uji sebidang dengan garis l1 dan l2. Apabila contoh uji terpuntir, titik tengah tepi depan contoh uji harus sebidang dengan kedua garis lengkung l1 dan l2.
Membaca panjang lengkung dalam satuan CMS.
Mengulangi pengujian tersebut diatas diulangi untuk permukaan lain, kemudian diulangi lagi pada ujung lain untuk kedua permukaannya. Sehingga setiap satu contoh uji dilakukan 4 kali pengujian.
DATA DAN PERHITUNGAN
Berat Kain (B)
Berat kain ukuran (20x20) cm = 4,288 g
Berat kain / m2 = 4,288 g x (100 x 100)/(20 x 20)
= 107,2 g/ m2
Ketebalan kain = 0,219 mm = 0,0219 cm
Kekakuan Lusi (CL)
Tabel 9.1 Hasil Pengujian Kekakuan Lusi
Bagian Ke 1 (cms) Ke 2 (cms) Ke 3 (cms)
Atas Depan 1,3 1,3 1,4
Atas Belakang 1,3 1,35 1,4
Bawah Depan 1,4 1,3 1,4
Bawah Belakang 1,35 1,35 1,4
Rata – Rata (x ̅) 1,3375 1,767 1,4
X = 5,5015 (CL)
Kekakuan Pakan (CP)
Tabel 9.2 Hasil Pengujian Kekakuan Pakan
Bagian Ke 1 (cms) Ke 2 (cms) Ke 3 (cms)
Atas Depan 1,15 1,35 1,3
Atas Belakang 1,2 1,3 1,3
Bawah Depan 1,2 1,3 1,1
Bawah Belakang 1,15 1,15 1,1
Rata – Rata (x ̅) 1,175 1,275 1,175
X = 1,208 (Cp)
PERHITUNGAN :
Kekuatan lentur (G)
GLusi = 0,1 x W x CL3
= 0,1 x 107,29 x (1,502)3
= 36,32 mg/cm
GPakan = 0,1 x W x CP3
= 0,1 x 107,29 x (1,208)3
= 18,91 mg/cm
GTotal = √("GL ×GP" )
= √("36,32 × 18,91" )
= 26,21 mg/cm2
Bending Modulus (Q) = ("12 × GT ×" 〖"10" 〗^(-6))/"g3" kg/cm2
= ("685,32 × " 〖"10" 〗^"-6" )/0,0000105
= 29,94 kg/cm3
DISKUSI
Pada pengujian kekakuan dengan alat shirley stiffness tester yang perlu dibahas sebagai berikut :
Persiapan contoh uji
Contoh uji sebelumnya harus dalam keadaan rapi tanpa ada lipatan, misal ada lipatan maka dilurus terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan agar saat diletakkan pada alat uji dapat membentuk sudut lengkungyang baik, apabila ada bekas lipatan maka sudut yang dihasilkan pada alat uji akan menghasilkan hasil yang buruk.
Proses pengujian
Penempatan ujung kain contoh uji harus berimpit dengan garis nol. Hal ini harus diperhatikan karena apabila penempatannya melebihi garis nol, maka hasil pengujian kekakuan kain akan lebih kecil dari hasil sebenarnya, begitupun sebaliknya.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil Pengujian :
Berat kain ukuran (10x10) cm = 4,288 g
Berat kain / m2 = 107,29 g/ m2
Rata – rata pengujian CL (L) = 1,5015 cms
Kekakuan Lusi (GL) = 36,32 mg.cm
Rata – rata pengujian CP(P) = 1,208 cms
Kekakuan Pakan (GP) = 18,91 mg/cm
Kekuatan Total (GT) = 26,21 mg/cm
Rata – rata ketebalan (g) = 0,0219 cm
Bending Modulus (Q) = 29,94 kg/cm2
LAMPIRAN
BAB VI
PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian kekuatan tarik kain dengan cara pita tiras, pita potong, dan cekau
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian kekuatan tarik kain cara pita tiras, pita potong, dan cekau
Mengetahui cara pengujian kekuatan tarik kain cara pita tiras, pita potong, dan cekau
Mengetahui alar pengujian kekuatan tarik kain dan penggunaannya
TEORI DASAR
Kekuatan tarik kain merupakan daya tahan terhadap tarikan , baik kearah lusi maupun kearah pakan .Mulur kain ialah pertambahan panjang kain pada saat putus dibandingkan dengan panjang kain semula yang dinyatakan dalam %. Untuk menentukan kekuatan tarik kain , dipakai tiga cara pengujian : cekau , cara pita tiras dan pita potong .
Pengujian cara cekau pada umumnya dipakai untuk kain batik yang dapat diurai (tidak dilapisi) dari kain yang dilapisi. Pengujian cara cekau lebih disukai dibandingkan dengan car jalur urai, hal ini disebabkan pembuatan contoh uji sngat sederhana. Kain digunting dengan ukuran 10 cm x 15 cm arah lusi/pakan kemudian bisa langsung diuji. hasil pengujian dengan cara cekau akan menghasilkan nilai kekuatan tarik lebih dari cara-cara lainnya karena benang-benang yang berdekatan akan menderita sebagian beban sehingga mempengaruhi kekuatan tarik dari yang sebenarnya ditarik yaitu 2,5 cm. Pengujian kekuatan tarik kain cara cekau lebih menyerupai pemakaian kain yang sebenarnya.
Pada pengujian cara pita tiras (jalur urai) bisa dilakukan dengan ukuran contoh uji 3 cm X 20 cm ditiras menjadi 2,5 cm X 20 cm. Cara ini umumnya dipakai untuk kain yang tidak dilapisi dengan kata lain kain yang mudah diurai. Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras pada saat terjadi penarikan benang pada bagian tengah kain yang menderita tarikan, sedangkan benang yang terdapat pada kedua sisi kain hanya menderita tarikan yang kecil. Hal ini terjadi karena contoh uji yang telah diurai tidak ada jalinan yang memegang benang pada sisi kain, maka pada saat beban bertambah benang-benang sisi kain hanya hilang keritingnya saja, baru setelah bagian tengah putus benang pada bagian pinggir kain putus. Pengujian kekuatan cara pita tiras selalu menghasilkan kekuatan tarik yang lebih rendah dari cara cekau namun masih lebih tinggi dari pita potong.
Pengujian cata pita potong (jalur potong), contoh uji tepat dipotong pada ukuran 2, 5 cm. Cara ini pada umumnya dipakai untuk kain yang dilapis atau kain yang dikanji tebal yang sukar atau tidak mungkin untuk diurai. Dalam pemotongan contoh uji contoh harus betul-betul sejajar dengan arah benang yang memanjang.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
3.1.1 CARA PITA TIRAS DAN PITA POTONG
Mesin penguji kekuatan tarik dengan spesifikasi sebagai berikut :
Kecepatan penarikan : 300 ± 1 cm per menit
Jenis : ayunan
Penggerak : motor
Jarak jepit : 7,5 cm
Ukuran penjepit :
Untuk cara pita tiras : 2,5 cm X 3,75 cm atau lebih
Untuk cara pita potong : 2,5 cm X 3,75 cm atau lebih
Gunting
Jarum
Beban 50 Kg
Kain Contoh uji ukuran 2,5 x 20 cm (setelah ditiras) untuk pita tiras, dan 2,5 x 20 cm (tanpa ditiras)
Gambar 10.1 Alat Uji Kekuatan Tarik Pita Tiras Dan Pita Potong (Dinamometer)
3.1.2 CARA CEKAU
1. Alat uji kekuatan tarik sistem laju mulur tetap (instron) yang dilengkapi:
Dengan diagram pencatat skala. Kecepatan penarikan 30 ± 1 cm/menit
Penjepit atas dan penjepit bawah. Jarak jepit 7,5 cm
Beban 50 kg
Ukuran klem 7,5 cm x 2,5 cm
2. Kertas grafik
3. Pena atau tinta
4. Kain contoh uji (20 x 10) cm
Gambar 10.2 Alat Uji Kekuatan Tarik Cara Cekau (Instron)
LANGKAH KERJA
3.2.1 CARA PITA TIRAS DAN PITA POTONG
Menggunting kain uji sejajar dengan arah benang lusi dan pakan sebanyak masing-masing 3 buah dengan panjang 20 cm dan lebar 3 cm. Kemudian kain tersebut ditiras sampai lebar kain tersebut 2,5 cm untuk pita tiras dan kain dengan lebar kain 2,5 cm tanpa ditiras untuk pita potong.
Menjepit kain uji pada jepitan atas dengan arah bagian yang panjang searah dengan arah tarikannya dan memberi tegangan awal lalu menjepit kain pada bagian bawahnya
Menjalankan mesin dan kain uji mengalami tarikan hingga kain putus.
Membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penujuk skala untuk kekuatan tarik dan mulurnya
Mengulangi langkah-langkah diatas untuk arah lusi dan pakan sebanyak masing-masing 3 kali.
3.2.2 CARA CEKAU
Mengatur posisi tombol beban pada skala 50 kg.
Memasang kain uji pada klem.
Memindahkan switch kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
Mengatur kertas grafik sehingga kedudukan pena pada grafik berada pada salah satu titik potong absis dan ordinat grafik.
Menekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik contoh uji keatas.
Biarkan penarikan sampai selesai (dalam grafik didapat mulur 5 cm).
Menghentikan mesin dengan menekan tombol OFF.
Off kan switch kekuatan tarik, kemudian menurunkan klem dengan menekan tombol Down.
melalukan pengujian pada 3 sample arah pakan.
Hitung rata-rata, standar deviasi dan Koefisien variasi dari data hasil pengujian.
DATA DAN PERHITUNGAN
3.3.1 PENGUJIAM KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA TIRAS
Tarik Kain Arah Lusi
Tabel 10.1 Kekuatan Tarik Kain Arah Lusi
No Kekuatan (kg) (x - x ̅ )2 Mulur lusi (%) (x - x ̅ )2
1 19,5 0,25 3,4 0,0009
2 20 0 3,4 0,0009
3 20,5 0,25 3,5 0,0049
x ̅ = 20 ∑ = 0,5 x ̅ = 3,43 ∑ = 0,0067
Tarik Kain Arah Lusi
Tabel 5.2 Kekuatan Tarik Kain Arah Pakan
No Kekuatan (kg) (x - x ̅ )2 Mulur pakan (%) (x - x ̅ )2
1 23,5 6,25 4 0,1089
2 28,5 6,25 3,5 0,0289
3 26 0 3,5 0,0289
x ̅ = 26 ∑ = 12,5 x ̅= 3,67 ∑ = 0,1667
Kekuatan Kain
Rata-rata kekuatan tarik
Lusi = 20 kg x 9,8 = 196 N
Pakan = 26 kg x 9,8 = 254,8 N
Rata-rata Mulur Lusi
= (x ̅ mulur (cm))/(jarak jepit (cm))x 100%
= 3,43/7,5x 100%
= 45,73%
Rata-rata Mulur Pakan = (x ̅ mulur (cm))/(jarak jepit (cm))x 100%
= 3,67/7,5x 100%
= 48,97%
Kekuatan (N)
Tarik Kain Arah Lusi
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,5" /"3-1" )
= 0,5 Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,5" /20x 100%
= 2,5 %
Tarik Kain Arah Lusi
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(12,5/"3-1" )
= 6,25 Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "6,25" /"26" x 100%
= 2,4 %
Mulur (%)
Tarik Kain Arah Lusi
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,0067" /"3-1" )
= 0,58
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,58" /3,43x 100%
= 1,69 %
Tarik Kain Arah Pakan
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,1667" /"3-1" )
= 0,289 Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,289" /3,67x 100%
= 7,87 %
3.3.2 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK CARA PITA POTONG
Kekuatan Kain
Tabel 11.1 Kekuatan Tarik Kain Arah Lusi
No Kekuatan (kg) (x - x ̅ )2
1 28,5 1,77
2 27 0,028
3 26 1,36
x ̅ = 27,18 kg = 266,2 N ∑ = 3,16
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(3,16/"3-1" )
= 1,26 kg
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "1,26" /"27,16" x 100%
= 4,64%
Tabel 6.2 Kekuatan Tarik Kain Arah Pakan
No Kekuatan (kg) (x - x ̅ )2
1 16 0,1089
2 15 0,4489
3 16 0,1089
x ̅ = 15,67 kg = 153,6 N ∑ = 0,6667
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,184" /"3-1" )
= 0,303 kg
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,303" /"2,967" x 100%
=10,2 %
Mulur Kain
Tabel 11.3 Mulur Kain
No Mulur lusi (%) Mulur pakan (%)
1 3,3 3,5
2 2,7 3,1
3 2,9 2,9
x ̅ = 2,967 x ̅ = 3,167
Rata-rata MulurLusi = (x ̅ mulur (cm))/(jarak jepit (cm))x 100%
=2,967/7,5x 100%
= 39,56%
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,6667" /"3-1" )
= 0,577
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,577" /"15,67" x 100%
=3,68 %
Rata-rata Mulur Pakan = (x ̅ mulur (cm))/(jarak jepit (cm))x 100%
=3,167/7,5x 100%
= 42,23%
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,23" /"3-1" )
= 0,34
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,34" /"3,167" x 100%
=10,74 %
3.3.3 PENGUJIAM KEKUATAN TARIK KAIN CARA CEKAU
No Kekuatan (kg) (x - x ̅ )2
1 31 1
2 30 0
3 29 1
x ̅ = 30 kg = 294 N ∑ = 2
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("2" /"3-1" )
= 1 kg
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "1" /"30" x 100%
=3,3 %
DISKUSI
4.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA TIRAS
Pengujian kekuatan tarik dengan cara pita tiras menggunakan mesin dinamometer, dalam pengujian ini ada beberapa hal yang akan didiskusikan.
Pemasangan kain contoh uji pada alat harus dilakukan secara benar yaitu dengan tegangan normal, dengan artian penjepitan kain harus dengan tegangan yang pas agar tidak terjadi slip saat pengujian berlangsung. Slip pada pengujian terjadi karena salah satu ujung kain baik bagian atas ataupun bawah kurang terjepit. Sehingga, saat dilakukan penarikan, terjadi slip. Slip ini sangat menganggu apabila terjadi, sehingga harus diganti lagi contoh ujinya dengan yang baru, karena kain yang sudah terjadi slip apabila diuji tidak akurat lagi hasil pengujiannya nanti.
Selain itu apabila contoh uji putus dekat pada penjepit tidak berada ditengah-tengah antara penjepit atas dengan bawah harus diulang lagi, karena nilainya tidak valid, hal tersebut muncul disebabkan adanya perbedaan kekuatan benang yang ditarik atau dapat juga disebabkan penjepitan yang tidak merata
Dan apabila hasil yang diperoleh diluar 20%-80% dari harga maksimum skala yang dipakai harus diulang lagi pengujiannya, karena menandakan ada yang tidak beres dengan contoh uji ataupun penjepit.
4.1.2 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA POTONG
Pengujian sebelumnya merupakan pengujian kekuatan tarik cara pita tiras. Sebenarnya, pengujian kekuatan tarik cara pita potong sama dengan pengujian cara pita tiras. Yang membedakan hanyalah ditiras atau tidaknya contoh uji. Apabila pengujian cara pita tiras, contoh uji (3x20) cm ditiras hingga menjadi ukuran (2,5x20) cm. Namun, untuk pengujian cara pita potong, contoh uji (2,5x20) cm tidak ditiras dan langsung diuji.
Pengujian juga sama menggunakan mesin dinamometer, dalam pengujian ini ada beberapa hal yang akan didiskusikan.
Pemasangan kain contoh uji pada alat harus dilakukan secara benar yaitu dengan tegangan normal, dengan artian penjepitan kain harus dengan tegangan yang pas agar tidak terjadi slip saat pengujian berlangsung. Slip pada pengujian terjadi karena salah satu ujung kain baik bagian atas ataupun bawah kurang terjepit. Sehingga, saat dilakukan penarikan, terjadi slip. Slip ini sangat menganggu apabila terjadi, sehingga harus diganti lagi contoh ujinya dengan yang baru, karena kain yang sudah terjadi slip apabila diuji tidak akurat lagi hasil pengujiannya nanti.
Selain itu apabila contoh uji putus dekat pada penjepit tidak berada ditengah-tengah antara penjepit atas dengan bawah harus diulang lagi, karena nilainya tidak valid, hal tersebut muncul disebabkan adanya perbedaan kekuatan benang yang ditarik atau dapat juga disebabkan penjepitan yang tidak merata
Dan apabila hasil yang diperoleh diluar 20%-80% dari harga maksimum skala yang dipakai harus diulang lagi pengujiannya, karena menandakan ada yang tidak beres dengan contoh uji, penjepit maupun penempatan posisi nol mesin harus selalu diperhatikan setiap pergantian pengujian.
Apabila dilihat hasil pengujian yang ada, yang dibandingkan dengan pengujian cara pita tiras. Pengujian kekuatan tarik cara pita potong memiliki hasil pengujian lebih besar. Lebih besarnya hasil pengujian kekuatan tarik cara pita potong dibandingkan cara pita tiras disebabkan jumlah benang cara pita potong lebih banyak (belum ditiras)
4.1.3 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA CEKAU
Pada pengujian kali inni berbeda dengan pengujian kekuatan tarik sebelum-sebelumnya, pada cara cekau ini pembuatan bahan contoh ujipun berbeda, yaitu berukuran ( 20 x 10 ) cm, dari bahan uji saja dapat dilihat lebih simpel, karena pada dasrnya cuma membuat ukuran tersebut langsung siap diuji,
Pada percobaan kali ini dari segi mesinpun berbeda, pada pengujian kali ini menggunakan mesin instron, perbedaan terletak jelas dari hasil pengujian, jika biasanya komponen hasil uji adalah kekuatan dan mulur, untuk pengujian ini hanya kekuatan saja, hal tersebut terjadi karena dari mesin sendiri merupakan sistem laju mulur tetap.
Seperti sebelumnya hal yang dapat menggagalkan pengujian dan harus diulang lagi pengujian adalah
1. Slip, terjadi karena salah satu ujung kain baik bagian atas ataupun bawah kurang terjepit. Sehingga, saat dilakukan penarikan, terjadi slip. Slip ini sangat menganggu apabila terjadi, sehingga harus diganti lagi contoh ujinya dengan yang baru, karena kain yang sudah terjadi slip apabila diuji tidak akurat lagi hasil pengujiannya nanti.
2. Contoh uji putus dekat pada penjepit tidak berada ditengah-tengah antara penjepit atas dengan bawah harus diulang lagi, karena nilainya tidak valid, hal tersebut muncul disebabkan adanya perbedaan kekuatan benang yang ditarik atau dapat juga disebabkan penjepitan yang tidak merata
3. Dan apabila hasil yang diperoleh diluar 20%-80% dari harga maksimum skala yang dipakai harus diulang lagi pengujiannya, karena menandakan ada yang tidak beres dengan contoh uji, penjepit maupun penempatan posisi nol mesin harus selalu diperhatikan setiap pergantian pengujian.
Hal-hal diatas dapat dikurangi deengan cara :
- Pesiapan yang baik, mulai dari persiapan bahan baku yang sesuai dengan standar.
- Pengondisian alat,karena pada dasarnya penstandaran yang baik pada mesin, akan memberi hasil yang baik juga
- Pemasangan bahan ke alat, jangan terlalu kencang, terlalu longgar,, maupun kencang sebelah, karena akan mempengaruhi slip atau tidak pada proses nanti.
KESIMPULAN
5.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA TIRAS
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil Pengujian :
Kekuatan tarik kain arah lusi rata – rata = 20 kg atau 196 N
Standar Deviasi (SD) = 0,5
Koefisien variasi (CV) = 2,5%
Kekuatan tarik kain arah pakan rata – rata = 26 kg atau 254,8 N
Standar Deviasi (SD) = 6,25
Koefisien variasi (CV) = 2,4%
Mulur kain arah lusi rata – rata = 45,73%
Standar Deviasi (SD) = 0,058
Koefisien variasi (CV) = 1,69%
Mulur kain arah pakan rata – rata = 48,93%
Standar Deviasi (SD) = 0,289
Koefisien variasi (CV) = 7,87%
Adapun hal yang menyebabkan tingginya persentasi CV.nya pada mulur kain arah pakan rata-rata karena adanya ketidakrataan mulut pada kain, tingginya selisih antar data hasil pengujian, yang mungkin saja disebabkan dari penyiapan contoh uji, pemasangan contoh uji, ataupun mungkin saja dari mesin yang kurang akurat, karena pada penunjuk skala kekuatan sedikit kendor.
5.1.2 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA POTONG
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil Pengujian :
Kekuatan tarik kain arah lusi rata – rata = 15,17 kg atau 148,7 N
Standar Deviasi (SD) = 0,75
Koefisien variasi (CV) = 4,97%
Kekuatan tarik kain arah pakan rata – rata = 22 kg atau 215,6 N
Standar Deviasi (SD) = 1,27
Koefisien variasi (CV) = 5,78%
Mulur kain arah lusi rata – rata = 82,26
Mulur kain arah pakan rata – rata = 42,26
Adapun hal yang menyebabkan tingginya persentasi CV.nya karena adanya tingginya selisih antar data hasil pengujian, hal tersebut dikarenakan dari penyiapan contoh uji, pemasangan contoh uji, ataupun mungkin saja dari mesin yang kurang akurat, karena pada penunjuk skala kekuatan sedikit kendor.
5.1.3 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA CEKAU
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil Pengujian :
Kekuatan tarik kain rata – rata = 30 kg atau 294 N
Standar Deviasi (SD) = 1
Koefisien variasi (CV) = 3,3 %
Pada praktikum kali ini percobaan berlangsung dengan baik, sehingga didapat CV yang mendekati 0 %, hal tersebut karena adanya kerataan yang baik dari bahan tersendiri dari kekuatannya, ditambah lagi dari proses yang baik.
LAMPIRAN
6.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA TIRAS
Kain Hasil Pengujian
6.1.2 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA PITA POTONG
Kain Hasil Pengujian
6.1.2 PENGUJIAN KEKUATAN TARIK KAIN CARA CEKAU
Kain Hasil Pengujian
Grafik Hasil Pengujian
BAB VII
PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian kekuatan sobek dengan cara lidah
Melakukan pengujian kekuatan sobek dengan cara trapesium
Melakukan pengujian kekuatan sobek dengan cara elemendorf
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian kekuatan sobek dengan cara elemendorf, lidah dan trapesium
Mengetahui cara pengujian kekuatan sobek dengan cara elemendorf, lidah dan trapesium
Mengetahui alat pengujian kekuatan sobek dengan cara elemendorf, lidah dan trapesium dan penggunaannya
TEORI DASAR
Pengujian kekuatan sobek adalah menguji daya tahan kain terhadap sobekan. Pengujian kekuatan sobek kain sangat penting untuk kain-kain militer seperti kain untuk kapal terbang dan payung udara. Pengujian cara ini dilakukan dengan alat-alat yang sama dengan alat yang dipakai untuk menguji kekuatan tarik kain, yang sedikit dirubah ukuran dan persiapan contoh uji juga berbeda.
Pengujian kekuatan sobek dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan cara trapesium, cara elemendorf dan dengan cara lidah.Kekuatan sobek cara Elemendorf adalah kekuatan kain yang telah diberi sobekan awal dengan jarak yang telah ditentukan. Pengujian kekuatan sobek kain cara Elmendorf menggunakan alat khusus yaitu Elmendorf, dengan system ayunan pendulum, berbeda dengan cara trapesium dan cara lidah yang menggunakan alat uji kekuatan tarik kain untuk mengujinya.
Kekuatan sobek cara lidah adalah kekuatan kain yang telah digunting terlebih dahulu kearah lusi atau pakan sehingga berbentuk lidah dan ditarik pada kedua ujung sobekan. Apabila dari sepotong kain digunting menjadi dua sampai kira-kira setengahnya, kain lalu disobek dengan memegang kedua lidah dan ditarik.
Seperti pula jenis-jenis pengujian yang lain, dimana dipergunakan cara-cara yang berbeda untuk sifat kain yang berbeda pula dan didapatkan hasil yang berbeda juga. Kerugian pengujian dengan cara lidah terjadi, apabila kainnya tidak seimbang. Kain dengan tetal lusi yang besar dan tetal pakan yang kecil apabila disobek pada arah lusinya, maka pada saat pengujian arah sobekan akan segera berubah, yaitu pada jurusan yang lemah.
Contoh bahan pengujian ini dipotong dengan lebar 7,5 cm dan panjang paling sedikit 20 cm. Jumlah contoh bahan pengujian untuk kekuatan sobek lusi dengan bagian yang panjang sejajar dengan benang pakan, dan 5 buah untuk kekuatan sobek pakan dengan bagian yang panjang sejajar dengan benang lusi. Pada setiap contoh bahan pengujian dibuat potongan kearah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah-tengah salah satu tepi yang pendek. Jarak jepit dibuat 7,5 cm sedang ukuran penjepit bagian depan dan belakang baik yang diatas maupun yang dibawah paling sedikit 2,5 sampai 5 cm.
Contoh bahan pengujian dipotong dengan ukuran lebar 7,5 cm panjang 15 cm. Pada setiap contoh bahan pengujian digambar sebuah trapesium sama kaki dengan tinggi 7,5 cm dan garis yang sejajar dengan panjang 10 cm dan 2,5 cm pada tepi kain tepat ditengah-tengah garis 2,5 cm tersebut dipotong sepanjang 0,5 sampai 1 cm tegak lurus pada garis yang sejajar. Gambar garis tersebut diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Garis A dan B adalah tempat dimana penjepit dipasang dan sobekan kecil C dimana sobeknya dimulai pada saat pengujian. Pada pengujian kali ini jarak jepit dibuat 2,5 cm, sedang kecepatan penarikan 30 cm setiap menit.
Pengujian cara trapesium ini meniru keadaan dari kejadian sebagai berikut : Apabila sepotong kain ditarik dan digunting pada bagian pinggir kain, dan contoh dipegang dengan kedua tangan, lalu disobek mulai dari sobekan yang telah dibuat.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
3.1.1 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA ELEMENDORF
Elemendorf
Beban 3200 gram dan 1600 gram
Kain contoh dengan panjang 10,5 cm dan lebar 7,5 cm (arah lusi dan arah pakan) dengan data sebagai berikut:
Gambar 12.1 Alat Penguji Kekuatan Sobek Kain (Elemendorf)
Gambar 12.2 Pemotongan Kain Contoh Uji
3.1.2 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA LIDAH
Pada pengujian kekuatan sobek kain tenun, menggunakan peralatan sebagai berikut:
Instron / alat kekuatan tarik sistem laju tarik tetap yang dilengkapi:
Dengan diagram pencatat skala. Kecepatan penarikan 30 ± 1 cm/menit
Penjepit atas dan penjepit bawah. Jarak jepit 7,5 cm
Beban10 kg
Ukuran klem 7,5 cm x 2,5 cm
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kain dengan ukuran (7,5 x 20) cm untuk lusi dan pakan
Gambar 13.1 Alat Penguji Kekuatan Sobek Kain (Instron)
Disobek / digunting sepanjang 7,5 cm.
20 cm
7,5 cm
Gambar 13.2 Pemotongan Kain Contoh Uji
3.1.3 PENGUJIAN KEKUATAN SOBEK KAIN CARA TRAPESIUM
Alat uji kekuatan tarik sistim laju mulur tetap (Instron)
Jarak jepit 2,5 cm untuk cara trapesium.
Kecepatan penarikan 200 mm/menit
Ukuran klem 7,5 cm X 2,5 cm
Penggerak mesin
Gunting
Kertas grafik
Pena/tinta
kain pengujian
Gambar 14.1 Pemotongan Contoh Uji
LANGKAH KERJA
3.2.1 CARA ELEMENDORF
Persiapkan kain contoh uji
Memasang contoh uji pada sepasang klem, sedemikian rupa sehingga terletak ditengah-tengah dan tepi bawah contoh uji segaris dengan dasar penjepit. Pada kedudukan ini tepi atas contoh uji akan sejajar dengan permukaan atas penjepit dan benang-benang yang sejajar lebar contoh uji akan tegak lurus padanya. Merapatkan ke dua penjepit dengan memutar skrup pengencang, sehingga tekanan jepitan kedua penjepit sama besar. Contoh uji hendaknya terpasang bebas dengan bagian atasnya diatur melengkung searah ayunan pendulum.
Memberi sobekan awal contoh uji, dengan menekan pisau penyobek awal penuh.
Menekan penahan pendulum, sehingga pendulum berayun menyobek kain contoh uji, biarkan ayunan sempurna, pasa saat ayunan pendulum balik, tangkap dengan tangan tanpa mengubah posisi jarum penunjuk.
Membaca hasil uji, sampai sekala terkecil yang terdekat.
3.2.2 CARA LIDAH
Memotong kain contoh uji dengan panja ng 20 cm dan lebar 7,5 cm.
Memotong ke arah memanjang sepanjang 7,5 cm mulai dari tengah – tengah salah satu tepi yang pendek pada kain contoh uji.
Membuat 1 contoh uji ke arah lusi dan arah pakan.
Mengatur kedudukan jarak jepit.
Memilih beban yang sesuai dengan kekuatan kain yang akan diuji.
Alat – alat pencatat pembebanan pada kertas grafik supaya pada kedudukan yang tepat.
Memasang contoh uji pada penjepit bawah dan atas.
Menjalankan mesin sampai terjadi robekan. Serta membaca garfik yang dihasilkan
3.2.3 CARA TRAPESIUM
Mengatur posisi tombol beban pada skala 10 kg.
Memasang kain uji pada klem.
Memindahkan switch kekuatan tarik dan mulur pada posisi ON.
Mengatur kertas grafik sehingga kedudukan pena pada grafik berada pada salah satu titik potong absis dan ordinat grafik.
Menekan tombol UP sehingga mesin bergerak menarik contoh uji keatas.
Biarkan penarikan sampai selesai (dalam grafik didapat mulur 5 cm).
Menghentikan mesin dengan menekan tombol OFF.
Off kan switch kekuatan tarik dan mulur, kemudian menurunkan klem dengan menekan tombol Down.
melalukan pengujian pada 4 (lima) sample, 2 arah lusi dan 2 arah pakan.
Memberi tanda pada grafik 5 titik puncak tertinggi dan 5 titik puncak terendah dan hitung rata-rata 5 titik puncak tertinggi dan 5 titik puncak terendah.
Hitung rata-rata, standar deviasi dan Koefisien variasi dari data hasil pengujian.
DATA DAN PERHITUNGAN
3.3.1 CARA ELEMENDORF
Tabel 12.1 Hasil Pengujian Kekuatan Sobek Kain Arah Lusi
Pengujian Kekuatan Sobek (N) (x - x ̅ )2
1 20,8 N 19,98
2 13,8 6,4
3 14,4 3,61
x ̅ = 16,33 ∑ = 29,99
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("29,99" /"3-1" )
= 3,87
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "3,87" /16,33x 100%
= 23,69 %
Tabel 12.2 Hasil Pengujian Kekuatan Sobek Kain Arah Pakan
Pengujian Kekuatan Sobek (x) (g) (x - x ̅ )2
1 28,8 N 0,0729
2 28,8 N 0,0729
3 29,6 N 0,53
x ̅ = 29,07 ∑ = 0,6758
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(0,6758/"3-1" )
= 0,58
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= 0,58/"29,07" x 100%
= 1,99 %
3.3.2 CARA LIDAH
Tabel 13.1 Hasil Pengujian Kekuatan Sobek Kain Arah Lusi
Pengujian Puncak Tertinggi (x)(kg) (x - x ̅ )2
1 4,15 0,0361
2 4,05 0,0081
3 3,95 0,0001
4 3,85 0,0121
5 3,8 0,0256
x ̅ = 3,96 ∑ = 0,082
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(0,082/"5 -1" )
= 0,143
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,143" /"3,96" x 100%
= 3,62%
Tabel 13.2 Hasil Pengujian Kekuatan Sobek Kain Arah Pakan
Pengujian Puncak Tertinggi (x)(kg) (x - x ̅ )2
1 2,7 0,0144
2 2,65 0,0049
3 2,55 0,0009
4 2,5 0,0064
5 2,5 0,0064
x ̅ = 2,58 ∑ = 0,033
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,033 " /"5 -1" )
= 0,09
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,09" /"2,58" x 100%
= 3,51 %
3,3,3 CARA TRAPESIUM
Tabel 14.1 Hasil Pengujian Kekuatan Sobek Kain Arah Lusi
Pengujian Tertinggi (kg) Terendah (kg) Rata-rata
tertinggi + terendah (x - x ̅ )2
1 4,05 2,45 3,25 0,001225
2 3,9 2,55 3,225 0,0036
3 3,95 2,65 3,3 0,000225
4 3,85 2,8 3,325, 0,0016
5 3,8 2,85 3,325 0,0016
x ̅ = 3,285 ∑ = 0,00825
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,00825" /"5 -1" )
= 0,0454
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,1445" /"3,285" x 100%
= 1,382 %
Tabel 14.2 Hasil Pengujian Kekuatan Sobek Kain Arah Pakan
Pengujian Tertinggi (kg) Terendah (kg) Rata – rata (x) (x - x ̅ )2
1 4,35 2,6 3,475 0,000025
2 4,3 2,7 3,5 0,0004
3 3,9 3 3,45 0,0009
4 3,8 3,05 3,425 0,003025
5 3,8 3,3 3,55 0,0049
x ̅ = 3,48 ∑ = 0,00925
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("0,00925" /"5 -1" )
= 0,048
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "0,048" /3,48x 100%
= 1,38 %
DISKUSI
4.1.1 CARA ELEMENDORF
Pengujian kekuatan sobek kain dengan cara elemendorf menggunakan alat uji kekuatan sobek Elemendorf. Alat yang digunakan saat melakukan praktikum pengujian terdapat 2 macam dengan beban masing – masing 1600 gram dan 3200 gram. Diperbolehkan menggunakan kedua alat ini dengan syarat hasil pengujian berada di antara skala 20 % - 80 %.
Data hasil Pengujian :
Kekuatan sobek kain arah lusi rata – rata = 16,33 N
Standar Deviasi (SD) = 3,87
Koefisien variasi (CV) = 23,69%
Kekuatan sobek kain arah pakan rata – rata = 29,07 N
Standar Deviasi (SD) = 0,58
Koefisien variasi (CV) = 1,99%
Sebelum melakukan pengujian, perlu diperhatikan bahwa posisi skala harus pada posisi nol agar praktikum sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian sebelum melepasakan beban, harus dilakukan penyobekan awal dengan pisau yang telah berada pada alat tersebut. Sobekan awal berfungsi untuk meluruskan sobekan dan memperlancar proses pengujian.
Untuk berpindah dari pengujian kain satu dan lainnya, yang perlu diperhatikan adalah peletakan beban pada kondisi semula. Karena kondisi alat yang digunakan cukup tua dan beresiko rusak, sehingga peletakan beban harus dilakukan dengan hati dan tidak merusak penahan beban.
Dilihat dari kain hasil pengujian, terdapat kerutan pada kain. Hal ini disebabkan saat dilakuakn penarikan, ada beberapa benang yang tidak putus dan menarik benang yang lain di sekitarnya yang sebagian terletak disekitar sobekan awal Terdapat benang yang putus dan tidak putus disebabkan tarikan pertama kain yang membutuhkan tenaga tinggi.
4.1.2 CARA LIDAH
Pengujian kekuatan sobek dengan cara lidah menggunakan alat uji kekuatan tarik Instron. Sebagaimana telah diketahui bahwa sistem pengujian pada alat ini enggunakan tarikan otomatis dan kemudian hasilnya direkam dalam kertas grafik. Dari kertas grafik tersebut diterjemahkan dalam bentuk hitungan.
Data hasil Pengujian :
Kekuatan sobek kain arah lusi rata – rata = 3,96
Standar Deviasi (SD) = 0,143
Koefisien variasi (CV) = 3,62%
Kekuatan sobek kain arah pakan rata – rata = 2,58
Standar Deviasi (SD) = 0,09
Koefisien variasi (CV) = 3,51%
Penggunaan alat uji Instron memang sedikit memerlukan ketelitan. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ini adalah pemasangan contoh uji harus tepat dengan jepitan yang pas. Kemudian, karena pena yang digunakan tekanannya kecil, saat praktikum harus ditekan pena tersebut. Terakhir yang harus diperhatikan adalah penggunaan beban yang digunakan.
Saat pengujian kekuatan sobek cara lidah, diperoleh data grafik berupa puncak dan lembah dengan ketinggian yang berbeda beda. Terbentuknya puncak pada grafik disebabkan tarikan / usaha pemutusan benang dan setelah putus, grafik puncak akan menurun. Puncak akan terbentuk kembali apabila terjadi tarikan benang yang akan putus. Begitulah seterusnya terbentuknya puncak dan lembah pada grafik hasil pengujian.
Dilihat kain contoh ujinya, bahwa kain yang akan diuji disobek terlebih dahulu dengan tujuan memberikan sobekan awal untuk pembentukan grafik puncak dan lembah agar lebih mudah. Apabila tidak dilakukan penyobekan, kain akan dipaksa sobek dan akibatnya grafik awal yang terbentuk tidak beraturan yang menyebabkan banyak grafik yang terbuang. Selain itu, apabila tidak dilakukan penyobekan awal, saat terjadi sobek akibat tarikan, grafik yang terbentuk akan tinggi dan grafik tersebut tidak digunakan untuk diolah.
Pembacaan grafik yang diharapkan adalah mengambil data puncak tertinggi dan puncak terendah. Untuk puncak tertinggi pembacaannya tidak sulit untuk dilakukan. Tetapi terkadang salah dalam pembacaan puncak terendah. Perlu diketahui dan diingat bahwa pembacaan puncak terendah bukan lembah terendah.
4.1.3 CARA TRAPESIUM
Pengujian kekuatan sobek dengan cara trapesium menggunakan alat uji kekuatan tarik Instron. Sebagaimana telah diketahui bahwa sistem pengujian pada alat ini enggunakan tarikan otomatis dan kemudian hasilnya direkam dalam kertas grafik. Dari kertas grafik tersebut diterjemahkan dalam bentuk hitungan.
Data hasil praktikum :
Kekuatan sobek kain arah lusi rata – rata = 3,285
Standar Deviasi (SD) = 0,0454
Koefisien variasi (CV) = 1,382%
Kekuatan sobek kain arah pakan rata – rata = 3,48
Standar Deviasi (SD) = 0,048
Koefisien variasi (CV) = 1,38%
Penggunaan alat uji Instron memang sedikit memerlukan ketelitan. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ini adalah pemasangan contoh uji harus tepat dengan jepitan yang pas. Kemudian, karena pena yang digunakan tekanannya kecil, saat praktikum harus ditekan pena tersebut. Terakhir yang harus diperhatikan adalah penggunaan beban yang digunakan.
Pengujian kekuatan sobek dengan cara trapesium memang sedikit berbeda dengan cara sobek. Dalam hal ini pengujian menggunakan contoh uji bentuk trapesium. Trapesium disini adalah garis untuk penjepitan yang digunakan miring yang nantinya disobek arah mendatar.
Dilihat dari kain hasil pengujian, sebagian besar tidak terdapat kerutan pada kain. Karena sebagaimana telah djelaskan bahwa penyobekan tidak dilakukan seperti cara lidah. Sehingga tarikan yang terbentuk lebih stabil.
KESIMPULAN
5.1.1 CARAELEMENDORF
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pengujian kekuatan sobek cara elemendorf menggunakan alat uji kekuatan sobek elemendorf dengan beban berbeda
Posisi skala harus pada posisi nol sebelum pengujian
Peletakan beban harus dilakukan dengan hati – hati mengingat kondisi alat yang sudah tua
Terdapat kerutan pada kain hasil pengujian
5.1.2 CARA LIDAH
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pengujian kekuatan sobek cara lidah menggunakan Instron
Perlu diperhatikan mengenai pemasangan contoh uji, kondisi pena, dan penggunaan beban
Terbentuknya puncak dan lembah pada grafik karena tarikan benang yang putus
Kain contoh uji harus dilakuakan penyobekan awal
Pembacaan grafik puncak tertinggi dan puncak terendah
5.1.3 CARA TRAPESIUM
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pengujian kekuatan sobek cara trapesium menggunakan Instron
Perlu diperhatikan mengenai pemasangan contoh uji, kondisi pena, dan penggunaan beban
Contoh uji yang digunakan berbentuk trapezium (garis penjepitan)
Sebagian besar kain hasil pengujian tidak terjadi kerutan
LAMPIRAN
6.1.1 CARA ELEMENDORF
Kain Hasil Pengujian
Kain Contoh Uji Arah Lusi
Kain Contoh Uji Arah Pakan
6.1.2 CARA LIDAH
Kain Hasil Pengujian
Grafik Hasil Pengujian
6.1.3 CARA TRAPESIUM
Kain Hasil Pengujian
Grafik Hasil Pengujian
BAB VIII
PENGUJIAN /;
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian daya tembus udara untuk mengetahui daya tembus udara kain yang diuji
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian daya tembus udara kain
Mengetahui cara pengujian daya tembus udara
Mengetahui alat pengujian daya tembus udara dan penggunaannya
TEORI DASAR
Daya tembus udara adalah laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan pada ke dua permukan kain berbeda. Daya tembus udara dinyatakan dengan volume ydara (cm3) yang mengalir persatuan waktu (detik) melalui luas permukaan kain tertentu (cm2) pada perbedaan tekanan udara tertentu pada kedua permukaan kain. Sedangkan rongga udara adalah untuk menyatakan beberapa persentase volume dalam kain terhadap volume keseluruhan kain tersebut.
Ada dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara pada kain, yaitu:
Daya tembus udara (Air permeability)
Rongga Udara (air porosity)
Pada praktikum kali ini alat yang dipergunakan adalah IN. ELLISON INCLINED CAGE DRAFT buatan United States Testing Company Inch, Hoboken N.G. Alat ini terdiri dari suatu tabung yang pada salah satu sisinya terdapat klem pemegang contoh kain dengan luas lubang tertentu. Juga terdapat cincin klem dengan beberapa ukuran untuk disesuaikan dengan tebal kain yang diuji. Sisi lain dari tabung tersebut dihubungkan dengan kipas (fan) penghisap udara yang dapat diatur kecepatannya oleh sebuah Rheostat. Ditengah tengah tabung diberi sekat yang berlubang, dimana besar lubang dapat diatur dengan menggunakan mulut (Orifice). Ada 8 buah orifice dari ukuran 2 mm sampai 16 mm diameternya, disesuaikan dengan besar kecilnya daya tembus udara dari kain yang diuji. Kapasitas alat, dapat mengukur daya tembus udara 4,0 – 794 ft3/menit/ft2 dengan tekanan udara inch tinggi air.
Dibawah ini adalah tabel yang menyatakan hubungan antara diameter orifice dengan harga minimal dan harga maksimal daya tembus udara terhadap kain contoh.
Tabel 15.1 Harga Minimal dan Maksimal Sesuai Orifice
Diameter Orifice(mm) Daya Tembus Udara (ft3/menit/ft2)
Harga Minimal Harga Maksimal
2 4 11
3 9 26
4 20 58
5 32 92
6 40 113
8 72 197
11 137 375
16 292 794
Selain itu ada juga peralatan uji daya tembus udara kain secara digital, jadi secara otomatis setelah input bahan uji langsung terlihat hasil pada layar mengenai daya tahan tembus udara, alat tersebut bernama Textest instrumentm.
Banyak kelebihan mennggunakan alat tersebut salah satunya tidak perlu banyak gerak dari penguji langsung keluar data hasil uji.secara digital.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Cara Manual
Alat uji daya tembus udara (air permeability tester), yang dilengkapi dengan:
Pemegang contoh uji dengan luas lubang tertentu.
Kipas penghisap untuk menglirkan udara.
Manometer tegak (manometer air).
Incline manometer (manometer minyak).
Pengatur besarnya tekanan udara yang melalui contoh uji.
Skala untuk mencatat hasilnya.
Bahan yang dipakai adalah kain contoh uji.
Gambar 15.1 Alat Pengujian Daya Tembus Udara (Air Permeability Tester)
Gambar 15.2 Ring Gambar 15.3Orifice
3.1.2 Cara Digital
-Menggunakan alat Textest instrument
LANGKAH KERJA
3.2.1 Cara Manual
Memasang contoh uji pada lubang tempat contoh uji, menjepit dengan cincin yang sesuai sehingga kain cukup tegang, dan kemudian menutup lubang.
Memasang orifice terpili, yang cocok untuk kain tersebut sehingga angka pada menometer air diantara 2 sampai 15
Menghubungkan alat melalui rheostat, ke sumber listrik dan kemudian menjalankan kipas penghisap.
Mengatur rheostat agar tekanan udara sesuai dengan tekanan 12,7 mm (0,5 inci) air dengan indikator baca pada menometer minyak menunjukan sekala 0,5 dan tetap.
Baca manometer air dan hitung harga daya tembus udara, dengan rumus:
X= h + "(" "Harga manometer air-2" /"15-2" " x " ("H-h" )" )"
3.2.2 Cara Digital
1. Siapkan bahan contoh uji
2. Pasang bahan uji pada alat
3. Atur settingan pada alat
4. Biarkan alat menginput data, dan ketika data sudah diproses akan dioutput ke layar
DATA DAN PERHITUNGAN
3.3.1 Cara Mekanik
Tabel 15.2 Hasil Pengujian Daya Tembus Udara
Pengujian Daya Tembus (x)
1 6,4
2 6,4
3 5,7
x ̅ = 6,167
Tabel 15.3 Harga Maksimal dan Minimal Untuk Orifice 8
Diameter Orifice(mm) Daya Tembus Udara (ft3/menit/ft2)
Harga Minimal (h) Harga Maksimal (H)
2 4 11
3 9 26
4 20 58
5 32 92
6 40 113
8 72 197
11 137 375
16 292 794
Berdasarkan penggunaan diameter orifice 8mm, sehingga untuk nilai H = 197 dan h = 72
Perhitungan :
AP = h Orifice + ("Harga manometer air " ("x" )"- 2" /"15-2" x (H-h))
= 72 + ("6,167- 2" /"15-2" x (197 - 72))
=112,067 ft3/menit/ft2
3.3.2 Cara Digital
Tabel 15.4 Hasil Pengujian Daya Tembus Udara
Pengujian Daya Tembus (cm3/cm2/s)
1 76,9
2 77,8
3 70,5
4 69,2
5 67,8
Average : 72,4 cm3/cm2/s
Minimum : 67,8 cm3/cm2/s
Maximum : 77,8 cm3/cm2/s
CV : 5,68 %
Test Area : 20 cm2
Test Pressure : 200 Pa
DISKUSI
4.1.1 Cara Mekanik
Pengujian daya tembus udara kain ini menggunakan alat uji daya tembus udara Air Permeability Tester. Penggunaan alat ini menyesuaikan dengan jenis kain yang diuji. Penyesuaian ini berpengaruh pada penggunaan orifice yang digunakan yang berukuran 2 – 16 mm. Pada pengujian ini menggunakan orifice 8 mm yang menyesuaikan dengan kain yang digunakan.
Dalam alat ini, terdapat dua skala. Pertama, skala horizontal dan kedua, skala vertical. Sebelum melakukan pengujian, harus dipastikan posisi skala horizontal dan vertical pada posisi nol. Kain yang telah dipasang pada alat siap untuk dilakukan pengujian. Syaratnya pengujian adalah skala horizontal menunjukkan skala 5 dan vertical lebih dari 2. Apabila skala horizontal kurang dari 5 maka harus diganti dengan orifice yang lebih besar. Setelah mencapai skala 5 kemudian dibacalah skala vertikalnya.
Pemasangan contoh uji pada alat dengan posisi yang dirapatkan dengan ring. Pemasangan ini harus dengan posisi kain mendatar dengan tegangan normal. Untuk itu pada pemasangannya, kain harus dalam posisi datar dengan tegangan normal. Ketegangan kain mempengaruhi tekanan udara yang diberikan. Tegangan normal akan membuat tekanan udara yang diberikan stabil.
4.1.2 Cara Digital
Sebenarnya tidak ada kesulitan dalam menggunakan peralatan ini, karena pada dasarnya alat ini didesain secara praktis, dan alat ujipun tinggal menginput ketika dipasang contoh uji,lalu diproses, kemudian terlihat output pada layar.
Adapun hal yang musti diperhatikan yaitu pemasangan bahan uji yang baik dan rata pada alat akan menentukan hasil yang maksimum pada output yang terlihat dilayar.
KESIMPULAN
5.1.1 Cara Mekanik
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Nilai orifice = 8 mm
Rata-rata nilai manometer tegak = 6,167
Harga minimal (h) = 72,0
Harga maximal (H) = 197,0
Harga daya tembus udara = 112,067 ft3/menit/ft2
Pengujian daya tembus udara kain ini menggunakan alat uji daya tembus udara Air Permeability Tester
Terdapat dua skala pada alat yaitu skala horizontal dan vertical dengan syarat penunjukan angka yang telah dijelaskan.
Pemasangan contoh uji harus dengan posisi datar dengan tegangan normal
5.1.1 Cara Digital
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Rata-rata nilai manometer tegak = 72,4 cm3/cm2/s
Harga minimal (h) = 67,8 cm3/cm2/s
Harga maximal (H) = 77,8 cm3/cm2/s
CV = 5,68 %
Test Area = 20 cm2
Test Pessure = 200 Pa
Adanya persentase CV yang lumayan jauh dari 0% disebabkan adanya kemungkinan tidak ratanya pemasangan bahan ke alat, sehingga alatpun menginput sesuai dengan pemasangan bahan pada alat
LAMPIRAN
Grafik Hasil Pengujian
BAB IX
PENGUJIAN KEKUATAN JAHITAN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian daya tembus udara untuk mengetahui kekuatan jahitan pada kain yang diuji
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian kekuatan jahitan
Mengetahui cara pengujian kekuatan jahitan
Mengetahui alat pengujian kekuatan jahitan dan penggunaannya
TEORI DASAR
Kekuatan tarik jahitan adalah kekuatan yang menunjukan berapa beban maksimal sampai jahitan itu putus. Kekuatan tarik jahitan besar kekuatannya tergantung kepada banyaknya stich per inchi dan kekuatan kainnya sendiri. Dengan demikian banyaknya stich per inchi disesuaikan dengan kekuatan kainnya. Kalalu tidak demikian bisa jadi saat diuji ketika mendapat tarikan kainnya sendiri yang putus bukan jahitannya.
Pada pengujian ini, yang harus diperhatikan, yaitu pada saat penarikan terjadi dua macam putus, yaitu :
Bila ditarik, yang putusnya adalah kain tenun yang dikenakan jahitan. Maka hal tersebut dapat dikaktagorikan sebagai kekuatan tarik kain. Dan hal tersebut menunjukan bahwa, kekuatan minimum dari benang jahitan yang ada pada kain tersebut lebih besar dari kekuatan minimum kain tersebut.
Pada saat penarikan, benang jahitan yang ada pada kain tenun tersebut putus. Hal ini adalah yang diharapkan pada pegujian kali ini. Bila hal ini terjadi, maka yang diujinya merupakan kekuatan jahitan dari benang jahit pada kain tenun.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalampraktikum pengujian kekuatan jahitan adalah sebagai berikut:
Alat uji kekuatan tarik dengan sistim laju penarikan tetap ( dinamometer )
Gunting.
Mesin jahit.
Jarum jahit dan benang jahit.
Bahan yang digunakan dalampraktikum pengujian kekuatan jahitan adalah kain contoh uji dengan ukuran 5 x 20 cm
Gambar 16.1 Alat Uji Kekuatan tarik (Dinamometer)
LANGKAH KERJA
Langka kerja yang digunakan dalam praktikum pengujian kekuatan jahitan adalah sebagai berikut:
Mengatur jarak jepit menjadi 7,5 cm.
Menyiapkan contoh uji dengan menggunting kain yang disediakan menjadi bentuk T.
Menjepit contoh uji dan mengatur sehingga jaitan tepat ditengah.
Letakkan posisi jarum penunjuk skala pada posisi nol
Menjalankan mesin dengan menarik handle sampai conto uji putus.
Apabila kain sudah putus maka jarum penunjuk skala akan berhenti tetapi mesin akan terus berjalan sehinga kita harus mematikannya.
Membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum penujuk skala untuk kekuatan tarik dan mulurnya
Mengulangi langkah-langkah diatas untuk arah lusi dan pakan sebanyak masing-masing 3 kali.
Mengamati dan mencatat penyebab putus, yaitu:
Kain putus.
Benang jahit putus.
Benang-benang kain tergelincir.
Gabungan dua atau tiga penyebab diatas.
DATA DAN PERHITUNGAN
Tabel 16.1 Hasil Pengujian Kekuatan Jahitan Arah Lusi
No Kekuatan Jahitan (x) (kg) (x - x ̅ )2 Keterangan
1 14 kg 11,09 Putus Jahitan
2 7,5 kg 10,05 Putus Jahitan
3 10,5 kg 0,03 Putus Jahitan
x ̅ = 10,67 kg ∑ = 21,17
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("21,17" /"3-1" )
= 3,25
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= 3,25/"10,67" x 100%
= 30,49 %
Kesimpulan keterangan lusi : Sebagian besar contoh uji rusak pada jahitan
Tabel 16.2 Hasil Pengujian Kekuatan Jahitan Arah Pakan
No Kekuatan Jahitan (x) (kg) (x - x ̅ )2 Keterangan
1 7,5 1 Putus Kain
2 12 12,25 Putus Jahitan
3 6 6,25 Putus Kain
x ̅ = 8,5 ∑ = 19,5
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √("19,5" /"3 -1" )
= 3,12
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "3,12" /8,54x 100%
= 36,74 %
Kesimpulan keterangan pakan : Sebagian besar contoh uji rusak pada kain
DISKUSI
Pegujian kekuatan jahitan ini menggunakan alat dinamometer dengan hasil pengujian berupa data kekuatan tarik kain (untuk pengujian kekuatan jahitan). Untuk kekuatan tarik kain, satuan yang digunakan adalah kg. Penggunaan beban pada dynamometer menyesuaikan dengan syarat yang telah ditentukan dan beban minimal yang digunakan adalah 50 kg.
Data hasil praktikum :
Rata-rata Kekuatan jahitan arah lusi = 10,67
Standar deviasi lusi = 3,25
Koevisien variasi lusi = 30,49%
Rata-rata kekuatan jahitan arah pakan = 8,5
Standar deviasi pakan = 3,12
Koevisien variasi = 36,74%
Pemasangan kain contoh uji pada alat harus dilakukan secara benar yaitu dengan tegangan normal. Namun, sebelum itu penjepitan kain harus dengan tegangan yang pas agar tidak terjadi slip saat pengujian berlangsung. Slip pada pengujian terjadi karena salah satu ujung kain baik bagian atas ataupun bawah kurang terjepit. Sehingga, saat dilakukan penarikan, terjadi slip.
Secara umum, hasil pengujian kekuatan jahitan tidak terjadi slip. Namun, untuk pengujian kekuatan jahitan arah lusi, kerusakan rata – rata adalah pada jahitan yang terlepas. Sedangkan pengujian arah pakan, kerusakan yang terjadi yaitu pada kain dan jahitan. Kerusakan pada kain dan jahitan adalah saat dilakukan penarikan, kain tertarik dan sedikit robek yang diikuti jahitan yang terlepas.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pengujian menggunakan dinamometer dengan spesifikasi yang telah disebutkan
Pemasangan contoh uji harus dilakuakan dengan benar
Secara umum, kain hasil pengujian tidak terjadi slip. Kain arah lusi rata – rata rusak pada jahitan dan kain arah pakan rudak pada kain dan jahitan.
LAMPIRAN
Kain Hasil Pengujian
Kain Contoh Uji Arah Lusi
Kain Contoh Uji Arah Pakan
BAB X
PENGUJIAN SLIP JAHITAN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian daya tembus udara untuk mengetahui slip jahitan pada kain yang diuji
Tujuan
Mengetahui urutan proses pengujian slip jahitan
Mengetahui cara pengujian slip jahitan
Mengetahui alat pengujian slip jahitan dan penggunaannya
TEORI DASAR
Pengujian slip jahitan dilakukan dengan cara contoh uji dilipat kemudian dijahit didekat dan sejajar dengan lipatan, kemudian dipotong. Contoh uji ditarik kearah tegak lurus jahitan, sehingga dapat ditentukan besarnya gaya yang menyebabkan terjadinya pergeseran benang selebar yang ditentukan (3 mm atau 6 mm). Slip jahitan juga dapat diukur dengan berapa cm slip benang pada jahitan setelah diberi beban tertentu ( 8 kg atau 12 kg). Kedua cara diatas bisa digunakan untuk mencari besarnya slip jahitan. Saat ini cara yang dipilih adalah untuk menentukan gaya yang diperlukan untuk pembukaan selebar 6 mm atau 3 mm.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu :
Alat uji kekuatan tarik dengan sistem laju mulur tetap (instron)
Jarak jepit yaitu 7,5 cm
Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan = 5 : 1
Kecepatan penarikan : 100 ± 10 mm/menit
Beban : 50 Kg
Mesin jahit listrik jeratan kunci 1 jarum, dengan kecepatan tidak lebih dari 3000 sticth per menit.
Jarum jahit dan benang jahit
Penggaris dengan skala mm.
Gunting
Bahan yang digunakan : kain tenun dengan ukuran 10 x 35 cm
Gambar 12.1 Alat Uji Kekuatan Tarik (Instron)
Gambar 12.2 Pemotongan Contoh Uji
LANGKAH KERJA
Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas.
Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada jahitan pada klem atas dan bawah.
Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur kain.
Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi grafik pada pengujian pertama.
Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah.
Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur jahitan.
Ukur grafik dengan cara :
Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N) yang merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit.
Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 mm dan tambahkan 30 mm untuk slip 6 mm.
Tentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang dipisahkan oleh jarak (1) + 15 mm atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar sumbu pertambahan panjang (tarikan).
Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada sumbu kurva kekuatan sampai 2 N terdekat.
Besarnya tahan selip adalah gaya tersebut dikurangi 5 N.
Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg (200 N), laporkan hasil pengujian sebagai lebih besar 20,4 kg (200 N) dan apabila kainnya sobek dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan kekuatan pada saat sobek.
DATA DAN PERHITUNGAN
Besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser/selip benang pada bukaan 3 mm dan 6 mm arah lusi dan arah pakan
*Apabila pemisahan jarak antara kurva sobek kain dengan kurva sobek jahitan pada di bukaan 3 mm atau 6 mm pada grafik tidak ada, maka kekuatan beban dinyatakan > 20,4 Kg (200 N).
Lusi
Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 3 = 18 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = 8,5 Kg atau 83,3 N
Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 3 = 33 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
Pakan
Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 9 = 24 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 2 = 39 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
DISKUSI
Pengujian slip jahitan menggunakan alat uji Instron. Sebagaimana telah diketahui bahwa sistem pengujian pada alat ini Menggunakan tarikan otomatis dan kemudian hasilnya direkam dalam kertas grafik. Dari kertas grafik tersebut diterjemahkan dalam bentuk hitungan.
Penggunaan alat uji Instron memang sedikit memerlukan ketelitan. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan alat ini adalah pemasangan contoh uji harus tepat dengan jepitan yang pas. Kemudian, karena pena yang digunakan tekanannya kecil, saat praktikum harus ditekan pena tersebut. Terakhir yang harus diperhatikan adalah penggunaan beban yang digunakan.
Saat dilakukan pengujian slip jahitan arah lusi grafik yang terbentuk melebihi garis grafik yang tersedia. Itu artinya slip jahitan yang terjadi bernilai besar. Selain itu, dilihat dari grfaik yang ada, pada bukaan 0,5 kg tidak terjadi bukaan sama sekali. Sehingga perhitungan bukaan tidak dapat dilakukan.
Tetapi untuk pengujian slip jahitan arah pakan tidak sampai melebihi grafik yang tersedia. Selain itu, pada bukaan 0,5 kg telah terjadi bukaan dan penghitungan bukaan untuk ukuran 3 mm dan 6 mm dapat dilakukan.
KESIMPULAN
Pada praktikum pengujian slip jahitan, diperoleh :
Hasil pengujian sebagai berikut :
Lusi
Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 3 = 18 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = 8,5 Kg atau 83,3 N
Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 3 = 33 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
Pakan
Bukaan 3 mm :
= (3 × 5) + 9 = 24 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
Bukaan 6 mm :
= (6 × 5) + 2 = 39 mm (pembacaan pada kurva)
Beban = > 20,4 Kg atau 200 N
hasil bahwa kekuatan jahitan dan robek kain pada beban > 20,4 kg.
LAMPIRAN
Kain Hasil Pengujian
Grafik Hasil Pengujian
BAB XI
PENGUJIAN KELANGSAIAN KAIN (DRAPE)
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian kelangsaian kain (drape) untuk mengetahui kelangsaian pada kain yang diuji
Tujuan
Memiliki kemampuan menguji langsai (drape) kain
TEORI DASAR
Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya lekukan kain yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagainya apabila kain digantungkan. Drape Factor adalah perbandingan selisih luas proyeksi vertikal dengan luas landasan contoh uji, terhadap selisih contoh uji dengan luas landasan contoh uji.
The Fabric Researh Laboratories of USA telah mengembangkan suatu metode untuk mengukur drape, hal ini dilakukan dengan dengan cara mengabungkan karakteristik lusi dan pakan menghasilkan suatu tekukan seperti terlihat ditoko apabila suatu kain digantung pada gantungan bulat.
Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat berdiameter 12,5 cm, bagian kain yang tidak tersangga akan jatuh (drape), seperti terlihat
tidak ada drape yang terjadi maka proyeksi contoh akan tetap 25 cm, karena adanya drape maka terlihat seperti gambar B.Drape agak berbeda artinya yaitu kemampuan kain untuk memberikan kenampakan indah waktu dipakai. Tidak semua bahan pakaian harus mempunyai drape yang baik. Kain untuk bullet Skirt atau Patti Coat kaku, tidak harus mempunyai drape yang baik.
Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan :
Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu.
Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai.
Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam sasaran bahwa kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan dan drape.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu :
Drape Tester
Alat Pengukur contoh Uji
Gunting
Printer
LANGKAH KERJA
Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan standar diameter 25 cm sebanyak 5 lembar. Beri tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada titik pusat lingkaran diameter 3 mm, kondisikan dalam ruang standar pengujian.
Nyalakan komputer
Nyalakan Drape Tester, dengan cara membuka kaca, kemudian tekan saklar kanan bawah alat sampai lampunya menyala.
Klik icon Drape Tester, sampai keluar menu Drape Tester.
Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada pada titik tengah landasan uji.
Jalankan alat sehingga contoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran. Biarkan beberapa saat.
Klik reset, tunggu sampai lampu merah pada alat menyala.
Beri nama operator dan nama kain.
Klik Start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape kain, biarkan sampai pengujian selesai.
Lakukan pada permukaan sebaliknya
Klik print untuk mencetak hasil pengujian. Hasil pengujian dapat dibaca pada layar monitor komputer dan atau pada kertas hasil print.
DATA DAN PERHITUNGAN
PERSENTASE DRAPE
Tabel 18.1 Hasil Pengujian Kelangsaian Kain (DRAPE)
No. Hasil Pengujian Jumlah
1. Jari – jari sample 127 mm
2. Jari – jari landasan 63,5 mm
3. Luas sample 50.670,75 mm2
4. Luas landasan 12.468,98 mm2
5. Jari – jari rata-rata drape 90,66 mm
6. Luas drape 25.818,64 mm2
7. Drape 34,95 %
Perhitungan :
% Drape = "Luas drape – Luas landasan" /"Luas sample – Luas landasan" x 100 %
= "25.818,64 – 12.468,98" /"50.620,75 – 12.468,98" x 100 % = 34,94 %
PRESENTASE DRAPE
Tabel 18.2 Hasil Pengujian Kelangsaian Kain (DRAPE)
No. Hasil Pengujian Jumlah
1. Jari – jari sample 127 mm
2. Jari – jari landasan 63,5 mm
3. Luas sample 50.670,65 mm2
4. Luas landasan 12.468,98 mm2
5. Jari – jari rata-rata drape 91,13 mm
6. Luas drape 26,089,91 mm2
7. Drape 35,66 %
Perhitungan :
% Drape = "Luas drape – Luas landasan" /"Luas sample – Luas landasan" x 100 %
= "26.089,91 – 12.468,98" /"50.620,75 – 12.468,98" x 100 % = 35,65 %
Rata – rata = "34,94 + 35,65" /"2" =35,295
DISKUSI
Yang perlu diperhatikan dalam pengujian drape kain adalah:
Kain diberi lubang pada bagian tengahnya supaya kain contoh uji dapat diam pada waktu pengujian berlangsung dan posisi kain tetap berada ditengah papan landasan.
Apabila kain yang diuji langsainya bagus maka persentase drape kain akan kecil.
Apabila kain yang diuji langsainya kurang maka persentase drape kain nilainya besar.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
% Drape 1 = 34,94%
% Drape 2 = 35,65%
Kain mempunyai kelangsain yang memenuhi standar.
VI.LAMPIRAN
Kain Hasil Pengujian
BAB XIX
PENGUJIAN JEBOL KAIN
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
Melakukan pengujian untuk mengetahui kekuatan jebol kain.
Tujuan
Mengetahui kekuatan jebol kain.
TEORI DASAR
Pengujian kekuatan jebol kain dilakukan pada kain rajut dan beberapa jenis kain tertentu, misalnya kain-kain untuk militer dan payung terbang, selain itu dipakai pula intuk kertas. Pengujian tahan jebol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengujian dengan bola penekan dan pengujian dengan diafragma.
Pengujian dengan bola penekan dilakukan dengan alat uji kekuatan tarik yang dilengkapi dengan bola baja yang mendorong contoh yang dijepit oleh penjepit yang berbentuk cincin untuk memegang contoh uji. Peralatan terpasang pada alat uji kekuatan tarik sedemikian rupa, sehingga pada saat berjalan, bola yang berukuran satu inci akan mendorong kain ke atas. Beban yang diperlukan untuk memecah kain menunjukan kekuatan jebol kain tersebut.
Pengujian dengan diafragma, penekan digunakan diafragma yang terbuat dari karet, yang ditekan oleh cairan yang digerakan oleh pompa, sehingga karet akan mendorong kain hingga pecah. Besarnya tekanan yang terjadi diukur dengan pengujkur tekanan tabung bourdon. Kapasitas alat ini relatif kecil.
PERCOBAAN
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan yaitu :
Bursting strength Tester, yang dilengkapi dengan :
Diafagma dari karet
Penunjuk tekanan dalam satuan kg/cm2.
LANGKAH KERJA
Contoh uji yang dapat dijebol berdiameter 30 cm.
Contoh uji disediakan 1 lembar contoh uji, masing-masing tidak merupakan course atau wale yang sama, bisa juga berupa selembar kain tanpa dipotong dengan jarak antar contoh uji 70 mm.
Atur diafragma pada alat sampai rata, dengan cara menghilangkan tekanannya
.
Atur penunjuk skala pada angka nol (0).
vvwJepit contoh uji dengan kuat.
Naikan tekanan terhadap karet diafragma dengan laju tekanan tetap sampai kain jebol/pecah.
Hilangkan tekanan setelah kain tersebut jebol, catat angka dalam skala yang ditunjukan jarum penunjuk.
Ulangi pengujian diatas sampai 4 contoh uji.
DATA DAN PERHITUNGAN
Tabel 19.1 Hasil Pengujian Kekuatan Jebol Kain
Pengujian Kekuatan Jebol (x - x ̅ )2
1 13 0,25
2 12 0,25
3 14 2,25
4 11 2,25
x ̅ = 12,5 ∑ = 5
Perhitungan :
Standar Deviasi (SD) = √(("∑" ("x - x" )^"2" )/"n - 1" )
= √(5/"4-1" )
= 1,29
Koefisien variasi (CV) = "SD" /"x" ̅ x 100%
= "1,29" /"50" x 100%
= 2,58%
DISKUSI
Yang perlu diperhatikan dalam pengujian drape kain adalah:
Pastikan skala pada posisi 0 sebelum dilakukan pengujian
Saat meletekan kain uji pastikan terkunci dengan rapat
Pastikan jarak antara letak pengujian satu dengan yang lain berjauhan sehingga diperoleh rata-rata pada kain yang menyeluruh.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Data hasil praktikum :
Rata-rata kekuatan jebol kain = 12,5
Standar variasi = 1,29
Koefisien variasi = 2,58%
Koefiseien variiasi disebabkan adaanya variasi perbedaan kekuatan yang tidakmerata dari kain.
DAFTAR PUSTAKA
N.M. Susyami Hitariat, dkk. Bahan ajar Praktek evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain), SekolahTinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2005
N.M. Susyami Hitariat, dkk. Bahan ajar Praktek Avaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain), Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 2005
Sugeng W,.dkk,. Desain Tekstil 1, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,2013. Bandung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar