Jumat, 09 Februari 2018

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN POLOS
I. Maksud dan tujuan
· Memiliki kemampuan mengenali ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos
  • Memiliki kemampuan menentukan arah lusidan pakan
  • Memiliki kemampuan menghitung tetal dalam kain
  • Memiliki kemampuan mengkeret benang
  • Memiliki kemampuan nomor benang
II. Teori dasar
Dekomposisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses perubahan menjadi benda yang lebih sederhana atausecara umum proses dekomposisi kain bermaksud dan bertujuan untuk mengetahui jenis anyaman yang dipakai atau digunakan pada suatu jenis kain [kain contoh uji].
Proses dekomposisi kain ini dilakukan mempunyai maksud dan beberapa tujuan. Yaitu sbb:
· Tujuan Ekonomis; untuk menghitung biaya atau harga pokok pembuatan kain yang seperti kain contoh.
· Tujuan Pengawasan Mutu; untuk dipakai sebagai alat guna menentukan mutu kain jadi maupun untuk pengawasan mutu kain yang sedang dibuat berkenaan dengan suatau kontrak [pesanan].
· Tujuan Teknis; untuk memperoleh data – data guna pembuatan kembali [meniru dengan tepat] kain yang sesuai dengan contoh. Bahkan bila perlu membuat kain yang lebih baik daripada kain contoh.

Sehingga makna dari Menganalisis kain tenun atau biasa disebut dengan “dekomposisi”, adalah suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh data – data yang dapat digunakan untuk membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh yang dianalisis tadi.
Anyaman polos disebut juga sebagai anyaman platt,tafleta, dan anyaman plain. Anyaman ini paling sederhana dan paling banyak dipakai orang. Penyilanagan antara benang lusi dan pakan bergantian. Anyaman ini paling banyak silangan – silangannya dibandingkan dengan anyaman – anyaman lainnya, karena itu relatif paling kokoh pula. Hanya pada kain ini, kemungkinan jumlah benang setiap inchinya relatif lebih sedikit dibanding dengan anyaman yang lain. Terlalu banyak benang akan menghasilkan kain yang kaku.



Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos:
· Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai
  • Mempunyai raport yang paling kecil dari semua jenis anyaman
· Bekerjanya atau kombinasi pakan dan benang lusi paling sederhana, yaitu : 1-naik dan 1-turun
· Ulangan raport: kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan, sedangkan kearah vertikal (panjang kain) atau kearah lusi diulangi sesudah 2 helai lusi
  • Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain
· Jika faktor–faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain menjadi: paling kuat diantara anyaman yang lain dan letak benang lebih teguh atau tak mudah berubah tempat.
· Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor – faktor konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman lainnya.
· Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran ( range) yang lebih besar daripada dalam anyaman yang lain ( 10 hl/"-200 hl/" ). Demikianpun perpencaran berat kain adalah lebih besar daripada dalam anyaman lain (0,25 oz/yds2 --- 52 oz/yds 2).
  • Anyaman polos lebih sesuai / mampu untuk diberi rupa ( appereance) yang lain dengan jalan mengadakan ubahan – ubahan desain, baik struktural desain maupun surface desain dibandingkan dengan anyaman lainnya.
  • Pada umumnya kain dengan anyaman polos penutupan kainnya ( fabric cover) berkisar pada 25% - 75%
  • Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis ( open construction or sheer texture) dengan hasil yang memuaskan daripada menggunakan anyaman yang lain.
· Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi digunakan 4 gun atau lebih.
· Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium dengan fabric cover 51% - 75%. Penutupan lusi dan pakan berkisar 31% - 50%. Jenis kain ini misalnya: kain yang diprint (print cloth) sheetings dll.
  • Anyaman polos untuk kain padat ( close construction ) , biasanya menggunakan benang pakan yang lebih besar daripada benang lusi.

III. Alat dan Bahan
  1. Lup
  2. Gunting
  3. Penggaris
  4. Jarum
  5. Timbangan
  6. Kain contoh
IV. Prosedur
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai ( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
  • No. Metrik [Nm]
  • No. Inggris [Ne1]
  • Tex
  • Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
  • Berat Percobaan/ m²
· Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
  • Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
  • Warp Cover [Cw]
  • Filling Cover [Cf]
  • CF (%)
11. Mengambar anyaman plain.
V. Data dan Perhitungan
Text Box: PAKAN
Text Box: LUSI







































VI. Diskusi
Dalam praktikum dekomposisi kain anyaman polos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil dari praktikum ini, yaitu :
· Selisih berat dari penimbangan dan perhitungan yang diperoleh praktikan pada praktikum ini sebanyak 5,97 %. Sedangkan seharusnya selisih berat maksimal hanya 5%. Hal ini terjadi karena kekurang telitian praktikan saat menentukan tetal lusi dan tetal pakan, mengukur pajang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan, berat saat menimbang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan. Maka dari itu untuk kedepannya harus lebih pasti dalam mengukur panjang dan menimbang, agar selisih yang diiinginkan dapat tercapai..
· Pada saat pemotongan kain contoh 20 x 20 cm sebisa mungkin sebelumnya kita menguraikan lusi dan pakannya sehingga mendekati ukuran 20 x 20 cm setelah itu diberi batasan dengan ukuran 20 x 20 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai sampai mendapatkan kain dengan ukuran 20 x 20 cm. Setelah itu sisa-sisa benang lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan pemotongan kain contoh ( kain contoh terlalu kecil, misalnya ).
· Mengkeret pakan dan mengkeret lusi yang didapat cukup besar hal ini karena banyaknya silangan dan titik silang pada kain. Fabric cover yang didapat cukup tinggi yaitu 68,26%.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi daripada tetal pakan
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
  • Mengkeret lusi = 0,57 %
  • Mengkeret pakan = 1,57 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 80,46 Nm = 67,73
Ne1 = 47,47 Ne1 = 39,96
Tex = 12,42 Tex = 14,76
Td = 111,85 Td = 132,88
  • Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 89,5 g
Hasil perhitungan = 84,15 g
  • Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 5,97 %
  • Fabric Cover = 68,26 %
VIII. Daftar Pustaka
· http://kbbi .web.id/dekomposisi
  • Ekofajrie.blogspot.co.id/2013//11/dekomposisi-kain-anyaman-plain.httml/?m=1
  • wikipedia.anyamanpolos.2013
· Jumaeri,dkk.Textiledesign.Institut Teknologi Tekstil.Bandung.1974