Kamis, 01 Februari 2018

PRAKTIKUM I UJI HAIRINESS • Tujuan Praktikum  Menguji bulu benang (hairiness) menggunakan hairiness tester • Teori Pengujian Bulu Benang (Hairiness) Hairiness merupakan salah satu indikator dalam penentuan standar suatu benang, Makin banyak hairiness, makin tidak rata benangnya. Sebaliknya, makin sedikit hairiness semakin baik mutu benang tersebut menunjukkan jumlah panjang serat yang menonjol semakin rendah. Hairness terjadi karena adanya beberapa benang yang kurang ditwist apabila di staple, tetapi pada benang filamen biasanya terjadi karen adanya serat penyusun filamen yang putus : Penyebab terjadinya hairness antara lain : Bahan baku : - SPF (Staple Fibre Content) - Panjang Serat - Kerataan Panjang Serat Pemintalan : - Twist - Yarn Path (Jalur yang dilewati benang) Pada alat uji ini, hairness yang diukur adalah hairness yang memiliki panjang 0,5 mm dan 1,5 mm.  ALAT DAN BAHAN - Hairiness Tester, - Benang Contoh Uji Ne1 40,69  LANGKAH KERJA 1. Menyalakan alat uji hairiness serta seperangkat computer yang terpasang. 2. Mengaktifkan kamera pada alat uji dengan mengaktifkannya pada software yang terdapat pada kopmputer. 3. Membuka program pengujian hairness tester. 4. Memasang benang pada alat penguji. 5. Menyalakan motor penggerak . 6. Menjalankan pengujian dengan meng-klik run test pada program tersebut. 7. Pengujian dilakukan selama 1 menit sebanyak 5 kali pengujian. Mencatat data – data yang diperoleh (bisa juga dengan meng-klik preview pada program tersebut). • Pengujian Bulu Benang (Hairiness) • Hasil Pengujian Test length : 0,75 meter Eval time : 1 minute No Uji 0, 5 mm [atas] 0, 5 mm [bawah] Jumlah [result] (x – x’)² Uji 1, 5 mm [atas] 1, 5 mm [bawah] Jumlah [result] (x – x’)² 1 1 178 416 594 10201 1 6 20 26 121 2 2 186 526 712 289 2 14 32 46 81 3 3 156 551 707 144 3 10 26 36 1 4 4 171 596 767 5184 4 16 24 40 9 Σ 2780 15818 148 213 x’ 695 3954,5 37 53 Max 767 46 Min 596 26 • Perhitungan • 0, 5 mm = • 1, 5 mm = • Diskusi Dalam Percobaan kali ini ada beberapa hal yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut  Percobaan cukup mudah karena semua sudah menggunakan system computer sehingga data yang didapat, langsung dapat keluar. Tinggal kita menghitung Standar Deviasi dan Coevisien Variasi dari data tersebut.  Dalam praktikum, sebaiknya tangan dalam keadaan kering, karena apabila tangan dalam keadaan basah ketika tangan menyentuh benang, benang akan tertidur,sehingga uji bulupun datanya akan kurang valid • Kesimpulan • Bulu dengan panjang 0,5 – 1,49  Jumlah Bulu Rata-rata = 695 SD = 72,61 ; CV = 10,45 % • Bulu dengan panjang ≥ 1,5  Jumlah Bulu Rata-rata = 53 SD = 8,43 ; CV = 15,9% • Panjang Benang uji = 0,75 meter • Waktu uji = 1 menit PRAKTIKUM II UJI KETAHANAN GOSOK BENANG  Tujuan Praktikum  Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan dan mengetahui jumlah gosokan untuk memutus benang dan mulur benang saat beberapa serat putus atau pada putaran tertentu dan juga mulur benang saat semua serat putus (benang putus).  Teori Pengujian Keriting Benang Filamen Pengujian ini merupakan salah satu uji untuk mengetahui spesifikasi suatu benang, karena pengujian ini bernamakan tahan gosok tentu benang akan diberi sebuah perlakuan dimana benang tersebut akan digosok oleh benangnya sendiri untuk mengetahui seberapa kuatnya dan berapa bulu yang dia keluarkan, karena bagaimanapun juga benang akan mengalami tekanan tersebut pada proses selanjutnya yaitu pertenunan, perajutan atau pada pemakaian kain jadinya. Dalam pertenunan, benang mengalami gesekan, tegangan dan kejutan. Tegangan terjadi sisebabkan oleh pembukaan mulut dan pengetekan oleh sisir tenun. Akan tetapi karena tegangan benang pada proses pertenunan dalam keadaan normal adalah kecil (umumnya tidak lebih dari 20 % dari kekuatan tarik benang yang tidak dikanji), maka kriteria lain untuk menentukan kemampuan benang untuk ditenun adalah ketahanan terhadap gosokan. Untuk menguji ketahanan gosok benang telah dibuat alat Hirrutarikken. Pada alat uji tahan gosok benang Hirrutarikken, benang digosok oleh piring penggosok yang padanya dipasang batang-batang penggosok. Batang penggosok ini memiliki kedudukan yang berbeda-beda yaitu tegak lurus, miring ke dalam dan miring ke luar. Bentuk penampang dari batang penggosok juga dibedakan yaitu : busur, runcing dan datar. Pengujian tidak hanya dilakukan pada benang pintal tetapi juga pada benang filamen, benang hasil penganjian, benang gintir dan lain-lain, yaitu dengan mengganti cara pemasangan benangnya. Hasil pengujian dengan alat ini tidak hanya dapat mengetahui jumlah gosokan untuk memutus benang, tetapi juga dapat mengetahui mulur benang saat beberapa serat putus atau pada putaran tertentu dan juga mulur benang saat semua serat putus (benang putus). Nilai tahan gosok benang adalah angka yang menunjukkan jumlah gosokan yang diperlukan untuk menggosok benang sampai putus.  ALAT DAN BAHAN - Alat Hiturritarikken - Benang Contoh Uji  LANGKAH KERJA • Benang contoh uji digosok oleh piring penggosok yang padanya dipasang batang-batang penggosok. • Batang penggosok ini memiliki kedudukan yang berbeda-beda yaitu tegak lurus, miring ke dalam dan miring ke luar. • Bentuk penampang dari batang penggosok juga dibedakan yaitu : busur, runcing dan datar. • Pengujian tidak hanya dilakukan pada benang pintal tetapi juga pada benang filamen, benang hasil penganjian, benang gintir dan lain-lain, yaitu dengan mengganti cara pemasangan benangnya.  Pengujian Ketahanan Gosok Benang • Pengumpulan dan Pengolahan Data I. DATA-DATA PERCOBAAN - Benang Contoh Uji : Td 155 - Beban : 90 gram No. Uji Count Bulu (x – x’)² Count Putus (x – x’)² 1 7 9 10 33,06 2 3 1 4 0,0625 3 2 4 3 1,5625 Σ 12 14 17 34,685 II. PERHITUNGAN Bulu Putus  Diskusi Ada beberapa hal yang akan saya bahas sebagai parktikan uji tahan gosok benang filamen ini yaitu proses dari pengujiannya dan hasil uji yang di dapatkan. Pada proses pengujian, alat ini menunjukkan pada count berapa benang terdapat bulu sebelum putus, maka dari itu pada saat pemasangan harus sesuai dengan acuan standar uji ini, selain itu penyesuaian beban juga harus disesuaikan dengan nomor benang. Oleh karena itu disarankan penguji mengamati proses dari awal pengujian sampai pengujian selesai, agar saat benang terdapat bulu, kita langsung melihat count berapa saat bulu ada. Begitupun pada saat benang putus, ketika benang putus, kita langsung lihat, pada count ke berapa benang terputus. Data yang didapat pun akan lebih akurat, dan lebih baik di bandingkan dengan acuan sesuai standarnya agaar mengetahui seberapa penyimpangan yang dilakukan praktikan  Kesimpulan Dapat disimpulkan, dari hasil pengujian tahan gosok benang filamen, benang yang diuji memiliki : Standar Deviasi a. Bulu : 0,935 b. Putus : 23,375 Koefisien Variasi : a. Bulu : 9, 2 % b. Putus : 34,64 % PRAKTIKUM II KERITING BENANG (CRIMP) FILAMEN  Tujuan Praktikum  Menguji crimp benang filamen sintetis  Untuk menguji Modulus Crimp dengan alat Crimp Tester  Teori Pengujian Keriting Benang Filamen Suatu phase yang paling penting dalam menentukan baik tidaknya proses pembuatan serat filament buatan adalah salah satunya evaluasi crimp yang akan menentukan mutu dari benangnya. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap friksi antara serat dan karenanya berpengaruh pada gaya drafting dan variasinya. Tidak selamanya serat – serat yang sudah berbentuk sliver itu dapat didraft dengan mudah dan dengan variasi gaya yang baik, karena diantara serat – serat ada yang lengket ( stick ) dan ada yang slip. Fenomena seperti ini biasa disebut efek “stick – slip” yang amat tergantung pada koefisien friksi antara permukaan serat – serat, daya rekat antara permukaan serat - serat dan efektifitas hubungan antara permukaan serat. Pada serat atau benang filament buatan jumlah crimp yang terdapat pada seratnya sudah tertentu, hal ini karena serat buatan tidak mempunyai crimp alam sehingga crimpnya dapat ditentukan pada waktu pembuatan seratnya.  ALAT DAN BAHAN - Crimp Tester - Benang Contoh - Dudukan Beskala - Oven - Stopwatch  LANGKAH KERJA  Panjang contoh digulung menggunakan reeling dengan jumlah putaran disesuaikan dengan panjang benang.  Benang dipanaskan didalam oven selama 15 menit pada suhu sesuai dengan jenis seratnya :  Asetat triasetat = 100C  Polyester = 120C  Poliamida = 120C  Poliakrilat = 180C  Menggantungkan benang pada alat tanpa beban selama 30 menit.  Memasang kaitan dan memberi beban seberat 247,5 gram.  Setelah 10 detik baca angka pada skala ( Lg ).  Melepaskan beban 247,5 tunggu selama 10 menit kemudian baca skala (Lz).  Memasangkan beban 22,5 gram, tunggu selama 10 detik kemudian baca (Lf). Melepaskan beban 22,5 gram, segera pasang beban 2500 gram setelah 10 detik, lepaskan beban 2500 gram, tunggu 30 menit kemudian baca ( Lb )  Pengujian Keriting Benang Filamen • Pengumpulan dan Pengolahan Data UJI CRIMP BENANG FILAMENT TEKSTUR III. DATA-DATA PERCOBAAN  Jenis Serat : Poliester  Suhu Oven : 120° C  Panjang Gulungan Benang Contoh Uji Berat [gram] Dtex 1 2, 417  Panjang Pengujian Benang [ LG, LZ, LF, LB] Panjang LG LZ LF LB Pengujian 1 445 415 430 423 Pengujian 2 480 395 440 510 IV. PERHITUNGAN  Pengujian I     Pengujian II     Diskusi Pada pecobaan kali ini akan dibahas beberapa hal, yakni :  Pada praktikum kali ini semua membutuhkan waktu yang berbeda-beda, mulai dari persiapan ke oven, harus disesuaikan jenis seratnya, pengkondisian setelah dari ovenpun ada, hingga diberi bebanpun ada waktu, jadi waktu sangat perlu diperhatikan, agar hasil dan perhitungannya akurat, waktu harus disesuaikan dengan instruksi standarnya, sehingga hasilnya lebih valid  Pada saat proses selesai proses pengeringan, sebaiknya cepat-cepat dilakukan pengujian karena serat tersebut mungkin akan menyerap kembali air dalam udara terbuka.  Kesimpulan • Panjang Gulungan Benang = 23 m • Kc1 = 6,74 % • Kc2 =17,7 % • Mc1 =3,37 % • Mc2 =8,33 % • Sc1 =72,33 % • Sc2 =82,35 % PRAKTIKUM III UJI KETIDAKRATAAN BENANG  Tujuan Praktikum  Menguji kerataan benang menggunakan alat Uster eveness tester  Teori Pengujian Kerataan Benang Faktor-faktor yang mempengaruhi kerataan Benang Panjang serat Panjang serat dan distribusi panjang serat langsung mempengaruhi setting rol draft dan akan mempengaruhi pula kerataan benang yang dihasilkan. Ketidakrataan yang bersumber pada hal ini disebut drafting waves. Kehalusan serat Kehalusan serat mempengarughi kerataan benang karena kehalusan serat menentukan jumlah serat pada setiap penampang benang. Dengan kehalusan serat yang sama, pada penampang benang yang luas, jumlah seranya banyak, sedangjkan pada penampang benang yang lebih sempit, jumlah seratnya lebih sedikit. Mesin Banyaknya gerakan mekanik yang diterima serat mulai dari mesin bale opener, cleaner, carding, drawing, roving hingga ring spinning menyebabkan penurunan kualitas serat. Penyetelan dan perawatan mesin yang kurang baik mudah menyebabkan ketidakrataan. Misalnya pada penyetelan jarak antar-rol drafting yang tidak sesuai dengan effective length pada distribusi panjang serat akan menyebabkan crecking atau floating yang akhirnya meghasilkan ketidakrataan benang. Penekanan ketidakrataan benang harus dimuali dari awal proses pengolahan serat, yaitu di mesin blowing yang menghasilkan lap. Dengan melalui rangkaian proses panjang line ring spinning yang sama, lap yang rata akan menghasilkan benang yang lebih rata dibanding lap yang tidak rata. Uster Eveness Tester Uster evenees tester adalah asalah satu alat yang menggunakan sistem kapasistansi, dibuat oleh Zellweger Company di Uster Switzerland. Alat ini terdiri dari : 1. Eveness tester (GGP), merupakan alat induk yang dilengkapi dengan 2. Recorder (Reg. GGP), untuk mencatat grafik ketidakrataan bahan 3. Integrator (ITG), yang mencatat lansung harga-harga ketdakrataan U% atau CV% 4. Spectograph (SPG) dan recordernya (Reg SPG), yang mencatat periodicity dari bahan yang diuji dan 5. Imperfection indicator (IP), yang mencatat banyaknya bagian benang yang tebal atau yang tipis setiap panjang tertentu. Prinsip Bekerjanya Uster Eveness Tester Pada alat ini terdapat condensator pengukur atau measureing comd yang terdiri dari 8 slot, selanjutnya disebut electrode-elektrode, yang berhadapan satu sama lain dengan jarak tertentu. Jika pada suatu sirkuit seperti gambar di atas dipasang voltage w maka akan timbul medan listrik di dalam ruangan antar-elektrode E. Apabila dalam medan listrik itu dipasang suatu isolator atau bahan tekstil P misalnya, maka medan listrik diperkuat; hal ini dapat dilihat pada perubahan aliran listriknya misalnya dengan ammeter yang sensitive. Perubahan aliran liatrik ini selanjutnya dijadikan informasi dan dicatat pada recorder maupun dilanjutkan pada bagian uster eveness tester lainnya. PENGUJIAN KERATAAN BENANG Alat : Uster eveness tester Keisokki *) terdiri dari GGP dan IP saja Tabel slot dan nomor benang slot Ne1 1 0,015 – 0,06 2 0,2 – 0,047 3 0,65 – 0,18 4 3,7 – 0,53 5 9 – 3,7 6 28 – 9 7 73 – 28 8 150 – 73 Tabel waktu evaluasi minimum Kecepatan benang (meter/menit) Waktu evaluasi (menit) 8 5 25 1 50 1 100 1 200 1  Langkah Kerja 1. Nyalakan alat utama (GGP) dan alat perekam indicator ketidakrataan (IP). 2. Pasang benang di nomor slot sesuai dengan nomor benang. 3. Samakan frekuensi. 4. Mulai merekam data. 5. Amati pergerakan U% nya, setelah satu menit kemudian catat 6. Amati percobaan setiap menitnya selama lima kali  Pengujian Kerataan Benang • Pengumpulan dan Pengolahan Data - Average – Value : 26,5 - Speed – Cotton : 100 m/ menit - Slot : 6 Nomor U % (x – x’)² 1 11 0,0256 2 11 0,0256 3 10,5 0,1156 4 10,8 0,0016 5 10,9 0,0036 Σ 54,2 0,172 x’ 10,84 • Thin places = 2 / 1000 m • Thick places = 0 / 1000 m • Neps = 44/ 1000 m  Diskusi Dalam praktikum kali ini ada beberapa hal yang dibahas sebagai diskusi, yaitu :  Benang masih memiliki U % yang bervariatif. Sehingga benang berkoefisien variasi.. Hal ini dikarenakan proses penggulungan benang pada mesin yang kurang sempurna, rol tampung benang yang berputar dan berfungsi untuk menggulung benang tidak bisa menampung benang yang menumpuk, sehingga banyak benang yang keluar dari rol. sehingga hasil yang didapat kurang valid  Pada saat penggulungan perhatikan bentuk gulungan karena akan mempengaruhi tegangan pada benang yang akan ditarik.  Ketika mengamati pergerakan U% nya, setelah satu menit segera catat, karena untuk mendapatkan hasil yang akurat kita juga harus teliti begitu juga untuk percobaan setiap menitnya selama lima kali berikutnya  Kesimpulan V = 100 m/min Average –Value =26,5 Range of scale = 50 % Slot = 6 • U% = 10,84 • Thin places = 2 / 1000 m • Thick places = 0 / 1000 m • Neps = 44/ 1000 m • U%  SD = 0,207 ; CV = 1,91 % DAFTAR PUSTAKA Wibowo Moerdoko, S.Teks, et al. 1973. Evaluasi Tekstil Bagian Fisika. Institut Teknologi Tekstil. Bandung www.bsn.co.id Jurnal Praktikum Evaluasi Tekstil 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar