BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEKOMPOSISI
KAIN CELE
1.1.1 Maksud dan Tujuan
Mahasiswa diharapkan memilki
kemampuan menganalisis dekomposisi kain cele.
1.1.2 Landasan Teori
Kain cele atau kain kotak-kotak merupakan sebuah
hasil dari suatu penelitian dan pengolahan pada desain anyaman polos.
Pada dasarnya pembuatan
struktural desain dilakukan dengan jalan mengelola beberapa faktor dari
konsentrasi kain yang pada akhirnya untuk mendapatkan gubahan pada strukturnya.
Struktur desain dibentuk pada saat kain terseut ditenun. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan ubahan benang dalam desain
yang dapat dilakukan dalam sehelai kain.
Pengelolaan kain cele
yang biasanya adalah dengan penggunaan benang yang berbeda-beda warnanya, baik
benang lusi maupun benang pakan, sehingga perpaduan untuk benang lusi dan
benang pakan membentuk satu motif kotak-kotak akibat dari perbedaan warna
benang tadi.
Apabila benang pakan
suatu kain digunakan anyaman kain yang menggunakan warna dua macam atau lebih maka permukaan akan nampak pada warna
bergantung dari anyaman yang digunakan dan susunan warna benang lusi dan benang
pakan. Sehingga warnalusi atau pakan akan nampak dipermuakaan kain ditentukan
oleh efek lusi atau efek pakan.
Faktor-faktor konstruksi
kain yang dapat diolah meliputi :
·
Penggunaan
barang yang berbeda warna
·
Penggunaan
barang yang berbeda jenis
·
Penggunaan
barang yang diberi pengayaan yang berbeda
·
Penggunaan
tetal lusi dan tetal pakan yang berbeda
Anyaman cele mempuyai raport yang paling kecil
hampir sama dengan anyaman polos. Selain itu anyaman ini memiliki silangan yang
paling banyak dan paling kokoh serta tidak mudah berubah tempat .
Beberpa hal yang diperlukan dalam pembuatan
selembar kain (dekomposisi kain pada naymn celle) yang digunakan untuk membatu
kelancaran percobaan dapat dilakukan
dengan melihat ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman cel tersebut sifat dan
karakteristiknya sama dengan anyaman polos, yaitu :
a.
Anyaman
ini paling sederhana dan paling tua serta paling banyak digunaakn
b.
Mempunyai
rapot yang kecil dan semua jenis anyaman
c.
Bekerjanya
benang-benang lusi dan pakan saling sederhana yaitu naik satu dan turun satu
d.
Bilangan
raport ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah dua
helai pakan sedangkan kearah vertikal (panjang kain), atau ke arah lusi
diulangi setelah dau helai lusi
e.
Jumlah
silangan paling banyak diantara jenis anyaman kain
f.
Jika
faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan bahhan paling
kuat dari anyaman lain dan lebih benang teguh atau tidak mudah berubah tempat
g.
Anyaman
polos paling sederhana dikombinasikan dengan faktor-faktor yang lain dengan
jalan mengubah-ubah desain, baru desain struktural untuk mengubah variasi
(appearance)
h.
Banyaknya
guun ytang digunakan minimal 2, tetapi untuk tetal lusi yang tinggal
digunakna 4 gun atau lebih
Desain kotak (biasanya dalam bahasa asing bentuk kotak adalah cele dibagi
menjadi 2, yaitu :
1.
Desain
kotak teratur (tiap kotak berukuran sama)
2.
Desain
kotak tidak teratur (tidak sama kotak berukuran sama)
Kain cele
adalah kain yang menggunakan anyaman polos sebagai anyaman dasarnya. Konstruksi
kotak – kotak pada kain cele merupakan efek warna. Hal inilah
yang membedakan antara anyamana polos dengan kain cele. Ciri – ciri kain cele
sama dengan anyaman polos karena anyaman dasarnya yang menggunakan anyaman
polos. Ciri – ciri kain cele, yaitu :
a.
Merupakan
anyaman yang paling sederhana dan paling banyak dipakai
b.
Bekerjanya
lusi dan pakan paling sederhana, satu naik satu turun
c.
Merupakan
anyaman yang memiliki jumlah repeat terkecil
d.
Pengulangan
raport dilakukan setelah dua helai lusi ( kea rah vertikal ) dan dua helai
pakan ( kea arah horizontal )
e.
Jumlah
silangnnya paling banyak dibandingkan anyaman lain
f.
Dengan
anyaman polos kain menjadi paling kuat dibanding anyaman lain dan benangnya
lebih teguh dan tidak mudah berpindah tempat
g.
Anyaman
polos paling sering dikombinasikan dengan factor – factor konstruksi kain yang
lain dari pada anyaman lainnya
h.
Anyaman
polos lebih sesuai diberi rupa / appereance yang lain dengan jalan mengadakan
ubahan – ubahan desain, baik structural desain maupun surface desain
i.
Anyaman
polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open contruction atau sheer texture). Banyaknya gun yang digunakan
minimal dua gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi menggunakan empat gun atau
lebih
j.
Anyaman
polos banyak dipakai untuk konstruksi medium
k.
Anyaman
polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium
l.
Anyaman
polos untuk kain padat ( close contruction ), biasanya menggunakan benang pakan
yang lebih kasar daripada benang lusinya.
m. Motif kain cele hampir sama dengan kain sarung, yang membedakan hanyalah
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT DAN BAHAN
1.
Frame [berbahan metal]
2.
Kaca Pembesar
3.
Lubang Pemeriksa
4.
Engsel
5.
Jarum
6.
Mistar dan Satu Set Segitiga
7.
Gunting
8.
Timbangan
9.
Kertas Desain
2.2 LANGKAH KERJA
1.
Menentukan arah lusi dan arah pakan
kain yang akan diuji.
2.
Menentukan jumlah anyaman pada kain.
[ 3/1 loncat 1].
3.
Memotong kain dengan ukuran [20 x 20]
cm.
4.
Menentukan tetal lusi dan tetal pakan
dengan menggunting kain contoh uji per 1 inch sebanyak 3 potong kain di tempat
yang berbeda berarah horizontal.
5.
Meniras benang dari arah lusi dan
pakan, masing – masing 10 dari kanan dan 10 dari kiri. Timbang.
6.
Benang yang telah ditiras dan
ditimbang tadi di tentukan panjang rata – ratanya.
7.
Menghitung mengkeret benang [C].
8.
Menentukan nomor benang.
·
No. Metrik [Nm]
·
No. Inggris [Ne1]
·
Tex
·
Denier
9.
Menghitung berat kain contoh. Yang
meliputi :
·
Berat Percobaan/ m²
·
Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan
[lusi, pakan, jumlahkan].
·
Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung
konstruksi masing – masing warna. Meliputi :
·
Kebutuhan masing – masing warna
·
Pengulangan corak
·
Jumlah helai masing – masing warna
·
Berat masing – masing warna
11. Menghitung
kebutuhan benang untuk menenun kain [lusi dan pakan].
12. Mengambar
anyaman cele.
13. Sample
dilampirkan.
BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
NO
|
TETAL
LUSI
[helai/inch]
|
TETAL
PAKAN
[helai/inch]
|
PANJANG
LUSI [cm]
|
PANJANG
PAKAN [cm]
|
||
1
|
75
|
61
|
22
|
22
|
20
|
22
|
2
|
75
|
61
|
20
|
20
|
20
|
21
|
3
|
75
|
61
|
23
|
22
|
25
|
20
|
4
|
20
|
22
|
22
|
20
|
||
5
|
20
|
22
|
21
|
29
|
||
6
|
20
|
22
|
22
|
24
|
||
7
|
20
|
20
|
21
|
21
|
||
8
|
20
|
20
|
20
|
23
|
||
9
|
24
|
22
|
22
|
20
|
||
10
|
22
|
22
|
22
|
20
|
||
X
|
67
|
54
|
21,25
|
21,3
|
||
29,53 helai/cm
|
24,02 helai/cm
|
·
Berat 20 helai : - Lusi =
73,5 mg = 0,07 gram
-
Pakan =
78,5 mg = 0,08 gram
·
Berat Kain = 20 cm x 20 cm = 3,90 gram
Ø Rapot warna
No. urut
|
Warna
|
Jumlah helai benang
|
1
|
Merah
|
10 (+10)
|
2
|
Kuning
|
2 (+2)
|
3
|
Merah
|
2 (+2)
|
4
|
Kuning
|
2 (+2)
|
5
|
Merah
|
8 (+8)
|
6
|
Kuning
|
2
|
7
|
Putih
|
6
|
8
|
Kuning
|
12
|
9
|
Putih
|
2
|
10
|
Hitam
|
4
|
11
|
Putih
|
2
|
12
|
Hitam
|
2
|
13
|
Putih
|
2
|
14
|
Kuning
|
2
|
Jumlah
|
58
|
Pakan Lusi
No.
Urut
|
Warna
|
Jumlah
helai benang
|
1
|
Merah
|
12 (+9)
|
2
|
Kuning
|
31
|
3
|
Merah
|
32
|
4
|
Kuning
|
31
|
5
|
Merah
|
316
|
6
|
Hitam
|
31
|
7
|
Putih
|
261
|
8
|
Hitam
|
62
|
9
|
Putih
|
1
|
10
|
Hitam
|
3
|
11
|
Putih
|
1
|
12
|
Kuning
|
17
|
13
|
Putih
|
6
|
Jumlah
|
64
|
·
MENGKERET
LUSI DAN PAKAN ( x 100%)
Lusi =
(21,25-20)/21,25
x
100% = 5,9%
Pakan = (21,30-20)/21,30x 100% = 6,1%
·
NOMOR BENANG
LUSI DAN PAKAN (Nm, Ne, Tex, Td)
Lusi : -
Nm = P/B = 4,25/0,07= 60,71
-
Ne = 0,59 x Nm = 0,59 x60,71=
35,82
-
Tex = 1000/Nm = 1000/60,71 = 16,47
-
Td = 9000/Nm = 9000/60,71 = 148,25
Pakan : -
Nm = P/B = 4,26/0,08 = 53,25
-
Ne = 0,59 x Nm = 0,59 x 53,25 =
31,42
-
Tex = 1000/Nm = 1000/53,25 =
18,78
- Td = 9000/Nm =
9000/53,25 = 169,01
-Kebutuhan Lusi dan Pakan untuk masing-masing warna
1) Lusi
A) Jumlah lusi/m : 29,53 * 100 = 2953 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2638/64 = 46,14 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2953-(46*64) = 9 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah: : (9 * 46)+9 = 1389
- Kuning : (19 * 46)+0 = 874
- Hitam : (6 * 46)+0 = 276 helai/m
- Putih : (9 * 46)+0 = 414 helai/m
Total = 2953
helai/m
E) Kebutuhan masing-masing
warna/m
-Merah :
-Hitam :
-Hitam :
-Putih :
Total = 51,68
helai/m
2) Pakan
A) Jumlah lusi/m : 24,02 * 100 = 2402 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2402/58 = 41,41 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2402-(41*58) = 24 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah : (20 * 41)+20 = 840 helai/m
- Kuning : (20 * 41)+4 = 824 helai/m
- Hitam : (6 * 41)+0 = 246 helai/m
- Putih : (12 *41)+0 = 492 helai/m
Total = 2402
helai/m
E) Kebutuhan masing-masing warna/m
-Merah :
-Kuning :
-Hitam :
-Putih :
Total = 48,03
helai/
-Berat Kain/m2
1) Dengan penimbangan :
Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
:
:
2) Dengan perhitungan :
Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
: 51,68 +48,03 = 99,71 gram
-Selisih
Selisih Berat: (99,71-97,5)/99,71 *
100%= 2,22%
BAB IV
DISKUSI DAN KESIMPULAN
4.1 Diskusi/ Analisis
Hal
yang perlu didiskusikan dalam pengujian ini yaitu, ketelitian uji yang
dilakukan oleh pengamat pada saat menghitung tetal pada kain. Agar hasil yang
didapat benar – benar akurat, maka penghitungan tetal di kain perlu dilakukan
min. 2 kali pada satu tempat yang sama. Proses penghitungan pun sebaiknya
dilakukan ditempat yang terang dan dengan meja yang datar supaya mudah untuk
mengujinya. Pengguntingan kain sebesar 20 x 20 cm pun harus sejajar dengan benang
lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat
penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang
lusi maupun pakan sebelum kain digunting.
Pada peraktikum kali ini tidak jauh dari
praktikum sebelumnya sehingga kesalahan yang mungkin terjadi tidak jauh sama
dengan sebelumnya ,sehingga pada praktikum kali ini hasil yang di dapat selisih
berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling baik
adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata kurang dari 5% dan pada paraktikum
kali ini hasil yang di dapat memuaskan karena belajar dari praktikum sebelumnya
tidak mengulang kesalah lagi seperti :
Ø Dalam penimbangan praktikan mengalami kesalahan penimbangan, hal itu dapat
diperkirakan karena alat yang digunakan sudah kurang bagus sehingga penimbangan
kurang tepat,trutama didalam menepatkan jarum diangka nol selain itu dapat terjadi
karena benang yang kita potong 20x20 cm tidak tepat,dan tidak rapi bisa itu
lebih panjang ataupun bisa kurang, sehingga apabila hasil penimbang-an kurang
tepat maka untuk perhitungan selanjutnyapun akan kurang akurat dan jauh dari
target atau literatur setandar yang diinginkan. Oleh sebab itu untuk menanggulanginya
dapat kita lakukan dengan ketelitian dan kecermatan kita dalam melakukan
percobaan
Ø Dalam
melakukan perhitungan jumlah tetal lusi maupun pakan Dalam perhitungan
tetal/inchi, karena dihitung dibawah kaca pembesar maka mata kita bisa lelah
dengan mata yang lelah maka kemungkinan kesalahan menghitung bisa terjadi,
sehinggga perhitungan nantinya bisa salah.dan pada saat menghitung sering lupa
sehingga perhitungan dimulai dari awal lagi
Ø Praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang
benang setelah pelurusan 20 lusi dan 20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Ø karena
kain polos memiliki anyaman yang
kelihatan sama dari segala bidang atau arah sehingga praktikan kadang kadang
tertukar yang semulanya itu tetal lusi tetapi di jadikan tetal pakan sehingga
pada proses perhitungan akan berpengaruh sangat signifikan.
Ø menentukan anyaman yang lumayan ribet
Pada peraktikum kali ini Alhamdulillah hasil yang di dapat memiliki
perhitungan yang akurat karena praktikan lebih berhati hati dalam pengumpulan
data dan perhitungan
praktikan mengalami
kesulitan dalam mendekomposisikan turunan kain keper karena kain yang diberikan
memiliki kain yang beraneka ragam dan memiliki banyak sekali dan beragam sama
seperti sebelumnya hendaknya memilimalis kesalahan sekecil mungkin supaya
mendapat hasil yang maksimal seperti:
Kurang tepat
ketika membaca skala pada penggaris maupun timbangan pada neraca
1)
Pengguntingan kain sebesar 20 x210 cm pun harus sejajar
dengan benang lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu,
saat penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan
benang lusi maupun pakan sebelum kain.
2) Tidak tepat menentukan
kapan naik dan turunya benang lusi dan pakan ketika membentuk anyaman.
3) Kurang teliti dalam
melakukan percobaan dan tidak menerapkan prinsip dasar
dalam praktikum lebih mengutamakan cepat beres tanpa melihat keakuratan data
yang di dapat
4) Tidak menimbang kain secara akurat dikarenakan
banyak mahasiswa yang tidak sabar mengantri sehingga ketika menimbang, sebelum
tanda gram muncul pada mesin timbangan, kain yang ditimbang keburu diambil
5) praktikan tidak teliti ketika menghitung jumlah
tetal lusi dan pakan menggunakan lup dikarenakan tidak terbiasa disamping itu
kain yang diamati memiliki benang yang tidak
dipuntir sehingga ketika memisahkan lusi dan pakan benangnya tercampur
6) praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang
benang setelah pelurusan 20 lusi dan20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Jika
sudah memperhatikan
kesalahan seperti point diatas maka hasil akan didapat akan akurat.bahwasanya
pada peraktikum kali ini kain yang didapat
beraneka ragam bentuk anyaman,pada kain yang di dapat paraktikum kali
ini walaupun memiliki anyaman yang sulit tetapi menentukan jumlah tetal lusi
dan tetal pakan tidak terlalu sulit namun menentukan anyaman peraktikan
mengalami kesulitan karena menentukan satu rapoet harus menganalisisnya terus
menerus sampai ada pengulangan yang di
dapat.
4.2 Kesimpulan
Dengan
melakukan dekomposisi pada kain ini, kita dapat mengetahui struktur dan
perhitungan yang digunakan pada kain ini. Hal ini diperlukan untuk pembuatan
kain yang sama persis dengan kain yang diujikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soeparlie Liek, S.Teks., dkk., Teknologi
Persiapan Pertenunan, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1974.
Castelli Giovani, Maietta Salvatore. Weaving Reference Book of Textile Technology,
Fondazione Acimit.
Pedoman
Praktikum Teknologi Persiapan Pertenunan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 DEKOMPOSISI
KAIN CELE
1.1.1 Maksud dan Tujuan
Mahasiswa diharapkan memilki
kemampuan menganalisis dekomposisi kain cele.
1.1.2 Landasan Teori
Kain cele atau kain kotak-kotak merupakan sebuah
hasil dari suatu penelitian dan pengolahan pada desain anyaman polos.
Pada dasarnya pembuatan
struktural desain dilakukan dengan jalan mengelola beberapa faktor dari
konsentrasi kain yang pada akhirnya untuk mendapatkan gubahan pada strukturnya.
Struktur desain dibentuk pada saat kain terseut ditenun. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan ubahan benang dalam desain
yang dapat dilakukan dalam sehelai kain.
Pengelolaan kain cele
yang biasanya adalah dengan penggunaan benang yang berbeda-beda warnanya, baik
benang lusi maupun benang pakan, sehingga perpaduan untuk benang lusi dan
benang pakan membentuk satu motif kotak-kotak akibat dari perbedaan warna
benang tadi.
Apabila benang pakan
suatu kain digunakan anyaman kain yang menggunakan warna dua macam atau lebih maka permukaan akan nampak pada warna
bergantung dari anyaman yang digunakan dan susunan warna benang lusi dan benang
pakan. Sehingga warnalusi atau pakan akan nampak dipermuakaan kain ditentukan
oleh efek lusi atau efek pakan.
Faktor-faktor konstruksi
kain yang dapat diolah meliputi :
·
Penggunaan
barang yang berbeda warna
·
Penggunaan
barang yang berbeda jenis
·
Penggunaan
barang yang diberi pengayaan yang berbeda
·
Penggunaan
tetal lusi dan tetal pakan yang berbeda
Anyaman cele mempuyai raport yang paling kecil
hampir sama dengan anyaman polos. Selain itu anyaman ini memiliki silangan yang
paling banyak dan paling kokoh serta tidak mudah berubah tempat .
Beberpa hal yang diperlukan dalam pembuatan
selembar kain (dekomposisi kain pada naymn celle) yang digunakan untuk membatu
kelancaran percobaan dapat dilakukan
dengan melihat ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman cel tersebut sifat dan
karakteristiknya sama dengan anyaman polos, yaitu :
a.
Anyaman
ini paling sederhana dan paling tua serta paling banyak digunaakn
b.
Mempunyai
rapot yang kecil dan semua jenis anyaman
c.
Bekerjanya
benang-benang lusi dan pakan saling sederhana yaitu naik satu dan turun satu
d.
Bilangan
raport ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah dua
helai pakan sedangkan kearah vertikal (panjang kain), atau ke arah lusi
diulangi setelah dau helai lusi
e.
Jumlah
silangan paling banyak diantara jenis anyaman kain
f.
Jika
faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan bahhan paling
kuat dari anyaman lain dan lebih benang teguh atau tidak mudah berubah tempat
g.
Anyaman
polos paling sederhana dikombinasikan dengan faktor-faktor yang lain dengan
jalan mengubah-ubah desain, baru desain struktural untuk mengubah variasi
(appearance)
h.
Banyaknya
guun ytang digunakan minimal 2, tetapi untuk tetal lusi yang tinggal
digunakna 4 gun atau lebih
Desain kotak (biasanya dalam bahasa asing bentuk kotak adalah cele dibagi
menjadi 2, yaitu :
1.
Desain
kotak teratur (tiap kotak berukuran sama)
2.
Desain
kotak tidak teratur (tidak sama kotak berukuran sama)
Kain cele
adalah kain yang menggunakan anyaman polos sebagai anyaman dasarnya. Konstruksi
kotak – kotak pada kain cele merupakan efek warna. Hal inilah
yang membedakan antara anyamana polos dengan kain cele. Ciri – ciri kain cele
sama dengan anyaman polos karena anyaman dasarnya yang menggunakan anyaman
polos. Ciri – ciri kain cele, yaitu :
a.
Merupakan
anyaman yang paling sederhana dan paling banyak dipakai
b.
Bekerjanya
lusi dan pakan paling sederhana, satu naik satu turun
c.
Merupakan
anyaman yang memiliki jumlah repeat terkecil
d.
Pengulangan
raport dilakukan setelah dua helai lusi ( kea rah vertikal ) dan dua helai
pakan ( kea arah horizontal )
e.
Jumlah
silangnnya paling banyak dibandingkan anyaman lain
f.
Dengan
anyaman polos kain menjadi paling kuat dibanding anyaman lain dan benangnya
lebih teguh dan tidak mudah berpindah tempat
g.
Anyaman
polos paling sering dikombinasikan dengan factor – factor konstruksi kain yang
lain dari pada anyaman lainnya
h.
Anyaman
polos lebih sesuai diberi rupa / appereance yang lain dengan jalan mengadakan
ubahan – ubahan desain, baik structural desain maupun surface desain
i.
Anyaman
polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open contruction atau sheer texture). Banyaknya gun yang digunakan
minimal dua gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi menggunakan empat gun atau
lebih
j.
Anyaman
polos banyak dipakai untuk konstruksi medium
k.
Anyaman
polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium
l.
Anyaman
polos untuk kain padat ( close contruction ), biasanya menggunakan benang pakan
yang lebih kasar daripada benang lusinya.
m. Motif kain cele hampir sama dengan kain sarung, yang membedakan hanyalah
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT DAN BAHAN
1.
Frame [berbahan metal]
2.
Kaca Pembesar
3.
Lubang Pemeriksa
4.
Engsel
5.
Jarum
6.
Mistar dan Satu Set Segitiga
7.
Gunting
8.
Timbangan
9.
Kertas Desain
2.2 LANGKAH KERJA
1.
Menentukan arah lusi dan arah pakan
kain yang akan diuji.
2.
Menentukan jumlah anyaman pada kain.
[ 3/1 loncat 1].
3.
Memotong kain dengan ukuran [20 x 20]
cm.
4.
Menentukan tetal lusi dan tetal pakan
dengan menggunting kain contoh uji per 1 inch sebanyak 3 potong kain di tempat
yang berbeda berarah horizontal.
5.
Meniras benang dari arah lusi dan
pakan, masing – masing 10 dari kanan dan 10 dari kiri. Timbang.
6.
Benang yang telah ditiras dan
ditimbang tadi di tentukan panjang rata – ratanya.
7.
Menghitung mengkeret benang [C].
8.
Menentukan nomor benang.
·
No. Metrik [Nm]
·
No. Inggris [Ne1]
·
Tex
·
Denier
9.
Menghitung berat kain contoh. Yang
meliputi :
·
Berat Percobaan/ m²
·
Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan
[lusi, pakan, jumlahkan].
·
Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung
konstruksi masing – masing warna. Meliputi :
·
Kebutuhan masing – masing warna
·
Pengulangan corak
·
Jumlah helai masing – masing warna
·
Berat masing – masing warna
11. Menghitung
kebutuhan benang untuk menenun kain [lusi dan pakan].
12. Mengambar
anyaman cele.
13. Sample
dilampirkan.
BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
NO
|
TETAL
LUSI
[helai/inch]
|
TETAL
PAKAN
[helai/inch]
|
PANJANG
LUSI [cm]
|
PANJANG
PAKAN [cm]
|
||
1
|
75
|
61
|
22
|
22
|
20
|
22
|
2
|
75
|
61
|
20
|
20
|
20
|
21
|
3
|
75
|
61
|
23
|
22
|
25
|
20
|
4
|
20
|
22
|
22
|
20
|
||
5
|
20
|
22
|
21
|
29
|
||
6
|
20
|
22
|
22
|
24
|
||
7
|
20
|
20
|
21
|
21
|
||
8
|
20
|
20
|
20
|
23
|
||
9
|
24
|
22
|
22
|
20
|
||
10
|
22
|
22
|
22
|
20
|
||
X
|
67
|
54
|
21,25
|
21,3
|
||
29,53 helai/cm
|
24,02 helai/cm
|
·
Berat 20 helai : - Lusi =
73,5 mg = 0,07 gram
-
Pakan =
78,5 mg = 0,08 gram
·
Berat Kain = 20 cm x 20 cm = 3,90 gram
Ø Rapot warna
No. urut
|
Warna
|
Jumlah helai benang
|
1
|
Merah
|
10 (+10)
|
2
|
Kuning
|
2 (+2)
|
3
|
Merah
|
2 (+2)
|
4
|
Kuning
|
2 (+2)
|
5
|
Merah
|
8 (+8)
|
6
|
Kuning
|
2
|
7
|
Putih
|
6
|
8
|
Kuning
|
12
|
9
|
Putih
|
2
|
10
|
Hitam
|
4
|
11
|
Putih
|
2
|
12
|
Hitam
|
2
|
13
|
Putih
|
2
|
14
|
Kuning
|
2
|
Jumlah
|
58
|
Pakan Lusi
No.
Urut
|
Warna
|
Jumlah
helai benang
|
1
|
Merah
|
12 (+9)
|
2
|
Kuning
|
31
|
3
|
Merah
|
32
|
4
|
Kuning
|
31
|
5
|
Merah
|
316
|
6
|
Hitam
|
31
|
7
|
Putih
|
261
|
8
|
Hitam
|
62
|
9
|
Putih
|
1
|
10
|
Hitam
|
3
|
11
|
Putih
|
1
|
12
|
Kuning
|
17
|
13
|
Putih
|
6
|
Jumlah
|
64
|
·
MENGKERET
LUSI DAN PAKAN ( x 100%)
Lusi =
(21,25-20)/21,25
x
100% = 5,9%
Pakan = (21,30-20)/21,30x 100% = 6,1%
·
NOMOR BENANG
LUSI DAN PAKAN (Nm, Ne, Tex, Td)
Lusi : -
Nm = P/B = 4,25/0,07= 60,71
-
Ne = 0,59 x Nm = 0,59 x60,71=
35,82
-
Tex = 1000/Nm = 1000/60,71 = 16,47
-
Td = 9000/Nm = 9000/60,71 = 148,25
Pakan : -
Nm = P/B = 4,26/0,08 = 53,25
-
Ne = 0,59 x Nm = 0,59 x 53,25 =
31,42
-
Tex = 1000/Nm = 1000/53,25 =
18,78
- Td = 9000/Nm =
9000/53,25 = 169,01
-Kebutuhan Lusi dan Pakan untuk masing-masing warna
1) Lusi
A) Jumlah lusi/m : 29,53 * 100 = 2953 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2638/64 = 46,14 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2953-(46*64) = 9 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah: : (9 * 46)+9 = 1389
- Kuning : (19 * 46)+0 = 874
- Hitam : (6 * 46)+0 = 276 helai/m
- Putih : (9 * 46)+0 = 414 helai/m
Total = 2953
helai/m
E) Kebutuhan masing-masing
warna/m
-Merah :
-Hitam :
-Hitam :
-Putih :
Total = 51,68
helai/m
2) Pakan
A) Jumlah lusi/m : 24,02 * 100 = 2402 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2402/58 = 41,41 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2402-(41*58) = 24 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah : (20 * 41)+20 = 840 helai/m
- Kuning : (20 * 41)+4 = 824 helai/m
- Hitam : (6 * 41)+0 = 246 helai/m
- Putih : (12 *41)+0 = 492 helai/m
Total = 2402
helai/m
E) Kebutuhan masing-masing warna/m
-Merah :
-Kuning :
-Hitam :
-Putih :
Total = 48,03
helai/
-Berat Kain/m2
1) Dengan penimbangan :
Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
:
:
2) Dengan perhitungan :
Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
: 51,68 +48,03 = 99,71 gram
-Selisih
Selisih Berat: (99,71-97,5)/99,71 *
100%= 2,22%
BAB IV
DISKUSI DAN KESIMPULAN
4.1 Diskusi/ Analisis
Hal
yang perlu didiskusikan dalam pengujian ini yaitu, ketelitian uji yang
dilakukan oleh pengamat pada saat menghitung tetal pada kain. Agar hasil yang
didapat benar – benar akurat, maka penghitungan tetal di kain perlu dilakukan
min. 2 kali pada satu tempat yang sama. Proses penghitungan pun sebaiknya
dilakukan ditempat yang terang dan dengan meja yang datar supaya mudah untuk
mengujinya. Pengguntingan kain sebesar 20 x 20 cm pun harus sejajar dengan benang
lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat
penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang
lusi maupun pakan sebelum kain digunting.
Pada peraktikum kali ini tidak jauh dari
praktikum sebelumnya sehingga kesalahan yang mungkin terjadi tidak jauh sama
dengan sebelumnya ,sehingga pada praktikum kali ini hasil yang di dapat selisih
berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling baik
adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata kurang dari 5% dan pada paraktikum
kali ini hasil yang di dapat memuaskan karena belajar dari praktikum sebelumnya
tidak mengulang kesalah lagi seperti :
Ø Dalam penimbangan praktikan mengalami kesalahan penimbangan, hal itu dapat
diperkirakan karena alat yang digunakan sudah kurang bagus sehingga penimbangan
kurang tepat,trutama didalam menepatkan jarum diangka nol selain itu dapat terjadi
karena benang yang kita potong 20x20 cm tidak tepat,dan tidak rapi bisa itu
lebih panjang ataupun bisa kurang, sehingga apabila hasil penimbang-an kurang
tepat maka untuk perhitungan selanjutnyapun akan kurang akurat dan jauh dari
target atau literatur setandar yang diinginkan. Oleh sebab itu untuk menanggulanginya
dapat kita lakukan dengan ketelitian dan kecermatan kita dalam melakukan
percobaan
Ø Dalam
melakukan perhitungan jumlah tetal lusi maupun pakan Dalam perhitungan
tetal/inchi, karena dihitung dibawah kaca pembesar maka mata kita bisa lelah
dengan mata yang lelah maka kemungkinan kesalahan menghitung bisa terjadi,
sehinggga perhitungan nantinya bisa salah.dan pada saat menghitung sering lupa
sehingga perhitungan dimulai dari awal lagi
Ø Praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang
benang setelah pelurusan 20 lusi dan 20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Ø karena
kain polos memiliki anyaman yang
kelihatan sama dari segala bidang atau arah sehingga praktikan kadang kadang
tertukar yang semulanya itu tetal lusi tetapi di jadikan tetal pakan sehingga
pada proses perhitungan akan berpengaruh sangat signifikan.
Ø menentukan anyaman yang lumayan ribet
Pada peraktikum kali ini Alhamdulillah hasil yang di dapat memiliki
perhitungan yang akurat karena praktikan lebih berhati hati dalam pengumpulan
data dan perhitungan
praktikan mengalami
kesulitan dalam mendekomposisikan turunan kain keper karena kain yang diberikan
memiliki kain yang beraneka ragam dan memiliki banyak sekali dan beragam sama
seperti sebelumnya hendaknya memilimalis kesalahan sekecil mungkin supaya
mendapat hasil yang maksimal seperti:
Kurang tepat
ketika membaca skala pada penggaris maupun timbangan pada neraca
1)
Pengguntingan kain sebesar 20 x210 cm pun harus sejajar
dengan benang lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu,
saat penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan
benang lusi maupun pakan sebelum kain.
2) Tidak tepat menentukan
kapan naik dan turunya benang lusi dan pakan ketika membentuk anyaman.
3) Kurang teliti dalam
melakukan percobaan dan tidak menerapkan prinsip dasar
dalam praktikum lebih mengutamakan cepat beres tanpa melihat keakuratan data
yang di dapat
4) Tidak menimbang kain secara akurat dikarenakan
banyak mahasiswa yang tidak sabar mengantri sehingga ketika menimbang, sebelum
tanda gram muncul pada mesin timbangan, kain yang ditimbang keburu diambil
5) praktikan tidak teliti ketika menghitung jumlah
tetal lusi dan pakan menggunakan lup dikarenakan tidak terbiasa disamping itu
kain yang diamati memiliki benang yang tidak
dipuntir sehingga ketika memisahkan lusi dan pakan benangnya tercampur
6) praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang
benang setelah pelurusan 20 lusi dan20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Jika
sudah memperhatikan
kesalahan seperti point diatas maka hasil akan didapat akan akurat.bahwasanya
pada peraktikum kali ini kain yang didapat
beraneka ragam bentuk anyaman,pada kain yang di dapat paraktikum kali
ini walaupun memiliki anyaman yang sulit tetapi menentukan jumlah tetal lusi
dan tetal pakan tidak terlalu sulit namun menentukan anyaman peraktikan
mengalami kesulitan karena menentukan satu rapoet harus menganalisisnya terus
menerus sampai ada pengulangan yang di
dapat.
4.2 Kesimpulan
Dengan
melakukan dekomposisi pada kain ini, kita dapat mengetahui struktur dan
perhitungan yang digunakan pada kain ini. Hal ini diperlukan untuk pembuatan
kain yang sama persis dengan kain yang diujikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Soeparlie Liek, S.Teks., dkk., Teknologi
Persiapan Pertenunan, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1974.
Castelli Giovani, Maietta Salvatore. Weaving Reference Book of Textile Technology,
Fondazione Acimit.
Pedoman
Praktikum Teknologi Persiapan Pertenunan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar