Kamis, 01 Februari 2018


LAPORAN

PRAKTIKUM PENGUJIAN & EVALUASI TEKSTIL I I

PENGUJIAN ANTIHAN DAN GINTIRAN BENANG , UJI PENOMORAN BENANG, UJI KEKUATAN TARIK PER LEA , UJI KEKUATAN TERIK DAN MULUR BENANG PER HELAI
Nama : Muhammad Sholahuddin Al-Ayyuby
NPM : 14010072
Group : T4
Dosen : Atin S.,SST, M.T.
Asisten : Dosi m., S.ST.
Edi Rustandi

POLITEKNIK STTT BANDUNG
201 6
PENGUJIAN ANTIHAN DAN GINTIRAN BENANG

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pengujian TPI adalah untuk mengetahui jumlah twist per inch, arahtwist dan kekuatan dari benang contoh uji.

II. TEORI DASAR

Pengujian jumlah antihan dan gintiran pada benang, apakah benang tunggal, gintir, cabel, atau benang dengan kontruksi kain yang dibuat dari serat staple atau filamen adalah penting, jumlah antihan dan gintiran pada benang dapat mempengaruhi sifat fisik benang, pemakaian benang dan juga kenamppakan hasil akhir.
Jumlah antihan pada benang adalah jumlah putaran pada (twist) pada benang tersebut per unit panjang dari benang dalam keadaan masih ada antihannya. Jumlah antihan dapat dinyatakn dalam meter (TPM) atau inci (TPI).
Gintiran adalah putaran (twist) yang dimiliki oleh benang gintir. Jumlah gintira dapat dinyatakan dalam meter (TPM) atau inci (TPI).
Cara lain untuk menyatakan jumlah antihan adalah dengan besarnya twist factor atau multiplier, yang dapat menggambarkan karakter benang karena pengaruh antihan tanpa menyebutkan nomer benang.
Twist factor adalah bilangan yang ditetapkan untuk mennetukan antihan per meter yang sesuai, biasanya digunnkan untuk benang filament yang dinyatakan denngan rumus :
TPM =
Dimana: = kontanta pengali antihan
T = nomer benang dalam tex
Twist multiplier adalah bilanagn yang ditetapkan untuk menentukan antihan per inci yang sesuai biasannya digunakan untuk benang staple yang dinyatakan denagn rumus:
TPI =
Ket ; = kontanta pengali antihan
N = nomer benang dalam Ne1
Pemiilihan harga tergantung pada pemakaian benaanng apakah akan digunakan untuk benang lusi, pakan, rajut atau yang lainnya. Sebagai pedoman, untuk benang kapas dipakai ketentuan harga sebagai berikut :
Tabel konstanta ( ) Benang
Jenis benang
Benang lusi
Benang pakan
Benng rajut
4,75
3,50
3,00
Twist ( antihan / puntiran ) pada beang dapat mempengaruhi sifat sifat fisik benang, pemakaian benang ( apakah untuk lusi, pakan atau rajut ) dan juga kenampakan ( appearance ) hasil akhirnya.
Jumlah twist mempengaruhi jumlah produksi, karena perubahan twist akan merubah kecepatan rol depan. Makin tinggi twist, makin lambat. Yang berarti produksi makin kecil, dan sebaliknya.
Pada prinsipnya pengujian twist dengan cara kontraksi twist yaitu :
Contoh uji dijepit pada dua buah penjepit dengan tegangan tertentu yang disebut tegangan awal. Antihan atau gintiran dibuka dengan memutarkan penjepit yang arahnya berlawana dengan arah antihan asli, sehingga panjang contoh uji bertambah. Penambahan panjang ini maksimal apabila putaran tersebut sama dengan jumlah antihan asli. Kemudian putaran diteruskan sampai terjadi antihan atau gintiran sebanyak aslinya agar panjang contoh uji kembali seperti semula. Kalau panjang contoh uji 10 inci, maka jumlah twist per
inci (TPI) =
Ne1
Td
Beban
38
0 – 139
1
38 – 24
140 – 224
2
23 – 11
225 – 529
5
10 – 5
530 – 1129
10
4,7 – 3
1130 – 1799
15
2,9 – 1,9
1800 – 2999
20
1,9 – 1,5
3000 – 4000
30
Arah twist pada benang dibedakan menjadi 2 yaitu : arah kanan atau arah Z dan arah kiri atau arah S,
Pengaruh twist pada benang :
1. Kekuatan
Penambahan twist menambah kekuatan benang sampai suatau titik tertentu, sesudah itu penambahan twist akan mengurangi kekuatan.
Demikian juga bila jumlah twistnya dibawah twist optimum, maka kekuatannya akan rendah / turun.
2. Mulur
Twist yang tinggi menambah mulur benang sebelum putus pada waktu penarikan.
3. Pegangan
Twist yang rendah memberikan pegangan yang lembut, sedangkan twist yang tinggi memberikan pegangan yang kaku.
4. Elastisitas
Twist yang rendah memberikan elastisitas yang kurang pada benang.
5. Kilat
Twist yang tinggi mengurangi kilat benang.
6. Absorbsi
Twist yang tinggi mengurangi absorbsi / daya serap benang terhadap zat warna, dan menghambat dalam proses pencelupan.
7. Arah twist
Dalam konstruksi kain arah twist dapat mempengaruhi kenampakan ( apearance ) kain. Twist pada lusi dan pakan searah akan memberikan garis twist yang bersilangan. Hal ini akan mengurangi kilat bhan disamping memberikan pegangan yang kurang lembut.

III. ALAT DAN BAHAN

Ø Twist Teter, jarak jepit 10inch

Ø Benang contoh uji

IV. LANGKAH KERJA

Cara Uji TPI
Benang Rangkap
1. Hidupakan mesin dengan menaikkan swicth power netz ke posisi (1)
2. Atur posisi kedua switch pengatur arah putaran sesuai dengan arah twist benang yang akan dibuka.
3. Atur posisi jarum pengatur Rpm motor pada skala “nol”, kemudian counter dinolkan dengan menekan tombol counter hazler.
4. Atur posisi jarum penunjuk pada penjepit pasif supaya berada pada skala 3 mm.
5. Pasang beban sesuai dengan nomer benan yang akan diuji ( lihat tabel )
6. Pasang benang pada dudukan benang, jepitkan pada penjepit pasif dan penjepit aktif sambil mengatur posisi jarum penunjuk berada pada skala “nol”, kemudian potong ujung benang yang tidak terjepit
7. Tekan tombol START untuk memulai pengujian
8. Atur kecepatan dengan memutar tombol pengatur Rpm motor sesuai dengan skala.
9. Hentikan putaran dengan menekan tombol STOP bila komponen benang tunggalnya telah sejajar
10. Bsarnya gintiran adalah angka yag terdapat pada counter dibagi ( 1x10 )
Benang Tunggal
1. Lakukan point 1sd 8 seperti diatas
2. Hentika putaran dengan menekan tombol STOP, bila posisi jarum penunjuk telah mencapai skala 3 mm dan kembali lagi ke skala “nol”
3. Besarnya antihan adalah angka yang terdapat pada counter dibagi ( 2 x 10 )

V. Data Percobaan Pengujian Twist
Berat Benang Hasil Reeling 3,307 gram (120 yard)
Nomor Benang = 33,18
Ne1 = 0,59 X 33,18 = 19,58
Beban (gram) yang Digunakan 5 gram [karena, no. Benang berada di range Ne1 = 23-11]
TPM [hasil Twist Tester] 602
606
610
653
566

VI. PERHITUNGAN
No
TPM
TPI
(x-x)2
1
602
15,29
29,16
2
606
15,16
1,96
3
610
15,49
6,76
4
653
16,59
2079,36
5
566
14,38
1713,96
X
607,4
15,38
766,24
Σ
3831,2
“Benang Single Arah Twist Z”
VII. DISKUSI
Pada waktu melakukan praktikum uji TPI praktikan harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :
Ø Selalu melihat jarum penunjuk untuk skala 3 mm
Ø Teliti dalam melihat skala serta tepat dalam mengatur kecepatan putaran dan berhentinya.
Hal diatas tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dari praktikum uji TPI.

VIII. Kesimpulan
Pada Praktikum ini didapatkan benang dengan spesifikasi:
Nm = 33,18
Ne1 = 19,58
TPM = 607,4
TPI = 15,382
n= 5
S= 30,95
CV = 5,1%










UJI PENOMORAN BENANG

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pengujian penomoran benang ini antara lain :
1. Untuk mengetahui nomer benang yang diuji
2. Untuk mengetahui kehalusan benang dari nomer benang yang dihasilkan

II. TEORI DASAR

Prinsip pengujian nomor benang adalah menggulung benang dalam bentuk untaian dengan panjang tertentu dan kemudian ditimbang. Dengan mengetahui panjang dan berat benang, makanomornya dapat diketahui. Setelah pengujian nomor dilakukan, contoh uji yang telah selesai dapat langsung digunakan untuk menguji kekeuatan tarik peruntainya.
Alat yang digunakan pada pengujian nomor benang adalah kincir yang lengkap dengan traverse dan length counter-nya. Benang yang berasal dari cones, cheese atau bobbin mula-mula dibuang lapisan luarnya, kemudian ditarik dari creel, dilewatkan ke pengantar dan traverse lalu diikat di creel. Panjang untaian benang untuk pengujian adalah 80 putaran kincir atau 120 yard. Setelah diikat ujung dan pangkalnya, benang ditimbang menggunakan neraca.
Dari pengujian nomer benang ini, dapat diketahui nomer banangnya dimana nomer benang tersebut dapat diketahui dari besar kecilnya diameter benang, kehalusan benangnya dan lain lain.
Telah dikenal beberapa sistem penomeran benang akan tetapi secara garis besar sistem penomeran benang dibagi menjadi dua yaitu :

Sistem Penomeran Langsung

Yaitu penomeran benang yang menyatakan berat benang setiap panjang tertentu (panjang tetap).
Yang termasuk sistem penomeran langsung antara lain :
a. Td atau Denier
Menyatakan berat setiap panjang 9000 meter.
Rumus : Td =
b. Tex
Menyatakan berat benang setiap panjang 1000 meter
Rumus : Tex =

Sistem Penomeran Tidak Langsung

Yaitu penomeran benang yang menyatakan panjang benang setiap berat tertentu (berat tetap).
Yang termasuk dalam sistem penomeran ini antara lain :
a. Ne1 ( untuk kapas )
Menyatakan bahwa panjang benang dalam satuan Hank setiap berat satu Pound
Rumus : Ne1 =
b. Sistem penomeran Woolen Cut ( Ne2 )
Menyatakan bahwa berapa Hank panjang benang ( 1hank = 300 yard ) setiap berat 1 pound.
Rumus : Ne2 =
c. Sistem penomeran untuk Worsted ( Ne3 )
Menyatakan bahwa berapa Hank panjang benang ( 1hank = 560 yard ) setiap berat 1 pound.
Rumus : Ne3 =


d. Sistem penomeran untuk Woolen ( Ne4 )
Menyatakan bahwa berapa Hank panjang benang ( 1hank = 256 yard ) setiap berat 1 pound.
Rumus : Ne4 =
e. Sistem penmeran Metrik ( Nm )
Menyatakan bahwa berapa meter panjang benang setiap berat 1 gram. Biasanya digunakan dalam benang benang hasil pintalan ( spin yarn )
Rumus : Nm =
Dalam pengujian nomer benang perlu memperhatikan faktor faktor yang berhubungan dengan ketegangan benang dan juga regain benang, karena akan mempengaruhi pengujian nomer benangnya. Pengukuran panjang biasanya dilakukan setiap panjang 120 yard ( 1 Lea ) dengan menggunakan kincir atau skein reel yang sekali putar dapat mengukur 1,5 yard. Untuk mengukur berat dipakai neraca Analitis.
Penggunaan dan batas –batasnya
1. Nomer benang ditentukan oleh panjang dan beratnya, karena nomer benang tidak persis rata pada seluruh panjangnya maka sangat perlu untuk mengambil suatu jumlah panjang benang yang cukup besar untuk ditimbang , yaittu dengan menggulung benang tadi hingga merupakan untaian. Pada waktu penggulungan sangat perlu diperhatikan agar benang cukup tegang tetapi jangan sampai mulur.
2. Factor kondisi ruangan dimana benng tersebut digulung dan ditimbang, sanagt perlu pula mendapat perhatian mengingat bahwa hal ini sangat besar pengaruhnya pada penimbangan yang berarti juga nomer benang.
3. Cara pengujian ini menghasilkan harga rata –rata nomer benang. Apabila koefisien variasi yang diperlukan maka dibuthkan jumlah untaian yang cukup banyak, dimana masing – masig ditimbang satu persatu.
4. Dalam hal variasi nomer benang tidak diperlukan maka penimbangan sekaligus seluruh untaian contoh uij akan memberikan ketelitian perhitungan nomer benang yag lebih baik

III. ALAT DAN BAHAN

Ø Kincir / skein reel

Ø Neraca Analitis dan Benang

IV. LANGKAH KERJA

Cara menjalankan alat penggulung benang ( Reeling Machine ) :
1. Pasang benang pada alat dengan melewatkannya pada lapet, tension dan ikatkan pada kincir.
2. Stel panjang gulungan yang diinginkan dengan menekan tombol angka yang tertera.
3. Naikkan posisi main switch untuk menghidupkan mesin
4. Tekan tombol starter untuk menjalankan mesin
5. Jka penggulungan benang telah selesai lepaskan benang dari kincir.
Hasil gulungan sepanjang 120 yard tersebut kemudian ditimbang dalam neraca, dan catat beratnya.
Dari hasil panjang dan berat tersebut dapat dicari nomer benangnya.
V. Data Percobaan Pengujian Nomor Benang
Panjang Benang 120 yard = 109,73 meter
No
Berat (g)
Nm
Ne1
Tex
Td
(x-x)2
1
3,497
31
19
32
287
12,96
2
3,424
32
19
31
281
5,76
3
3,397
32
19
31
279
19,36
4
3,452
32
19
31
283
0,16
5
3,500
31
18
32
287
12,96
Σ
158
94
157
1417
51,2
X
31,6
18,8
31,4
283,4
10,24
A) Perhitungan Nm
1.
2.
3.
4.
5.
B) Perhitungan Ne1
1.
2.
3.
4.
5.
C) Perhitungan Tex
1.
2.
3.
4.
5.
D) Perhitungan Td
1.
2.
3.
4.
5.
S
CV =
VI. DISKUSI
Pada waktu melakukan praktikum uji nomor benang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktikan, yaitu :
1. Posisi dari benang dan kincir harus tepat, karena praktikum dilakukan oleh 5 praktikan, pastikan posisi teratut antar benang dengan lapet pengantar benang, sehingga tidak terbelit-belit antar benang 1 dengan yang lain
2. Pada waktu melakukan penimbangan benang contoh uji dan pada waktu menggulung benang pada Reeling Machine harus dilakukan dengan hati hati, dan pada lat tersebut terdapat slip pada reel nomer satu dari arah kanan. karena kesalahan sedikit saja akan mempengaruhi hasil akhir dari pengujian tersebut, yaitu akan melenceng dari standar baku nomor benang contoh uji tersebut.

VII. Kesimpulan

Pada Praktikum ini didapatkan:
pengujian nomor benang:
Nm = 32
Ne1 = 19
Tex = 31
Td = 283
n= 5
S
CV
UJI KEKUATAN TARIK PER LEA
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari pengujian kekuatan tarik per lea adalah untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik benang uji dan CLSP ( Count Lea Strength Product ).
II. TEORI DASAR
Secara garis besar ada dua macam pengujian kekuatan tarik benang, yaitu pengujian kekuatan tarik benang per berkas / per lea dan pengujian kekuatan tarik benang per helai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan benang antar lain :
1. Panjang stapel
Makin panjang stapel serat kapas makin tinggi kekuatan benangnya.
2. Kehalusan serat
Serat yang lebih halus akan menghasilkan benang yang lebih kuat, daripada serat yang kasar, sebab serat yang lebih halus mempunyai friksi yang lebih banyak, karena jumlah serat dalam setiap penampang benang yang sama besarnya akan lebih banyak.
3. Kekuatan serat
Serat yang lebih kuat akan memnghasilkan benang yang lebih kuat pula.
4. Twist ( antihan )
Semakin tinggi twist sampai batas maximum akan mendapatkan benang dengan kekuatan yang tinggi dimana serat seratnya saling berpegangan satu sam lainnya sehingga serat tidak terurai dan tidak putus. Jumlah twist kurang atau melebihi twist optimum akan mendapatkan kekuatan yang rendah / turun.
5. Kerataan
Makin rata suatu benang makin kuat benang tersebut, dan sebaliknya.
6. Distribusi panjang serat
Variasi distribusi panjang serat menyebabkan variasi dalam kekuatan benang, makin besar prosentase serat pendek makin rendah kekuatannya.
7. Pengerjaan finish serat
Macam dan jumlah pengerjaan finish secara kimia terhadap serat, terutama serat serat buatan sangat berpengaruh pada kekuatan benang.
8. Faktor – faktor lain
Faktor lain yan mempengaruhi kekuatan benang antara lan pengerjaan kimia, regain benang, letak serat dan mulur serat individu.
Pengujian kekuatan tarik per Lea dilakukan dengan cara penarikan benang yang panjangnya 1 Lea ( 120 yard ), hasil penggulungan pada kincir sebanyak 80 kali, maka jumlah benang yang mendapat tarikan adalah 160 helai.
Kekuatan per lea relatif selau akan lebih rendah daripada kekuatan yang diperoleh dengan cara pengujian per helai, karena pada pengujian per lea sewaktu diberikan beban akan ada helai benang benang yangputus terlebih dahulu karena ketidakrataan benang atau kerena tegangan benang tidak sama.

III. ALAT DAN BAHAN

Ø Lea Tester
Ø Kapasitas beban 150 x 300 lbs
Ø Benang contoh uji
Ø Kincir

IV. LANGKAH KERJA

Cara uji kekuatan tarik per lea adalah sebagai berikut :
1. Pasang benang yang telah di reeling ( digulung ) sepanjang 120 yard atau 1 Lea pada puli atas ( pasif ) dan puli bawah ( aktif ), kemudian atur sedemikian rupa agar benang dalam keadaan rapih dan sejajar.
2. Tetapkan jarum penunjuk pada skala “nol”
3. Tekan tomol “ON” untuk menjalankan motor
4. Tarik handle ke arah belakang untuk menjalankan mesin sambil memegang benang supaya mendapat tegangan awal.
5. Bila benang sudah tegang karena mendapat tarikan, lepaskan pegangan
6. Bila benang putus, tekan tuas dan baca skala kekuatannya.

V. Data Pengujian Kekuatan Tarik Per Lea

No
Berat (g)
Kekuatan/ Lea
(lbs)
(x-x)2
1
3,497
132
120
2
3,424
134
120
3
3,397
122
120
4
3,452
129
120
5
3,500
130
120
Σ
674
600
X
129,4
120
S
CV =
CLSP= 129,4 X 18,81 = 2432,72 Hank
VI.DISKUSI
Pada waktu melakukan pengujian kekuatan per Lea ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktikan, antara lain :
Ø Sebelum digunakan, proses persiapan contoh uji dengan menggunakan reeling, harus dilakukan dengan seteliti atau serapi mungkin. hal ini dilakukan untuk menjaga agar benang hasil reeling tetap rapi, lurus. Sehingga, saat proses uji tarik menggunakan Lea strength tester, benang dapat teruji kekuatan tariknya dengan sempurna dan hasil yang didapat pun akurat.
Ø Dan mengenai kebersihan pada ssat pembuangan benang atau benang yang tidak terpakai harus pada tempatnya. Dan apabila sembarangan maka akan mempengaruhi batang per yang untuk menaik turunkan saat penarikan. Seperti mesin gampang rusak dan macet karena terhalang oleh yarn waste.


VII. KSEIMPULAN
Untuk Pengujian Kekuatan Tarik per Lea:
Kekuatan tarik per lea = 137,2 lbs
S
CV =
CLSP= 137,2 X 13,62 = 1868,664 Hank
UJI KEKUATAN TERIK DAN MULUR BENANG PER HELAI

I. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pengujian kekuatan tarik per helai adalah :
1. Untuk mengetahui kekuatan per helai benang uji
2. Untuk mengetahui besarnya breaking length contoh uji
3. Untuk mengetahui besarnya tenacity contoh uji

II. TEORI DASAR

Sama halnya pada bab sebelumnya, bahwa faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan antara lain : panjang stapel, kehalusan serat, kekuatan serat. Twist, kerataan, distribusi panjang serat, pengerjaan finish serat, pengerjaan kimia terhadap benang, regain benang, letak serat dan mulur serat individu.
Demikian pula prinsip penguian kekuatan tarik per helai hampir sama dengan pengujian kekuatan tarik per berkas. Tetapi untuk ketelitian, pengujian per helai lebih memakan waktu dan biaya jika menggunakan mesin yang otomatis.
Akan tetapi kekuatan per helai menunjukkan kekuatan benang yang sebenarnya dan dalam waktu yang sama memberikan beberapa petunjuk juga titik titik yang paling lemah pd benang. Krn hasil pengujian perhelai menunjukkan variasi kekuatan benang, maka datanya akan mempunyai variasi yang lebih besar daripada kekuatan per lea.
Ini berarti lebih banyak pengamatan yang dilakukan pada kekuatan per helai daripada kekuatan per lea untuk benang yang sama dengan rata rata yang sama.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat sifat kekuatan tarik bahan tekstil dan hasil yang diperoleh dari alat penguji kekuatan :
1. Panjang Specimen ( contoh pengujian )
Makin panjang suatau contoh pengujian benang makin banyak kemungkinan terdapat bagian yang lemah, jika yang lemah mendapatgaya tarik maka akan putus, sehingga hasil kekuatan tarik pada contoh pengujian yang lebih panjang akan cenderung lebih kecil
2. Kecepatan pembebanan dan lama waktu putus
Pengujian yang cepat akan menghasilkan breaking stress yang lebih besar daripada pengujian yang lambat. Hal ini dialami pada pengujian benang pintalan karena pengujian yag lambat memberikan pengujian benang pintalan karena pengujian yang lambat memberikan kesempatan benang membuka twistnya dean memungkinkan serat serat yang seharusnya putus karena twist menahan juga menjadi slip.
3. Kapasitas mesin
Benang yang ditarik denagn mesin yang berkapasitas tinggi akan memberikan kekuatan yang lebih besar karena waktu untuk memutuskan menjadi cepat sekali.
4. Mulur benang
Suata benang yang mulurnya besar akan memerlukan waktu yang lama untuk putus. Karena itu hasil pengujian cenderung akan lebih rendah.

III. ALAT DAN BAHAN

Ø Asano dengan kapasitas 500 gram dan 2000 gram jarak jepit 50 cm
Ø Benang contoh uji

IV. LANGKAH KERJA

1. Kencangkan kunci pengatur mulur, kemudian pasang benang melalui pengantar benang dan jepita pada klem atas ( pasif ) selanjutnya kencangkan.
2. Lepaskan kunci pengatur mulur, dan pasang benang pada klem bawah ( aktif ) dengan memberi tegangan awal sampai pada batas yang ditentukan, kemudian kencangkan.
3. Tarik handle ke arah belakang untuk menjalankan mesin dan biarkan hingga benang putus.
4. Bila benang putus, dorong hnadle ke posisi tengah dan baca skala kekuatan ( g ) dan mulurnya ( % atau mm )
5. Dorong handle ke arah depan , kemudian kembalikan jarum penunjuk skala ke arah posisi semula sambil menarik handle penahan roda gigi rachet.
Catatan :
Ø Bila jarak jepit 50 cm, mulur dapat dibaca langsung dalam “ % ”
Ø Bila jarak jepit 20 cm mulur dibaca dalam “ mm “

V. Data Uji Kekuatan Tarik Per- Helai
Jarak Jepit= 50 cm
Beban= 2000 g
Rentang pembacaan skala pada alat= 20%-80%
No
Kekuatan (± 5g)
Mulur (%)
(x-x)2
Kekuatan
Kekuatan
(cN)
(x-x)2
Mulur
1
380
6,9
3451,56
196
0,078
2
360
6,8
1701,56
1156
0,144
3
390
7,4
451,56
16
0,048
4
430
7,4
76,56
1296
0,048
5
410
7,4
76,56
256
0,048
Σ
1970
35,9
6087,482
2920
0,368
X
394
7,18
-
586
0,0736

VI. Perhitungan
S kekuatan
CV kekuatan =
S Mulur
CV =
= 33,18
= 13,67 g/tex
Tenacity =
Breaking Length=
VII. DISKUSI
Pada waktu melakukan pengujian kekuatan per helai ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktikan, antara lain :
Ø Proses persiapan contoh uji dengan memasang benang langsung ke mesin dari cones, memperbesar kemungkinan benang cepat putus, untuk itu, pengujian harus dilakukan dengan seteliti atau serapi mungkin. hal ini dilakukan untuk menjaga agar proses uji tarik menggunakan Asanometer, benang dapat teruji kekuatan tariknya dengan sempurna dan hasil yang didapat pun akurat.
Ø Ternyata pengujian kekuatan per helai lebih bervariasi, karena terlihat jelas bagian benang yang lemah akan langsung putus ( kekuatannya rendah ).
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini didapatkan:
Kekuatan Tarik Per- Helai = 394 ± 5 gram
Mulur = 7,18 %
n= 5
S kekuatan
CV kekuatan
S Mulur
CV
Tex = 30,14
Tenacity = 13,67
Tenacity
Breaking Length

Tidak ada komentar:

Posting Komentar