Kamis, 01 Februari 2018

LAPORAN PENGHANIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 PEDAHULUAN

Penghanian yaitu suatu proses menggulung benang pada beam lusi secara sejajar dengan panjang tertentu. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menggulung benang pada beam lusi yaitu :

ü terlebih dahulu menggulung benang pada tambur (dresser) dengan jumlah helai tertentu dan dibuat dalam seksi-seksi yang selanjutnya dipindahkan pada beam lusi dan cara ini dikenal dengan penghanian sistem seksi atau Sectional warping.

ü Cara kedua dengan terlebih dahulu menggulung benang lusi pada beam hani dengan jumlah helai tertentu dan dibuat menjadi beberapa beam hani yang selanjutnya seluruh benang dalam beam hani dipindahkan pada satu beam lusi dan cara ini lebih dikenal dengan penghanian sistem beam atau Beam warper.

Perbedaan yang paling mendasar pada kedua sistem penghanian diatas yaitu, pada penghanian sistem seksi, penghanian dilakukan pada tetal yang sebenarnya tetapi bukan pada lebar yang sebenarnya, sedangkan pada penghanian sistem lebar, penghanian dilakukan pada lebar yang sebenarnya tetapi bukan pada tetal yang sebenarnya.

Untuk menghasilkan kain yang becorak maka benang yang akan ditenun (benang lusi) harus bercorak . Untuk menghasilkan benang yang bercorak maka benang- benang lusi yang berbeda warna harus disusun sedemikian hingga pada proses persiapannya yaitu pada mesin hani. Proses ini dapat dilakukan pada mesin hani seksi atau hani lebar, pada hani lebar akan memngalami kesulitan karena sering memgalami pergantian benang yang dipasang pada creel selain itu memerlukan perencanaan yang lebih rumit.

Pada penghanian untuk kain bercorak hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan perencanaan penghanian yaitu : jumlah benang lusi, kapasitas creel, lebar penghanian, nomer sisir, panjang benang yang dihani, corak (warna) benang, no. benang lusi , crimping (mengkeret lusi ) dan lusi pinggir

Mesin hani seksi terdiri dari dua jenis yaitu mesin hani seksi kerucut dan mesin hani silinder. Perbedan dari kedua mesin ini adalah pada mesin hani seksi kerucut sudut tamburnya dapat diatur menyesuiakan dengan panjang dan nomer benang yang digulung sedangkan pada silinder sudutnya tidak dapat diatur.

1.2 LATAR BELAKANG

Kain adalah flat structure yang dihasilkan dari penyilangan dua jenis benang yaitu benang lusi dan benang pakan, yang mana bahan dasar benang tersebut terbuat dari berbagai macam variasi serat baik serat alam ( natural fibre) maupun serat buatan (Made Fibre). Untuk membuat kain yang berkualitas tinggi, perlu persiapan-persiapan yang didukung oleh mesin-mesin berteknologi tinggi. Salah satu mesin persiapan yang digunakan untuk membuat kain tenun adalah mesin hani ( warping Machine)

Warping adalah salah satu bentuk persiapan yang dilakukan untuk membuat beam lusi. Proses penghanian pada umumnya melalui tahapan-tahapan berikut :

A. Perencanaan, ini dilakukan untuk menghitung kapasitas crell yang digunakan yang akan disesuaikan dengan jumlah total lusi ( Total End) yang akan direncanakan.

B. Penyusunan, ini dilakukan dengan menempatkan bobin-bobin benang lusi pada creel mesin hani sesuai dengan rencana haninya.

C. Pembuatan (manufacturing), yaitu pembuatan beam baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jika total lusi yang akan dibuat sama atau lebih kecil dari kapasitas creel mesin haninya, penarikan benang lusi pada beam lusi dapat langsung dilakukan. Akan tetapi kondsisi ini jarang terjadi bahkan tidak mungkin karena biasanya total end selalu lebih besar dibanding dengan kapasitas creel yang terpasang pada mesin hani, meski mesin hani dengan kapasitas creel terbanyak sekalipun.

Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan melakukan tahapan operasional penghanian yang dapat dikelompokkan menjadi dua phase :

* Phase pertama, menarik benang lusi dari bobin-bobin lusi padaIntermediete carriers sampai diperolah jumlah lusi (total end) yang sesuai dengan yang direncanakan selanjutnya dipindahkan pada beam lusi yang sebenarnya pada phase ini, jumlah lusi yang digulung tidak pada lebar yang sebenarnya akan tetapi dilihat dari tetal lusinya, phase ini menggulung lusi dengan jumlah tetal lusi yang sebenarnya.

* Phase kedua, menarik benang lusi dari bobin-bobin lusi pada beberapa beam, yang selanjutnya dari beberapa beam tadi ditarik bersamaan untuk digulung pada beam lusinya. Pada phase ini, sistem penghanian merupakan penghanian pada lebar yang sebenarnya akan tetapi bukan pada tetal lusi yang sebenarnya.

Sehingga, penghanian dilihat dari jenis Intermmediate carrier yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

Text Box: ü Penghanian sistem seksi (Seksional Warping), yang gulungan sementara digulung pada tambur.
ü Hani lebar (beam warping or Direct Warping), yang gulungan benang lusi disiapkan pada beberapa beam

* Penghanian dengan Sistem Seksi-seksi (Sectional Warping)

Penghanian dengan sistem seksi adalah menggulung benang lusi pada beam lusi dengan terlebih dahulu membagi jumlah lusi tersebut menjadi beberapa seksi pada tambur dan selanjutnya jika telah mencapai jumlah ( Total end) yang direncanakan, gulungan benang lusi dalam tambur tersebut dipindahkan pada beam lusinya. Sistem ini adalah penghanian dimana menghani benang lusi bukan pada lebar yang sebenarnya karena penghanian terlebih dahulu dibagi menjadi beberapa seksi. Akan tetapi sistem ini menghani pada tetal lusi yang sebenarnya karena density benang lusi yang digulung per seksi, density nya sudah sesuai dengan density yang direncanakan. Ada beberapa bagian peralatan penting yang ada pada mesin hani seksi dan peralatan-peralatan ini ada beberapa yang dapat dijumpai pada mesin hani lebar (Direct Warping).


* Bagian-bagian Sectional Warping

1. Creel

Pada semua jenis mesin hani baik mesin hani seksi maupun hani lebar, benang lusi ditempatkan pada creel. Creel merupakan Metallic Frames dimana creel ini dilengkapi dengan peralatan penjaga tegangan (Tensioner). Pada mesin - mesin hani modern dilengkapi dengan control otomatis dengan penjaga tegangan benang yang terpusat pada komputer. Lebih dari itu, mesin-mesin hani modern juga telah dilengkapi dengan peralatan-peralatan penjaga benang putus, dimana jika terjadi benang putus, mesin akan segera berhenti sehingga hal ini sangat bermanfaat untuk menjaga kualitas beam yang dihasilkan yang pada akhirnya akan menghasilkan mutu kain tenun yang dihasilkan lebih baik. Peralatan otomatisasi penjaga lusi putus seperti terlihat pada gambar 5.3 disamping. Kapasitas creel merupakan parameter jumlah benang lusi tiap seksi pada penghanian sistem seksi atau jumlah benang tiap beam pada direct warping. Biasanya kapasitas creel untuk mesin-mesin yang terbaru berkisar antara 800 – 1200 bobin.

Ada beberapa tipe dari creel yang digunakan pada mesin hani. Tipe-tipe tersebut antara lain :

Text Box:   Mobile Creel
  Magazine Creel
  Swipel Creel
  V – shaped Creel


v Mobile Creel

Tipe creel ini bentuknya sama dengan creel-creel standar, akan tetapi hal yang membedakan dengan creel standar hanyalah bentuk troley yang bisa ditarik keluar. Selama proses penempatan bobin-bobin pada creel hani, troly yang kedua dapat ditarik keluar untuk diisi bobin sehingga hal ini dapat mengurangi kemungkinan waktu untuk menunggu selesainya pengisian troly pada set yang pertama. Creel dengan sistem mobile creel ini sangat berguna untuk menghemat tempat ketika penggunaan creel standar tidak mencukupi.

v Magazine Creel

Text Box: Gambar 4.4  Creel Magazine

v Swivel Frame Creel

Text Box: mbar 4.5 Swivel frame Creel

Swivel Frame Creel merupakan creel hasil rancangan dengan penambahan variasi dari mobile creel yang memungkinkan dapat memuat benang lusi yang cukup berat (5 – 25 kg) yang sulit disimpan langsung pada troli. Setiap tempat bobin mempunyai dua sisi, dimana benang lusi ditarik dari satu sisi sementara sisi yang lainnya bisa diisi bobin-bobin lusi. Bentuk dari Swivel frame Creel dapat dilihat pada gambar 5.6 disamping.

v V-shaped Creel

Pada tipe creel ini, creel tempat penyimpanan bobin dipasang sedemikian rupa sehingga bisa digerakan dengan bantuan rantai. Selama proses penghanian berlangsung dengan menarik benang lusi dari satu sisi dimana benang lusi sudah disiapkan. Sisi creel yang kosong dapat diisi kembali selama proses berlangsung. Jika penghanian sudah selesai, creel dapat diputar dengan menekan tombol penggerak rantai sehingga creel kosong akan digantikan dengan creel yang sudah diisi tadi.

2. Tensioner

Pada proses penghanian, tegangan lusi yang terlalu rendah mengakibatkan beam lusi yang dihasilkan gembos dan sebaliknya jika terlalu tegang beam lusi yang dihasilkan keras. Tegangan lusi yang diperkenankan didasarkan pada nomor benang dan jenis benang. Untuk menghasilkan tegangan lusi yang rata pada saat proses penghanian, tensioner dikontrol secara terpusat oleh suatu peralatan yang disebut Central Powered Tensioner Control. Fungsi peralatan ini mengontrol tegangan benang lusi dengan prinsip jika satu atau beberapa benang lusi tegangannya tidak sesuai standar, mesin akan berhenti. Tensioner dipasang pada creel dan mengontrol tiap benang lusi yang ditarik.

Untuk menetukan besarnya tension yang digunakan dalam proses penghanian, hal yang perlu diperhatikan adalah :

c. Nomor benang lusi yang diproses

d. Jumlah benang lusi dalam satu seksi

e. Faktor (disesuaikan dengan jenis bahan baku yang diproses)

3. Dresser or Drum

Dresser atau drum adalah silinder hani yang biasa disebut tambur yang berfungsi untuk menggulung benang lusi yang ditarik dari bobin-bobin hani yang terpasang pada creel. Silinder hani ini terbuat dari sheet steel yang dibentuk seperti cones. Bentuk cones dari silinder hani dibuat secermat mungkin untuk menghasilkan gulungan hani yang sempurna. Putaran dari silinder hani pada mesin-mesin hani modern tidaklah konstan karena disesuaikan dengan bertambahnya diameter gulungan pada Dressernya sehingga akan didapat yarn speed yang konstan. Akan tetapi pada beberapa mesin hani lain, putaran silinder hani selalu konstan sehingga yarn speed yang dihasilkan tidaklah konstan, akibatnya tension selalu berubah. Dresser berbentuk cones hal ini dimaksudkan untuk menjaga lapisan benang lusi pada Dresser tetap rata meski terjadi pergeseran Dresser setiap satu putaran Dresser. Pergeseran Dresser untuk setiap lapisan yang telah dibuat setiap satu putaran Dresser disebut Feed.

Ø Pembuatan Kain Polos

Kain polos adalah kain yang dibuat dari warna benang lusi yang sama atau jenis benang lusi yang sama, jika menghani menggunakan benang lusi yang berbeda baik nomor maupun jumlah twisnya dan memerlukan pengaturan pada rak creel haninya, meski benang yang digunakan warnanya sama, maka penghanian jenis demikian bukanlah penghanian untuk pembuatan kain polos, karena pada proses selanjutnya di pencelupan dengan menggunakan zat warna tertentu, akan menghasilkan corak lusi yang berwarna-warna. Pengertian pembuatan kain polos disini adalah penghanian yang tidak perlu pengaturan pemasangan bobin pada rak creel, karena menggunakan benang yang sama baik nomor maupun warnanya.

v Penghanian Pembuatan Kain Polos dengan Mesin Hani Seksi

Pengertian kain polos dalam penghanian polos dengan mesin hani seksi adalah kain yang tidak bersalur, bercorak atau berwarna kearah lusi yang disebabkan karena pengaturan benang lusi yang berwarna pada creel lusi. Pengertian kain polos tidak selalu diartikan kain putih, karena warna dari kain dapat ditentukan pada proses akhir atau finishing.

Penghanian polos dapat diartikan sebagai penghanian yang tidak memerlukan pengaturan warna lusi pada saat pemasangan bobin-bobin lusi pada creel mesin hani, sehingga warna benang lusi yang dipasang pada creel hani adalah sama. Perlu diperhatikan meskipun pada penghanian polos tidak memerlukan pengaturan warna atau corak pada creel mesin haninya, untuk pembuatan kain-kain tertentu misalnya kain dengan kombinasi benang lusinya menggunakan twis per meter (TPM) yang berbeda untuk mendapatkan efek tertentu, pengaturan bobin-bobin take-up pun harus diperhatikan susunannya dalam creel hani.

Pada proses penghanian untuk membuat kain polos, benang-benang lusi yang digulung pada bobin-bobin take-up dengan diameter gulungan sama ditempatkan pada creel hani. Keseragaman diameter gulungan benang lusi (jika benang lusi bernomor seragam) pada bobin take-up perlu diperhatikan untuk menghindari seringnya penggantian bobin take-up yang akan menurunkan effesiensi produksi.Pemasangan dan pengaturan bobin-bobin take-up pada creel hani untuk penghanian polos sangatlah sederhana dibandingkan penghanian untuk pembuatan kain-kain bercorak. Creel hani terdiri dari dua bagian yaitu creel hani sebelah kiri dan creel hani sebelah kanan. Jika kapasitas creel hani 800, maka creel hani sebelah kiri 400 dan creel hani sebelah kanan 400. Untuk creel hani sebelah kanan, benang lusi nomor 1 ditempatkan pada creel sebelah atas bagian belakang sedangkan benang lusi nomor 2 ditempatkan dibawahnya dan seterusnya dan benang lusi terakhir dari creel sebelah kanan (benang lusi nomor 400) berada pada tengah-tengah seksi yang bersangkutan, sedangkan benang lusi nomor 1 posisinya berada disebelah pinggir kanan dari seksi yang sedang dibuat. Benang lusi yang ditarik dari creel hani sebelah kiri, lusi nomor 401 ditempatkan pada creel sebelah atas bagian depan dan lusi nomor 402 ditempatkan pada creel dibawahnya, berjalan terus sehingga lusi nomor 800 berada pada creel sebelah bawah bagian belakang.

Untuk memudahkan pada proses pencucukkan benang lusi pada tahap selanjutnya yaitu (Drawing-in). Benang lusi perlu dipisahkan antara benang lusi ganjil dan lusi genap, hal ini penting untuk menghindari benang lusi menyilang (Crossing), pada proses pertenunan yang bisa menyebabkan benang lusi putus. Pemisahan benang lusi ganjil dan genap pada proses penghanian dilakukan dengan cara melewatkan benang lusi tersebut pada sisir hani (reed comb) atau sisir silangan. Cara pencucukan benang lusi pada sisir silangan adalah membagi sisir silangan menjadi dua bagian secara simetris, benang lusi nomor 400 ditempatkan pada lubang sisir silangan nomor 1 (dihitung dari lubang tengah berjalan ke kanan), nomor 399 ditempatkan pada lubang nomor 2 terus berjalan sampai benang lusi nomor 1 menempati lubang paling pinggir disebelah kanan. Begitupun dengan benang lusi yang berasal dari creel hani sebelah kiri, benang lusi nomor 401 dicucuk pada lubang sisir silangan nomor 1 (dihitung dari tengah berjalan ke kiri), 402 pada lubang nomor 2 sampai benang lusi nomor 800 menempati ubang paling pinggir disebelah kiri.

Untuk mendapatkan tetal lusi sesuai dengan rencana yang diperhitungkan dari lebar kain yang akan dibuat, setelah benang lusi dicucuk pada sisir silangan, selanjutnya dicucuk pada sisir hani (reed comb), pengaturan pencucukkannya disesuaikan dengan nomor sisir haninya. Nomor sisir hani adalah jumlah lubang sisir hani tiap inch-nya, semakin banyak cucukan helai per lubangnya, tetal lusi akan semakin besar. Untuk itu nomor sisir hani perlu disesuaikan dengan rencana pembuatan lebar kainnya.

Perlu diperhatikan, jika dalam perhitungan masih ada sisa benang lusi, diusahakan sisa-sisa benang lusi tersebut ditempatkan pada seksi pertama dan terakhir sehingga tetal lusi pada badan kain akan sama. Dalam penghanian polos hal demikian bukanlah suatu kesulitan, akan tetapi pada penghanian bercorak perlu diperhatikan simetris tidaknya warna dari benang lusi tersebut.

Ø Penghanian Corak

Kain corak yang dimaksud disini adalah kain yang bercorak ke arah lusi, karena kain yang bercorak ke arah pakan ditentukan oleh pergantian warna dari benang pakannya. Pembuatan kain bercorak memerlukan kecermatan dalam pemasangan dan pengaturan bobin-bobin benang berwarnanya. Perlu diperhatikan jumlah corak dalam satu raportnya untuk menentukan pemasangan bobin pada rak creelnya.

v Penghanian Pembuatan Kain Corak dengan Mesin Hani Seksi

Proses pembuatan kain corak, pada prinsipnya hampir sama dengan pembuatan kain polos. Akan tetapi pada kain corak ini pemasangan bobin-bobin lusi yang berwarna harus diatur sesuai dengan corak lusi yang direncanakan. Pada penghanian kain corak dikenal istilah jumlah corak dalam satu raport, yang ditunjukkan dengan jumlah komposisi warna dalam perulangan terkecil komposisi warna tersebut. Dalam satu raport corak, kita bisa menghitung jumlah lusi tiap warna dan jumlah lusi total yang dibutuhkan untuk membuat satu corak raport tersebut. Dari sini kita bisa mengetahui jumlah raport corak yang ada pada selebar kain dengan terlebih dahulu menghitung jumlah lusi total (Total End), yaitu dengan membagi jumlah lusi total dengan jumlah lusi dalam satu raport corak.

Untuk menghitung jumlah lusi total pada kain corak, tidak berbeda dengan penghanian polos yaitu dengan menghitung tetal lusi dalam kain dengan tidak memperhitungkan warna dari benang lusi tersebut yang selanjutnya di kalikan terhadap lebar kainnya.

Untuk menghitung kebutuhan benang lusi tiap warna, pada prinsipnya kita harus mencari kebutuhan lusi secara total. Selanjutnya, untuk menghitung kebutuhan warna, kita hitung jumlah helai warna yang akan kita hitung tersebut, kemudian kebutuhan warna adalah perbandingan berat lusi warna tertentu dengan berat lusi total.

Pemasangan bobin-bobin lusi berwarna pada creel hani perlu diperhatikan karena hal ini berkait erat dengan cacat kain akibat salah corak. Harus diusahakan bahwa satu seksi yang berarti jumlah bobin lusi terpasang pada creel hani dapat membuat raport corak yang lengkap tidak terpotong, sehingga penarikan benang-benang lusi pada seksi-seksi selanjutnya raport corak lusi tidak terganggu.

Untuk menghindari cacat akibat salah corak, jumlah bobin-bobin lusi pada creel hani tidak perlu berorientasi pada maksimalisasi creel terpasang yang akan beresiko terjadinya cacat.Kain corak yang biasa kita temui, dapat berupa kain-kain kemeja kotak-kotak, kemeja garis-garis kearah lusi, kain cele, kain sarung dan lain-lain. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan tekstil, ditemukan cara membuat kain corak dengan bahan-baku benang yang berbeda jenisnya, sehingga pada proses pertenunan tampak seperti kain polos akan tetapi setelah diproses dengan zat warna tertentu kain akhir akan bercorak baik kearah lusi maupun ke arah pakan.

1.3 M AKSUD DAN TUJUAN

Tujuan dari proses penghanian yaitu untuk menggulung benang kedalam beam tenun, yaitu beam yang akan dipasang pada mesin tenun dengan bentuk gulungan sejajar. Sedangkan menghani bercorak pada mesin hani seksi bertujuan untuk menghasilkan benang lusi pada beam tenun yang mempunyai corak atau warna tertentu sehingga kain yang dihasilkan berupa kain bercorak atau kotak-kotak.

BAB IV

DISKUSI DAN KESIMPULAN

4.1 DISKUSI

Pada peraktikum kali ini akan membahas atau memperaktikan tentang persiapan penghanian dimana mesin yang di gunakan adalah mesin seksioal hal-hal yang pelu di perhatikan pada pratikan kali ini harus mengerjakan dan memperhatikan menjaga,memganalisis supaya proses dari awal penghanian sampai akhir harus meminimalis sekecil mungkin kesalahan yang akan terjadi seperti menghitung persiapan dengan matang dan perhitungan dengan tepat dan akurat dan penyusunan benang pada rak hani sangat perlu mendapat perhatian sebab penyusunan serta peletakan benang yang tidak menurut aturan akan mengakibatkan kesulitan pada proses hani bisa saja jatuh karena posisi penaruhan yang tidak tepat disamping itu penyusunan benang pada rak hani mesti diatur sebab jika tidak teratur akan menyulitkan proses penghanian, benang akan terbelit dan tidak dapat masuk maupun pada sisir silangan dengan teratur sehingga terjadi putus benang yang dapat mengurangi atau perlambatan prosesnya,setelah itu ketika memasukkan benang setelah itu ketika memasukkan benang ke sisir silang harus dilakukan satu-persatu pencucukan pada sisir silangan harus satu persatu, hal ini untuk memudahkan pemindahan benang genap pada saat proses penghaniand engan menggunakan sisir silang, ketika membuat silangan pertama,benang ganjil ditarik keatas dan benang genap tetap di bawah. Ketika membuat silangan kedua, benang ganjil yang tadinya diatas ditarik kebawah sehingga benang genap yang tadinya dibawah berada diatasnya. persilangan ini juga berguna untuk memudahkan penyucukan dan mempermudah penyanbungan bila terjadi putus benang,maka pembuatan silangan harus dilakukan dengan hati-hati supaya kedudukan benang-benang hani tetap sejajar dan tidak kusut terutama dalam penggulungan ditambur.

4. 2 KESIMPULAN

Dalam peraktikum kali ini untuk mendapatkan hasil maksimal dan efisien perlu pembuatan rencana penghanian seperti perhitungan tepat jumlah ban Kapasitas creel, cucukan benang sesuai dengan nomor sisir hani, Boom tenun mempunyai fungsi untuk menggulung benang yang sudah dihani pada silinder ke boom tenun.penghanian mempunyai tujuan untuk mensejajarkan benang-benang lusi secara bersamaan pada tambur yang sudah diketahui panjang dan jumlahnya dan secara bersaman benang-benang tersebut dipindahkan dari tambur ke boom tenun.

DAFTAR PUSTAKA

Soeparlie Liek, S.Teks., dkk., Teknologi Persiapan Pertenunan, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1974.

Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Pertenunan , Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Elang, dkk, Pedoman Praktikum Persiapan Pertenunan, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar