Jumat, 09 Februari 2018

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN POLOS
I. Maksud dan tujuan
· Memiliki kemampuan mengenali ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos
  • Memiliki kemampuan menentukan arah lusidan pakan
  • Memiliki kemampuan menghitung tetal dalam kain
  • Memiliki kemampuan mengkeret benang
  • Memiliki kemampuan nomor benang
II. Teori dasar
Dekomposisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses perubahan menjadi benda yang lebih sederhana atausecara umum proses dekomposisi kain bermaksud dan bertujuan untuk mengetahui jenis anyaman yang dipakai atau digunakan pada suatu jenis kain [kain contoh uji].
Proses dekomposisi kain ini dilakukan mempunyai maksud dan beberapa tujuan. Yaitu sbb:
· Tujuan Ekonomis; untuk menghitung biaya atau harga pokok pembuatan kain yang seperti kain contoh.
· Tujuan Pengawasan Mutu; untuk dipakai sebagai alat guna menentukan mutu kain jadi maupun untuk pengawasan mutu kain yang sedang dibuat berkenaan dengan suatau kontrak [pesanan].
· Tujuan Teknis; untuk memperoleh data – data guna pembuatan kembali [meniru dengan tepat] kain yang sesuai dengan contoh. Bahkan bila perlu membuat kain yang lebih baik daripada kain contoh.

Sehingga makna dari Menganalisis kain tenun atau biasa disebut dengan “dekomposisi”, adalah suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh data – data yang dapat digunakan untuk membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh yang dianalisis tadi.
Anyaman polos disebut juga sebagai anyaman platt,tafleta, dan anyaman plain. Anyaman ini paling sederhana dan paling banyak dipakai orang. Penyilanagan antara benang lusi dan pakan bergantian. Anyaman ini paling banyak silangan – silangannya dibandingkan dengan anyaman – anyaman lainnya, karena itu relatif paling kokoh pula. Hanya pada kain ini, kemungkinan jumlah benang setiap inchinya relatif lebih sedikit dibanding dengan anyaman yang lain. Terlalu banyak benang akan menghasilkan kain yang kaku.



Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos:
· Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai
  • Mempunyai raport yang paling kecil dari semua jenis anyaman
· Bekerjanya atau kombinasi pakan dan benang lusi paling sederhana, yaitu : 1-naik dan 1-turun
· Ulangan raport: kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan, sedangkan kearah vertikal (panjang kain) atau kearah lusi diulangi sesudah 2 helai lusi
  • Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain
· Jika faktor–faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain menjadi: paling kuat diantara anyaman yang lain dan letak benang lebih teguh atau tak mudah berubah tempat.
· Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor – faktor konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman lainnya.
· Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran ( range) yang lebih besar daripada dalam anyaman yang lain ( 10 hl/"-200 hl/" ). Demikianpun perpencaran berat kain adalah lebih besar daripada dalam anyaman lain (0,25 oz/yds2 --- 52 oz/yds 2).
  • Anyaman polos lebih sesuai / mampu untuk diberi rupa ( appereance) yang lain dengan jalan mengadakan ubahan – ubahan desain, baik struktural desain maupun surface desain dibandingkan dengan anyaman lainnya.
  • Pada umumnya kain dengan anyaman polos penutupan kainnya ( fabric cover) berkisar pada 25% - 75%
  • Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis ( open construction or sheer texture) dengan hasil yang memuaskan daripada menggunakan anyaman yang lain.
· Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi digunakan 4 gun atau lebih.
· Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium dengan fabric cover 51% - 75%. Penutupan lusi dan pakan berkisar 31% - 50%. Jenis kain ini misalnya: kain yang diprint (print cloth) sheetings dll.
  • Anyaman polos untuk kain padat ( close construction ) , biasanya menggunakan benang pakan yang lebih besar daripada benang lusi.

III. Alat dan Bahan
  1. Lup
  2. Gunting
  3. Penggaris
  4. Jarum
  5. Timbangan
  6. Kain contoh
IV. Prosedur
1. Tentukan arah lusi dan arah pakan ( beri tanda panah pada arah lusi )
2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan pada 3 tempat yang berbeda lalu cari harga rata-ratanya
3. Potong kain contoh dengan ukuran 20 x20 cm, kemudian ditimbang
4. Ambil benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda, masing-masing 10 helai ( lusi = 20 hl dan pakan = 20 hl ), lalu ditimbang masing-masing
5. Hitung panjang benang lusi dan pakan tersebut ( setelah diluruskan )
6. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan
7. Lusi dari no.4 ditimbang dan pakan dari no.4 ditimbang
8. Hitung nomer benang lusi dan pakannya
  • No. Metrik [Nm]
  • No. Inggris [Ne1]
  • Tex
  • Denier
9. Hitung berat kain contoh yang meliputi :
  • Berat Percobaan/ m²
· Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
  • Selisih dalam Persen [%]
10. Menghitung fabric cover. Meliputi :
  • Warp Cover [Cw]
  • Filling Cover [Cf]
  • CF (%)
11. Mengambar anyaman plain.
V. Data dan Perhitungan
Text Box: PAKAN
Text Box: LUSI







































VI. Diskusi
Dalam praktikum dekomposisi kain anyaman polos ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil dari praktikum ini, yaitu :
· Selisih berat dari penimbangan dan perhitungan yang diperoleh praktikan pada praktikum ini sebanyak 5,97 %. Sedangkan seharusnya selisih berat maksimal hanya 5%. Hal ini terjadi karena kekurang telitian praktikan saat menentukan tetal lusi dan tetal pakan, mengukur pajang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan, berat saat menimbang 20 helai benang lusi dan 20 helai benang pakan. Maka dari itu untuk kedepannya harus lebih pasti dalam mengukur panjang dan menimbang, agar selisih yang diiinginkan dapat tercapai..
· Pada saat pemotongan kain contoh 20 x 20 cm sebisa mungkin sebelumnya kita menguraikan lusi dan pakannya sehingga mendekati ukuran 20 x 20 cm setelah itu diberi batasan dengan ukuran 20 x 20 cm dan kemudian pakan dan lusinya diurai sampai mendapatkan kain dengan ukuran 20 x 20 cm. Setelah itu sisa-sisa benang lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan pemotongan kain contoh ( kain contoh terlalu kecil, misalnya ).
· Mengkeret pakan dan mengkeret lusi yang didapat cukup besar hal ini karena banyaknya silangan dan titik silang pada kain. Fabric cover yang didapat cukup tinggi yaitu 68,26%.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tetal lusi lebih tinggi daripada tetal pakan
2. Kain contoh dengan anyaman polos memiliki :
  • Mengkeret lusi = 0,57 %
  • Mengkeret pakan = 1,57 %
· Nomer benang lusi : Nomer benang pakan :
Nm = 80,46 Nm = 67,73
Ne1 = 47,47 Ne1 = 39,96
Tex = 12,42 Tex = 14,76
Td = 111,85 Td = 132,88
  • Berat kain / m2 :
Hasil penimbangan = 89,5 g
Hasil perhitungan = 84,15 g
  • Selisih berat kain / m2 ( penimbangan dengan perhitungan ) = 5,97 %
  • Fabric Cover = 68,26 %
VIII. Daftar Pustaka
· http://kbbi .web.id/dekomposisi
  • Ekofajrie.blogspot.co.id/2013//11/dekomposisi-kain-anyaman-plain.httml/?m=1
  • wikipedia.anyamanpolos.2013
· Jumaeri,dkk.Textiledesign.Institut Teknologi Tekstil.Bandung.1974

Jumat, 02 Februari 2018

Berabu

oleh : Muhammad Sholahuddin Al-Ayyuby


Dunia, kau terlalu banyak berdusta
perihal siapa dirimu sebenarnya
mengaku paling berwarna,
hangat nan mempesona
namun berlalu begitu saja
meninggalkan tanpa tersisa
sendirian ku genggam sang jiwa
berteriak menggema ruang semesta
namun kau tetap tiada disana

isak dada terus saling memburu
antara amarah dan rindu 
menjadi satu menusuk kalbu
terbakar kemudian berabu

Aku.....


di sini,
harus bagaimana (?)

menunggu (?))
Sedang kau tak kunjung datang jua

Sekali lagi,
biarlah waktu berlalu 
biarlah sunyi membisu
biarlah luka kan terus ada


dan jika waktunya tiba
ku harap kau datang,
dan menjadi penyembuhnya

Kamis, 01 Februari 2018

NONWOVEN

Oleh : Muhammad Sholahuddin Al-Ayyuby


- Pengertian nonwoven 


Kain nonwoven secara bahasa dapat diartikan sebagai kain bukan tenunan. Menurut Albrecht, Fuchs, dan Kittelmann (2003), kain nonwoven adalah kain tekstil yang terdiri dari serat atau filamen yang terpisah dan disusun dengan menggunakan teknologi yang berorientasi pada penggunaan, serat atau filamen tersebut saling terikat dan membentuk kain yang memanjang.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa kain tenun merupakan kain yang dibentuk tanpa melalui penyilangan benang seperti pada pertenunan maupun penjeratan antar benang seperti rajut namun kain yang dibentuk dari pensejajaran serat atau filamen kemudian melewati suatu metode yang mengikat serat atau filamen tersebut menjadi satu ikatan kain.


- Klasifikasi nonwoven


Berdasarkan metode produksinya yaitu wet bonded, dry bonded, spun bonded

Berdasarkan materialnya yaitu staple fiber nonwoven, filament fibernonwoven

Berdasarkan penggunaannya yaitu durable, semi-durable, disposable

Berdasarkan propertinya yaitu flame retardent, water repalent, water absorbent, etc


- Proses produksi nonwoven


-> Tahap proses produksi secara umum

Bahan baku (serat atau filamen) -> web bonding process -> Proses bonding -> finishing


-> Tahap proses produksi berdasarkan metode

<-> Produksi kain dry bonded  
Serat staple (serat buatan/alam) -> Dry-laid webs -> Teknik pengikatan mechal, chemical, and/or thermal bonding -> finishing

<-> Produksi kain Spun bonded  
Filament kontinyu (serat buatan) -> Continues filament webs -> Teknik pengikatan mechal, chemical, and/or thermal bonding -> finishing

<-> Produksi kain wet bonded  
Serat staple (serat buatan) -> Wet laid webs -> Teknik pengikatan mechal, chemical, and/or thermal bonding -> finishing


- Tipe web dan teknik pembentukannya




-> Staple fiber webs

<-> Wet-laid webs




<-> Dry-laid webs

Persiapan serat staple -> opening, cleaning, mixing dan blending ->Carding -> Peletakan web

^^ Persiapan bahan baku



^^ Opening, cleaning, mixing, dan blending

Serat akan melalui proses pembukaan, pembersihan, pencampuran 

^^ Carding

Serat akan melalui proses pencabikan 



^^ Peletakan web

Terdiri dari peletakan secara sejajar, menyilang, dan acak

^^^ Paralel laid web


^^^ Cross laid web



^^^ Randomly laid web



<-> Continuous filament webs

Terdiri dari spun-laid webs dan melt blown webs

^^^ Spun-laid web

^^^ Melt blown web

Teknik pengikatan serat pada nonwoven



-> Mechanical bonding

<-> Needle punching technology


<-> Stitched bonding technology


<-> Hydroentanglement technology




-> Adhesive bonding or chemical bonding
<-> Saturation adhesive bonding



<-> Spray adhesive bonding


<-> Foam bonding 

<-> Application of powders


<-> Print bonding



<-> Discontinuos bonding



-> Thermal bonding


Adapun beberapa metode termal bonding yaitu 
  1. Hot calendering
  2. Belt callendering
  3. Through-as thermal bonding
  4. Ultrasonic bonding
  5. Radiant-heat bonding, etc


- Finish of nonwoven




- Aplikasi nonwoven






Referencee :

  1. Al-Ayyuby M.S (2018) : Laporan Praktik Kerja Lapngan di PT Hadtex Divisi Spunbond, Politeknik STTT, Bandung
  2. ALbrecth. W., Hilmar, D., Walter, K (2003) : NONWOVEN FABRIC : Raw material, Manufacture, Aplication, Characteristic, Testing Process, WILWY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA
  3. Patel M & Dhruvkumar B : NONWOVEN TECHNOLOGY for conventional fabric
  4. Sujon J.A: Nonwoven Tecchnology, Textile Bulletin

OTOMATISASI MESIN TENUN

BAB III

PEMBAHASAN

1. Warp Stop Motion

- Sistem Dropper Mekanik

Keterangan :

1. Benang lusi 11. Cam

2. Dropper keadaan normal 12. Poros handle

3. Dropper keadaan lusi putus 13. Handle

4. Rol dropper

5. Kawat penarik

6. Dudukan kawat penarik

7. Penggerak dropper

8. Penumbuk diam

9. Penumbuk fleksibel

10.Axim

Mekanisme :

Rol dropper akan terus bergerak ke kanan dan ke kiri apabila tidak ada kejadian lusi putus, tetapi apabila ada lusi yang putus, maka dropper pada lusi putus tersebut akan jatuh sehingga masuk ke celah rel dropper, Dari hal tersebut secara otomatis gerakan dari rel dropper terhenti disebabkan gerakan dari rel dropper tersebut tertahan oleh dropper yang jatuh ke celah dropper tersebut.

Walaupun gerakan rel dropper terhenti, tetapi gerakan dari penggerak relterus berjalan akibat dari memaksakan gerakan tersebut menyebabkan axim terangkat, axim itu sendiri terhubung gerakannya dari cam, dengan posisi jari-jari terbesar cam diatas.

Selain menyebabkan pengangkatan axim, juga menyebabkan kawat penarik mengangkat penumbuk fleksibel.

Jadi ketika gerakan rel dropper berhenti, maka axim dan penumbuk fleksibel sama-sama naik, sehingga menimbulkan penumbuk diam memukul poros handle, yang kemudian gagang handle tersebut bergeser dan memberhentikn mesin.

- Sistem Dropper Elektrik

Mekanisme :

Rel dropper memiliki bentuk bergerigi, lalu dropper diletakkan diantara celah bergerigi tersebut yang kemudian akan dimasukkan benang lusi

Satu dropper untuk satu benang lusi. Pada saat benang lusi kendor atau putus, secara otomatis dropper akan jatuh ke bawah dan menyentuh batang atau rel dropper.

Didalam rel dropper tersebut terdapat kabel-kabel yang dapat dialiri listrik dari sumbernya yaitu resistor, sehingga benang lusi ini bersifat konduktor.

Jadi ketika ada lusi yang putus atau kendor, kemudian menyentuh rel dropper yang dialiri listrik maka akan terjaddi aruslitrik kemudian mengirim pesan ke resistor untuk memrintahkan mesin untuk berhenti.

2. Weft Stop Mation

- Garpu Pinggir

Garpu pinggir merupakan peralatan penjaga pakan putus yang berada dipinggir mesin. Garpu pinggir memiliki rumah garpu, yang berfungsi sebagai titik tumpu dari garpu untuk naik turun, dan ekor garpu untuk mengait pada hook ketika ada pakan putus. Garpu ini sendiri berada pada dudukan garpu diatas hook. Garpu ini berada pada salah satu sisi saja, sehingga garpu pinggir ini hanya bisa mendeteksi pakan ketika pakan kembali lagi ke laci yang terdapat garpunya.

Mekanisme :

Ketika terjadi peluncuran pakan dan tidak terjadi putus maka teropong akan membawa pakan kembali ke laci yang terdapat garpunya, sehingga menghasilkan tegangan terhadap garpuuntuk bergerak ke depan, dan menimbulkan ekor garpu terankat ke atas menghindari gerakan hook yang kebelakang, sehingga mesin tetap berjalan.

Tetapi ketika terjadi peluncuran pakan dan terjadi putus sehingga teropong tidak membawa pakan kembali ke laci yang berada pada daerah garpu, maka garpu akan tetap berada pada posisinya sehingga ekor garpu terkait pada hook, dan ketika cam berputar dan jari-jari terbesar cam menyentuh follower, hook akan menarik ekor garpu yang menempel pada dudukan garpu, sehingga dudukan garpupun sekaligus terbawa oleh hook ke belakang, mendorong penumbuk untuk menggerakkan batang penumbuk yang akhirnya bergerak mendorong handle bergerak ke arah belakang, sehingga mesin berhenti

- Garpu Tengah

Hampir sama seperti sistem pada garpu pinggir, hanya saja penempatan posisinya saja. Garpu pinggir sendiri merupakan peralatan penjaga pakan putus yang berada dipinggir mesin. Garpu tengah ini lebih tipis daripada garpu pinggir, bahkan lebih kecil dari garpu pinggir sehingga memungkinkan untuk melewati sisir pada lade. Berbeda dengan garpu pinggir dalam penempatannya, kelebihan Garpu ini berada ditengah sisir adalah garpu tengah bisa mendeteksi ada tidaknya pakan hanya dengan sekali peluncuran pakan.

Mekanisme :

Prinsip kerja dari garpu tengah ini adalah naik turun, jadi ketika ada pakan yang meluncur menuju ke tengah lade atau tempat dari garpu pinggir, garpu pinggir akan terangkat, sehingga garpu ini akan berada diatas dari benang pakan apabila tidak terjadi putus benang pakan, dan garpu pinggir dapat masuk ke lubang sisir lade.

Tetapi berbeda kejadiannya apabila terjadi peluncuran pakan tetapi terjadi putus benang, maka posisi garpu yang awalnya diatas pakan akan turun masuk ke celah lade, sehingga batang garpupun akan ikut turun kebawah, sehingga lade ketika mendorong ke depan akan mendorong garpu tengah ke belakang, sehingga akan menghubungkan ke peralatn yang akan menggerakkan handle sehingga mesin berhenti.

- Elektro Optikal

Media ini merupakan salah satu peralatan dalam menjaga pakan, yang berfungsi sebagai pendeteksi, terutama ketika tidak ada pakan putus maupun tak sampai. Biasanya terdapat pada mesin Air Jet Loom ataupun Water Jet Loom. Bekerjanya dengan cara sensor optik yang akan mendeteksi pakan tidak sampai atau malah kelebihan peluncuran pakan.

Mekanisme :

Ketika benang pakan ditembakkan melewati sensor optik maka mesin akan tetap berjalan yang menandakan bahwa tidak ada pakan yang putus ketika ditembakkan oleh udara.

Tetapi ketika terjadi putus, benang yang putus atau yang bebas karena putus itu akan tetap bergerak karena didorong oleh udah keluar melewati sensor optik sehingga mesin akan terus bergerak, kemudian benang pakan sisa putus tersebut terketek sehingga ketika peluncuran pakan berikutnya maka ada daerah pakan yang akan mengisi kekosongan tempat yang seharusnya menjadi tempat pakan yang putus atau lepas tadi. Sehingga dari pengisian tempat kosong tersebut akan menimbulkan efek melengkuk, sehingga pakan yang sebelumnya diatur selebar kain dari accumulator tidak akan melewati sensor optik, sehingga akan memerintahkan mesin untuk berhenti karena pakan tak sampai.

- Piezo Electric

Peralatan ini merupakan media yang berfungsi untuk menjaga pakan, biasanya dipakai untuk mesin rapier. Piezo ini memerintahkan mesin untuk berhenti ketika ada benang pakan yang putus melalui prinsip gesekan pada weft filler.

Mekanisme :

Dari creel tempat bobin benang pakan dipasang masuk ke dalam accumulator yang berfungsi membentuk gulungan awal dan mnegangkan benang kemudian masuk ke weft filler berbentuk lubang yang akan dilewati oleh benang pakan dan pinggiran lubang dari weft filler sendiri adalah logam yang diberi lapisan karet pelumas agar tidak cepat aus, yang bekerja dengan sistem gesekan atau friksi.Dimana besarnya gesekan tersebut sudah disetting ditentukan dengan timing tertentu sehingga waktu penguluran benang pakan yang bergesekan dengan piezo sensor tidak sesuai maka kabel dari piezo sensor yang menghubungkan ke mesin akan memerintahkan untuk berhenti.

Jadi ketika terjadi peluncuran pakan maka akan terjadi gesekan pada piezo sensor itu sendiri sehingga mesin akan terus memproduksi kain.

Tetapi ketika terjadi putus benang pakan, maka tidak ada gesekan pada piezo sensor sehingga mesin akan berhenti.

3. Pengganti Pakan

- Cop Change

Cop change ini merupakan peralatan pengganti pakan secara otomatis apabila pakan habis, hal ini diperlukan untuk menjaga produktivitas dari proses pertenunan, cop change ini tersusun dari beberapa rangkaian yang saling terhubung untuk mengotomatisasi ketika terjadi pakan habis.

Mekanisme :

Apabila pakan pada copnya masih ada, dan terjadi pengetekan maka peraba akan bergerak ke dalam rumah peraba, namun ketika cop sudah habis maka ketika terjadi pengetekan peraba akan bergeser disebabkan licinnya dari cop sehingga peraba akan bergeser atau tidak kembali masuk ke rumah peraba

Setelah terjadinya pergeseran dari peraba, maka batang penghubug akan menaikkan hook filler, sehingga ketika terjadi pengetekan, hook akan mendorong hook filler untuk menggerakkan konsol untuk sejajar dengan sepatu, sehingga ketika sepatu bergerak, akan bersentuhan dengan konsol sehinngga konsol memberi perintah kepada penekan palet yang ada benangnya untuk masuk ke teropong, sehingga palet yang kosong akan masuk ke tempat pembuangan, kemudian mesin menjalankan produksi seperti biasa

- Shuttle Change

Peralatan pengganti teropong cara kerjanya tidak akan lepas dari peralatan peraba pakan habis. Hal ini dikarenakan dalam pergantian teropong tidak akan berjalan dengan baik bila peraba pakan habisnya tidak bekerja dengan baik. Pada waktu akan terjadinya pergantian teropong kedudukan harus tepat dan tidak boleh terlalu/kurang masuk, bila hal ini terjadi maka pada waktu akan terjadi pergantian mesin harus berhenti karena palet akan rusak.

Bila terjadi pergantian teropong, otomatis terjadi juga pergantian palet. Rata-rata jumlah teropong yang terdapat dalam magazine mesin dengan pergantian teropong adalah 10 buah ditambah 1 buah yang sedang bekerja, jadi ada 11 buah teropong dalam sebuah mesin. Dengan begitu diperlukan biaya yang cukup besar untuk membeli teropong.

GB 183.jpg

Gambar Pengganti Teropong Otomatis Sistim Howa/Toyoda

Dari gambar diatas dapat dijelaskan Mekanisme Penggantian Teropong Otomatis (Automatic Shuttle Change) Sistim Howa/Toyoda :

I. Apabila benang pakan belum habis maka peraba pakan belum bekerja.

II. Apabila benang pakan hampir habis maka peraba pakan akan bekerja dan menggerakkan poros A sehingga mengatur posisi tuil D berada lurus/sejajar dengan penumbuk lade V mendorong tuil D ke kanan dan K, L bergerak ke kiri mendorong teropong (shuttle) ke kiri sehingga terjadilah penggantian teropong.

RENCANA LUSI TAMBAHAN PADA DBWEAVE

Sebelum melakukan teknis dalam penerapan desain pada aplikasi ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yakni :

1. Aplikasi Dbweave

Sebuah software yang dirancang secara khusus untuk mendukung tenunan tangan maupun alat tenun dalam merencanakan kain.

2. Desain

Sebuah pola hasil kreatifitas penenun ataupun pesanan pembeli yang akan diterapkan pada kain.

Setelah mempersiapkan bahan-bahan diatas maka siap dilakukan penerapan desain dalam aplikasi Dbweave diatas, desain diatas adalah desain dengan corak lusi tambahan , berikut akan dijabarkan beberapa langkah kerjanya :

1. Instal aplikasi Dbweave

2. Setelah diinstal buka aplikasi Dbweave tersebut

3. Siapkan desain lusi dasar dan lusi tambahan. Disini desain lusi dasar menggunakan anyaman lusi dengan desain anyaman lusi tambahan seperti di bawah.

4. Buat anyaman polos pada dbweave, yaitu dengan membuat 1 raport polos pada kotak dbweave.

5. Kemudian buat raport lebih banyak anyaman polos tersebut dengan cara klik menu “repeat” yang berada diatas lalu klik “repeat” lagi.

6. Lalu klik “repeat all” sehingga akan muncul pengulangan anyaman polos pada kotak-kotak dbweave.

Berikut hasinya :

7. Berhubung ini merupakan corak anyaman lusi tambahan maka perlu ada tempat pada arah lusi untuk corak lusi tambahan, caranya dengan mem-block seluruh anyaman polos, lalu klik menu Edit > Lancee > Warp Lancee... . Lalu akan muncul Threade Ratio, yang merupakan perbandingan jarak antar lusi, lalu beri ratio 1:1. kemudian ok.

Berikut hasilnya :

8. Tempat yang kosong adalah tempat untuk lusi tambahan, lalu klik range 1 dan ganti dengan range 2 dan masukkan corak anyaman lusi tambahan pada tempat yang kosong tersebut.

9. Setelah desain anyaman dibuat pada dbweave maka tinggal diterapkan pada kain yang akan ditenun, baik tenun tangan maupun alat tenun.