Rabu, 31 Januari 2018

Dekomposisi Kain Cele

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 DEKOMPOSISI KAIN CELE
1.1.1    Maksud dan Tujuan
Mahasiswa diharapkan memilki kemampuan menganalisis dekomposisi kain cele.

1.1.2    Landasan Teori
Kain cele atau kain kotak-kotak merupakan sebuah hasil dari suatu penelitian dan pengolahan pada desain anyaman polos.
            Pada dasarnya pembuatan struktural desain dilakukan dengan jalan mengelola beberapa faktor dari konsentrasi kain yang pada akhirnya untuk mendapatkan gubahan pada strukturnya. Struktur desain dibentuk pada saat kain terseut ditenun. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan ubahan benang dalam desain yang dapat dilakukan dalam sehelai kain.
            Pengelolaan kain cele yang biasanya adalah dengan penggunaan benang yang berbeda-beda warnanya, baik benang lusi maupun benang pakan, sehingga perpaduan untuk benang lusi dan benang pakan membentuk satu motif kotak-kotak akibat dari perbedaan warna benang tadi.
            Apabila benang pakan suatu kain digunakan anyaman kain yang menggunakan warna dua macam atau  lebih maka permukaan akan nampak pada warna bergantung dari anyaman yang digunakan dan susunan warna benang lusi dan benang pakan. Sehingga warnalusi atau pakan akan nampak dipermuakaan kain ditentukan oleh efek lusi atau efek pakan.
            Faktor-faktor konstruksi kain yang dapat diolah meliputi :
·         Penggunaan barang yang berbeda warna
·         Penggunaan barang yang berbeda jenis
·         Penggunaan barang yang diberi pengayaan yang berbeda
·         Penggunaan tetal lusi dan tetal pakan yang berbeda
Anyaman cele mempuyai raport yang paling kecil hampir sama dengan anyaman polos. Selain itu anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak dan paling kokoh serta tidak mudah berubah tempat .
Beberpa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain (dekomposisi kain pada naymn celle) yang digunakan untuk membatu kelancaran percobaan  dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman cel tersebut sifat dan karakteristiknya sama dengan anyaman polos, yaitu :
a.       Anyaman ini paling sederhana dan paling tua serta paling banyak digunaakn
b.      Mempunyai rapot yang kecil dan semua jenis anyaman
c.       Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan saling sederhana yaitu naik satu dan turun satu
d.      Bilangan raport ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah dua helai pakan sedangkan kearah vertikal (panjang kain), atau ke arah lusi diulangi setelah dau helai lusi
e.       Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman kain
f.       Jika faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan bahhan paling kuat dari anyaman lain dan lebih benang teguh atau tidak mudah berubah tempat
g.      Anyaman polos paling sederhana dikombinasikan dengan faktor-faktor yang lain dengan jalan mengubah-ubah desain, baru desain struktural untuk mengubah variasi (appearance)
h.      Banyaknya guun ytang digunakan minimal 2, tetapi untuk tetal lusi yang tinggal digunakna  4 gun atau lebih
Desain kotak (biasanya dalam bahasa asing bentuk kotak adalah cele dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Desain kotak teratur (tiap kotak berukuran sama)

















2.      Desain kotak tidak teratur (tidak sama kotak berukuran sama)












Kain cele adalah kain yang menggunakan anyaman polos sebagai anyaman dasarnya. Konstruksi kotak – kotak pada kain cele merupakan efek warna. Hal inilah yang membedakan antara anyamana polos dengan kain cele. Ciri – ciri kain cele sama dengan anyaman polos karena anyaman dasarnya yang menggunakan anyaman polos. Ciri – ciri kain cele, yaitu :
a.       Merupakan anyaman yang paling sederhana dan paling banyak dipakai
b.      Bekerjanya lusi dan pakan paling sederhana, satu naik satu turun
c.       Merupakan anyaman yang memiliki jumlah repeat terkecil
d.      Pengulangan raport dilakukan setelah dua helai lusi ( kea rah vertikal ) dan dua helai pakan ( kea arah horizontal )
e.       Jumlah silangnnya paling banyak dibandingkan anyaman lain
f.       Dengan anyaman polos kain menjadi paling kuat dibanding anyaman lain dan benangnya lebih teguh dan tidak mudah berpindah tempat
g.      Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan factor – factor konstruksi kain yang lain dari pada anyaman lainnya
h.      Anyaman polos lebih sesuai diberi rupa / appereance yang lain dengan jalan mengadakan ubahan – ubahan desain, baik structural desain maupun surface desain
i.        Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open contruction atau sheer texture). Banyaknya gun yang digunakan minimal dua gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi menggunakan empat gun atau lebih
j.        Anyaman polos banyak dipakai untuk konstruksi medium
k.      Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium
l.      Anyaman polos untuk kain padat ( close contruction ), biasanya menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang lusinya.
m.  Motif kain cele hampir sama dengan  kain sarung, yang membedakan hanyalah

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT DAN BAHAN
1.      Frame [berbahan metal]
2.      Kaca Pembesar
3.      Lubang Pemeriksa
4.      Engsel
5.      Jarum
6.      Mistar dan Satu Set Segitiga
7.      Gunting
8.      Timbangan
9.      Kertas Desain

2.2       LANGKAH KERJA
1.      Menentukan arah lusi dan arah pakan kain yang akan diuji.
2.      Menentukan jumlah anyaman pada kain. [ 3/1 loncat 1].
3.      Memotong kain dengan ukuran [20 x 20] cm.
4.      Menentukan tetal lusi dan tetal pakan dengan menggunting kain contoh uji per 1 inch sebanyak 3 potong kain di tempat yang berbeda berarah horizontal.
5.      Meniras benang dari arah lusi dan pakan, masing – masing 10 dari kanan dan 10 dari kiri. Timbang.
6.      Benang yang telah ditiras dan ditimbang tadi di tentukan panjang rata – ratanya.
7.      Menghitung mengkeret benang [C].
8.      Menentukan nomor benang.                                      
·      No. Metrik [Nm]                  
·      No. Inggris [Ne1]                             
·      Tex                                                   
·      Denier                                  
         
9.      Menghitung berat kain contoh. Yang meliputi :
·      Berat Percobaan/ m²
·      Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
·      Selisih dalam Persen [%]
10.  Menghitung konstruksi masing – masing warna. Meliputi :
·      Kebutuhan masing – masing warna
·      Pengulangan corak
·      Jumlah helai masing – masing warna
·      Berat masing – masing warna
11.  Menghitung kebutuhan benang untuk menenun kain [lusi dan pakan].
12.  Mengambar anyaman cele.
13.  Sample dilampirkan.
BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
NO
TETAL
LUSI [helai/inch]
TETAL
PAKAN
[helai/inch]
PANJANG
LUSI [cm]
PANJANG PAKAN [cm]
1
75
61
22
22
20
22
2
75
61
20
20
20
21
3
75
61
23
22
25
20
4


20
22
22
20
5
20
22
21
29
6
20
22
22
24
7
20
20
21
21
8
20
20
20
23
9
24
22
22
20
10
22
22
22
20
X
67
54
21,25
21,3

29,53 helai/cm
24,02 helai/cm



·         Berat 20 helai : -   Lusi           = 73,5 mg = 0,07 gram
-          Pakan        = 78,5 mg = 0,08 gram
·         Berat Kain = 20 cm x 20 cm = 3,90 gram











Text Box: PAKAN
Text Box: LUSI
 



































Ø Rapot warna                                    
No. urut
Warna
Jumlah helai benang
1
Merah
10 (+10)
2
Kuning
2 (+2)
3
Merah
2 (+2)
4
Kuning
2 (+2)
5
Merah
8 (+8)
6
Kuning 
2
7
Putih
6
8
Kuning
12
Putih
2
10
Hitam
4
11
Putih
2
12
Hitam
2
13
Putih
2
14
Kuning
2
Jumlah
58
Pakan                                                                            Lusi
No. Urut
Warna
Jumlah helai benang
1
Merah
12 (+9)
2
Kuning
31
3
Merah
32
4
Kuning
31
5
Merah
316
6
Hitam
31
7
Putih
261
8
Hitam
62
9
Putih
1
10
Hitam
3
11
Putih
1
12
Kuning
17
13
Putih
6
Jumlah
64


·      MENGKERET LUSI DAN PAKAN  ( x 100%)
Lusi          =  (21,25-20)/21,25 x 100% = 5,9%
Pakan       =   (21,30-20)/21,30x 100% = 6,1%
·      NOMOR BENANG LUSI DAN PAKAN (Nm, Ne, Tex, Td)
Lusi :        - Nm    = P/B               = 4,25/0,07= 60,71
                 - Ne     = 0,59 x Nm    = 0,59 x60,71= 35,82
                 - Tex    = 1000/Nm      = 1000/60,71   = 16,47
                 - Td     = 9000/Nm      = 9000/60,71   = 148,25
Pakan :     - Nm    = P/B               = 4,26/0,08 = 53,25
                 - Ne     = 0,59 x Nm    = 0,59 x 53,25 = 31,42
                 - Tex    = 1000/Nm      = 1000/53,25 = 18,78
                        - Td     = 9000/Nm      = 9000/53,25 = 169,01
-Kebutuhan Lusi dan Pakan untuk masing-masing warna
1) Lusi
A) Jumlah lusi/m : 29,53 * 100 = 2953 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2638/64 = 46,14 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2953-(46*64) = 9 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah:           : (9 * 46)+9     = 1389
- Kuning          : (19 * 46)+0   = 874
- Hitam            : (6 * 46)+0    = 276 helai/m
- Putih                         : (9 * 46)+0     = 414 helai/m
Total = 2953 helai/m
E) Kebutuhan masing-masing warna/m
-Merah             :
-Hitam             : 
-Hitam             : 
-Putih              : 
Total = 51,68 helai/m

2) Pakan
A) Jumlah lusi/m : 24,02 * 100 = 2402 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2402/58 = 41,41 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2402-(41*58) = 24 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah            : (20 * 41)+20 = 840 helai/m
- Kuning          : (20 * 41)+4   = 824 helai/m
- Hitam            : (6 * 41)+0     = 246 helai/m
- Putih                         : (12 *41)+0    = 492 helai/m
Total = 2402 helai/m
E) Kebutuhan masing-masing warna/m
-Merah             : 
-Kuning           : 
-Hitam                         : 
-Putih               : 
Total = 48,03 helai/
-Berat Kain/m2
1) Dengan penimbangan         : Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
:
:
2) Dengan perhitungan           : Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
: 51,68 +48,03 = 99,71 gram
-Selisih
            Selisih Berat: (99,71-97,5)/99,71 * 100%= 2,22%
BAB IV
DISKUSI DAN KESIMPULAN
4.1  Diskusi/ Analisis
Hal yang perlu didiskusikan dalam pengujian ini yaitu, ketelitian uji yang dilakukan oleh pengamat pada saat menghitung tetal pada kain. Agar hasil yang didapat benar – benar akurat, maka penghitungan tetal di kain perlu dilakukan min. 2 kali pada satu tempat yang sama. Proses penghitungan pun sebaiknya dilakukan ditempat yang terang dan dengan meja yang datar supaya mudah untuk mengujinya. Pengguntingan kain sebesar 20 x 20 cm pun harus sejajar dengan benang lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang lusi maupun pakan sebelum kain digunting.

      Pada peraktikum kali ini tidak jauh dari praktikum sebelumnya sehingga kesalahan yang mungkin terjadi tidak jauh sama dengan sebelumnya ,sehingga pada praktikum kali ini hasil yang di dapat selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling baik adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata kurang dari 5% dan pada paraktikum kali ini hasil yang di dapat memuaskan karena belajar dari praktikum sebelumnya tidak mengulang kesalah lagi  seperti :
Ø  Dalam penimbangan praktikan mengalami kesalahan penimbangan, hal itu dapat diperkirakan karena alat yang digunakan sudah kurang bagus sehingga penimbangan kurang tepat,trutama didalam menepatkan jarum diangka nol selain itu dapat terjadi karena benang yang kita potong 20x20 cm tidak tepat,dan tidak rapi bisa itu lebih panjang ataupun bisa kurang, sehingga apabila hasil penimbang-an kurang tepat maka untuk perhitungan selanjutnyapun akan kurang akurat dan jauh dari target atau literatur setandar yang diinginkan. Oleh sebab itu untuk menanggulanginya dapat kita lakukan dengan ketelitian dan kecermatan kita dalam melakukan percobaan
Ø  Dalam melakukan perhitungan jumlah tetal lusi maupun pakan Dalam perhitungan tetal/inchi, karena dihitung dibawah kaca pembesar maka mata kita bisa lelah dengan mata yang lelah maka kemungkinan kesalahan menghitung bisa terjadi, sehinggga perhitungan nantinya bisa salah.dan pada saat menghitung sering lupa sehingga perhitungan dimulai dari awal lagi
Ø  Praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang benang setelah pelurusan 20 lusi dan 20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Ø  karena kain polos  memiliki anyaman yang kelihatan sama dari segala bidang atau arah sehingga praktikan kadang kadang tertukar yang semulanya itu tetal lusi tetapi di jadikan tetal pakan sehingga pada proses perhitungan akan berpengaruh sangat signifikan.
Ø  menentukan  anyaman yang lumayan ribet

Pada peraktikum kali ini Alhamdulillah hasil yang di dapat memiliki perhitungan yang akurat karena praktikan lebih berhati hati dalam pengumpulan data  dan perhitungan
praktikan mengalami kesulitan dalam mendekomposisikan turunan kain keper karena kain yang diberikan memiliki kain yang beraneka ragam dan memiliki banyak sekali dan beragam sama seperti sebelumnya hendaknya memilimalis kesalahan sekecil mungkin supaya mendapat hasil yang maksimal seperti:
Kurang tepat ketika membaca skala pada penggaris maupun timbangan pada neraca
1)      Pengguntingan kain sebesar 20 x210 cm pun harus sejajar dengan benang lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang lusi maupun pakan sebelum kain.
2)      Tidak tepat menentukan kapan naik dan turunya benang lusi dan pakan ketika membentuk anyaman.
3)      Kurang teliti dalam melakukan percobaan dan tidak menerapkan prinsip dasar dalam praktikum lebih mengutamakan cepat beres tanpa melihat keakuratan data yang di dapat
4)      Tidak menimbang kain secara akurat dikarenakan banyak mahasiswa yang tidak sabar mengantri sehingga ketika menimbang, sebelum tanda gram muncul pada mesin timbangan, kain yang ditimbang keburu diambil
5)      praktikan tidak teliti ketika menghitung jumlah tetal lusi dan pakan menggunakan lup dikarenakan tidak terbiasa disamping itu kain yang diamati memiliki benang yang tidak dipuntir sehingga ketika memisahkan lusi dan pakan benangnya tercampur
6)      praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang benang setelah pelurusan 20 lusi dan20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Jika sudah memperhatikan kesalahan seperti point diatas maka hasil akan didapat akan akurat.bahwasanya pada peraktikum kali ini kain yang didapat  beraneka ragam bentuk anyaman,pada kain yang di dapat paraktikum kali ini walaupun memiliki anyaman yang sulit tetapi menentukan jumlah tetal lusi dan tetal pakan tidak terlalu sulit namun menentukan anyaman peraktikan mengalami kesulitan karena menentukan satu rapoet harus menganalisisnya terus menerus sampai ada pengulangan  yang di dapat.


4.2 Kesimpulan
Dengan melakukan dekomposisi pada kain ini, kita dapat mengetahui struktur dan perhitungan yang digunakan pada kain ini. Hal ini diperlukan untuk pembuatan kain yang sama persis dengan kain yang diujikan.



DAFTAR PUSTAKA

Soeparlie Liek, S.Teks., dkk., Teknologi Persiapan Pertenunan, Institut  Teknologi Tekstil,    Bandung, 1974.
Castelli Giovani, Maietta Salvatore. Weaving Reference Book of Textile Technology, Fondazione Acimit.
Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Pertenunan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.






 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 DEKOMPOSISI KAIN CELE
1.1.1    Maksud dan Tujuan
Mahasiswa diharapkan memilki kemampuan menganalisis dekomposisi kain cele.

1.1.2    Landasan Teori
Kain cele atau kain kotak-kotak merupakan sebuah hasil dari suatu penelitian dan pengolahan pada desain anyaman polos.
            Pada dasarnya pembuatan struktural desain dilakukan dengan jalan mengelola beberapa faktor dari konsentrasi kain yang pada akhirnya untuk mendapatkan gubahan pada strukturnya. Struktur desain dibentuk pada saat kain terseut ditenun. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan ubahan benang dalam desain yang dapat dilakukan dalam sehelai kain.
            Pengelolaan kain cele yang biasanya adalah dengan penggunaan benang yang berbeda-beda warnanya, baik benang lusi maupun benang pakan, sehingga perpaduan untuk benang lusi dan benang pakan membentuk satu motif kotak-kotak akibat dari perbedaan warna benang tadi.
            Apabila benang pakan suatu kain digunakan anyaman kain yang menggunakan warna dua macam atau  lebih maka permukaan akan nampak pada warna bergantung dari anyaman yang digunakan dan susunan warna benang lusi dan benang pakan. Sehingga warnalusi atau pakan akan nampak dipermuakaan kain ditentukan oleh efek lusi atau efek pakan.
            Faktor-faktor konstruksi kain yang dapat diolah meliputi :
·         Penggunaan barang yang berbeda warna
·         Penggunaan barang yang berbeda jenis
·         Penggunaan barang yang diberi pengayaan yang berbeda
·         Penggunaan tetal lusi dan tetal pakan yang berbeda
Anyaman cele mempuyai raport yang paling kecil hampir sama dengan anyaman polos. Selain itu anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak dan paling kokoh serta tidak mudah berubah tempat .
Beberpa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain (dekomposisi kain pada naymn celle) yang digunakan untuk membatu kelancaran percobaan  dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman cel tersebut sifat dan karakteristiknya sama dengan anyaman polos, yaitu :
a.       Anyaman ini paling sederhana dan paling tua serta paling banyak digunaakn
b.      Mempunyai rapot yang kecil dan semua jenis anyaman
c.       Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan saling sederhana yaitu naik satu dan turun satu
d.      Bilangan raport ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah dua helai pakan sedangkan kearah vertikal (panjang kain), atau ke arah lusi diulangi setelah dau helai lusi
e.       Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman kain
f.       Jika faktor-faktor yang lain sama, maka anyaman polos mengakibatkan bahhan paling kuat dari anyaman lain dan lebih benang teguh atau tidak mudah berubah tempat
g.      Anyaman polos paling sederhana dikombinasikan dengan faktor-faktor yang lain dengan jalan mengubah-ubah desain, baru desain struktural untuk mengubah variasi (appearance)
h.      Banyaknya guun ytang digunakan minimal 2, tetapi untuk tetal lusi yang tinggal digunakna  4 gun atau lebih
Desain kotak (biasanya dalam bahasa asing bentuk kotak adalah cele dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Desain kotak teratur (tiap kotak berukuran sama)

















2.      Desain kotak tidak teratur (tidak sama kotak berukuran sama)












Kain cele adalah kain yang menggunakan anyaman polos sebagai anyaman dasarnya. Konstruksi kotak – kotak pada kain cele merupakan efek warna. Hal inilah yang membedakan antara anyamana polos dengan kain cele. Ciri – ciri kain cele sama dengan anyaman polos karena anyaman dasarnya yang menggunakan anyaman polos. Ciri – ciri kain cele, yaitu :
a.       Merupakan anyaman yang paling sederhana dan paling banyak dipakai
b.      Bekerjanya lusi dan pakan paling sederhana, satu naik satu turun
c.       Merupakan anyaman yang memiliki jumlah repeat terkecil
d.      Pengulangan raport dilakukan setelah dua helai lusi ( kea rah vertikal ) dan dua helai pakan ( kea arah horizontal )
e.       Jumlah silangnnya paling banyak dibandingkan anyaman lain
f.       Dengan anyaman polos kain menjadi paling kuat dibanding anyaman lain dan benangnya lebih teguh dan tidak mudah berpindah tempat
g.      Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan factor – factor konstruksi kain yang lain dari pada anyaman lainnya
h.      Anyaman polos lebih sesuai diberi rupa / appereance yang lain dengan jalan mengadakan ubahan – ubahan desain, baik structural desain maupun surface desain
i.        Anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis (open contruction atau sheer texture). Banyaknya gun yang digunakan minimal dua gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi menggunakan empat gun atau lebih
j.        Anyaman polos banyak dipakai untuk konstruksi medium
k.      Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi medium
l.      Anyaman polos untuk kain padat ( close contruction ), biasanya menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang lusinya.
m.  Motif kain cele hampir sama dengan  kain sarung, yang membedakan hanyalah

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT DAN BAHAN
1.      Frame [berbahan metal]
2.      Kaca Pembesar
3.      Lubang Pemeriksa
4.      Engsel
5.      Jarum
6.      Mistar dan Satu Set Segitiga
7.      Gunting
8.      Timbangan
9.      Kertas Desain

2.2       LANGKAH KERJA
1.      Menentukan arah lusi dan arah pakan kain yang akan diuji.
2.      Menentukan jumlah anyaman pada kain. [ 3/1 loncat 1].
3.      Memotong kain dengan ukuran [20 x 20] cm.
4.      Menentukan tetal lusi dan tetal pakan dengan menggunting kain contoh uji per 1 inch sebanyak 3 potong kain di tempat yang berbeda berarah horizontal.
5.      Meniras benang dari arah lusi dan pakan, masing – masing 10 dari kanan dan 10 dari kiri. Timbang.
6.      Benang yang telah ditiras dan ditimbang tadi di tentukan panjang rata – ratanya.
7.      Menghitung mengkeret benang [C].
8.      Menentukan nomor benang.                                      
·      No. Metrik [Nm]                  
·      No. Inggris [Ne1]                             
·      Tex                                                   
·      Denier                                  
         
9.      Menghitung berat kain contoh. Yang meliputi :
·      Berat Percobaan/ m²
·      Berat Kain/ m² Menurut Perhitungan [lusi, pakan, jumlahkan].
·      Selisih dalam Persen [%]
10.  Menghitung konstruksi masing – masing warna. Meliputi :
·      Kebutuhan masing – masing warna
·      Pengulangan corak
·      Jumlah helai masing – masing warna
·      Berat masing – masing warna
11.  Menghitung kebutuhan benang untuk menenun kain [lusi dan pakan].
12.  Mengambar anyaman cele.
13.  Sample dilampirkan.
BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
NO
TETAL
LUSI [helai/inch]
TETAL
PAKAN
[helai/inch]
PANJANG
LUSI [cm]
PANJANG PAKAN [cm]
1
75
61
22
22
20
22
2
75
61
20
20
20
21
3
75
61
23
22
25
20
4


20
22
22
20
5
20
22
21
29
6
20
22
22
24
7
20
20
21
21
8
20
20
20
23
9
24
22
22
20
10
22
22
22
20
X
67
54
21,25
21,3

29,53 helai/cm
24,02 helai/cm



·         Berat 20 helai : -   Lusi           = 73,5 mg = 0,07 gram
-          Pakan        = 78,5 mg = 0,08 gram
·         Berat Kain = 20 cm x 20 cm = 3,90 gram











Text Box: PAKAN
Text Box: LUSI
 



































Ø Rapot warna                                    
No. urut
Warna
Jumlah helai benang
1
Merah
10 (+10)
2
Kuning
2 (+2)
3
Merah
2 (+2)
4
Kuning
2 (+2)
5
Merah
8 (+8)
6
Kuning 
2
7
Putih
6
8
Kuning
12
Putih
2
10
Hitam
4
11
Putih
2
12
Hitam
2
13
Putih
2
14
Kuning
2
Jumlah
58
Pakan                                                                            Lusi
No. Urut
Warna
Jumlah helai benang
1
Merah
12 (+9)
2
Kuning
31
3
Merah
32
4
Kuning
31
5
Merah
316
6
Hitam
31
7
Putih
261
8
Hitam
62
9
Putih
1
10
Hitam
3
11
Putih
1
12
Kuning
17
13
Putih
6
Jumlah
64


·      MENGKERET LUSI DAN PAKAN  ( x 100%)
Lusi          =  (21,25-20)/21,25 x 100% = 5,9%
Pakan       =   (21,30-20)/21,30x 100% = 6,1%
·      NOMOR BENANG LUSI DAN PAKAN (Nm, Ne, Tex, Td)
Lusi :        - Nm    = P/B               = 4,25/0,07= 60,71
                 - Ne     = 0,59 x Nm    = 0,59 x60,71= 35,82
                 - Tex    = 1000/Nm      = 1000/60,71   = 16,47
                 - Td     = 9000/Nm      = 9000/60,71   = 148,25
Pakan :     - Nm    = P/B               = 4,26/0,08 = 53,25
                 - Ne     = 0,59 x Nm    = 0,59 x 53,25 = 31,42
                 - Tex    = 1000/Nm      = 1000/53,25 = 18,78
                        - Td     = 9000/Nm      = 9000/53,25 = 169,01
-Kebutuhan Lusi dan Pakan untuk masing-masing warna
1) Lusi
A) Jumlah lusi/m : 29,53 * 100 = 2953 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2638/64 = 46,14 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2953-(46*64) = 9 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah:           : (9 * 46)+9     = 1389
- Kuning          : (19 * 46)+0   = 874
- Hitam            : (6 * 46)+0    = 276 helai/m
- Putih                         : (9 * 46)+0     = 414 helai/m
Total = 2953 helai/m
E) Kebutuhan masing-masing warna/m
-Merah             :
-Hitam             : 
-Hitam             : 
-Putih              : 
Total = 51,68 helai/m

2) Pakan
A) Jumlah lusi/m : 24,02 * 100 = 2402 helai/m
B) Jumlah rapot/m : 2402/58 = 41,41 rapot/m
C) Sisa rapot Lusi : 2402-(41*58) = 24 helai/m
D) Jumlah masing-masing warna/m
- Merah            : (20 * 41)+20 = 840 helai/m
- Kuning          : (20 * 41)+4   = 824 helai/m
- Hitam            : (6 * 41)+0     = 246 helai/m
- Putih                         : (12 *41)+0    = 492 helai/m
Total = 2402 helai/m
E) Kebutuhan masing-masing warna/m
-Merah             : 
-Kuning           : 
-Hitam                         : 
-Putih               : 
Total = 48,03 helai/
-Berat Kain/m2
1) Dengan penimbangan         : Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
:
:
2) Dengan perhitungan           : Jumlah berat lusi + Jumlah berat pakan
: 51,68 +48,03 = 99,71 gram
-Selisih
            Selisih Berat: (99,71-97,5)/99,71 * 100%= 2,22%
BAB IV
DISKUSI DAN KESIMPULAN
4.1  Diskusi/ Analisis
Hal yang perlu didiskusikan dalam pengujian ini yaitu, ketelitian uji yang dilakukan oleh pengamat pada saat menghitung tetal pada kain. Agar hasil yang didapat benar – benar akurat, maka penghitungan tetal di kain perlu dilakukan min. 2 kali pada satu tempat yang sama. Proses penghitungan pun sebaiknya dilakukan ditempat yang terang dan dengan meja yang datar supaya mudah untuk mengujinya. Pengguntingan kain sebesar 20 x 20 cm pun harus sejajar dengan benang lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang lusi maupun pakan sebelum kain digunting.

      Pada peraktikum kali ini tidak jauh dari praktikum sebelumnya sehingga kesalahan yang mungkin terjadi tidak jauh sama dengan sebelumnya ,sehingga pada praktikum kali ini hasil yang di dapat selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling baik adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata kurang dari 5% dan pada paraktikum kali ini hasil yang di dapat memuaskan karena belajar dari praktikum sebelumnya tidak mengulang kesalah lagi  seperti :
Ø  Dalam penimbangan praktikan mengalami kesalahan penimbangan, hal itu dapat diperkirakan karena alat yang digunakan sudah kurang bagus sehingga penimbangan kurang tepat,trutama didalam menepatkan jarum diangka nol selain itu dapat terjadi karena benang yang kita potong 20x20 cm tidak tepat,dan tidak rapi bisa itu lebih panjang ataupun bisa kurang, sehingga apabila hasil penimbang-an kurang tepat maka untuk perhitungan selanjutnyapun akan kurang akurat dan jauh dari target atau literatur setandar yang diinginkan. Oleh sebab itu untuk menanggulanginya dapat kita lakukan dengan ketelitian dan kecermatan kita dalam melakukan percobaan
Ø  Dalam melakukan perhitungan jumlah tetal lusi maupun pakan Dalam perhitungan tetal/inchi, karena dihitung dibawah kaca pembesar maka mata kita bisa lelah dengan mata yang lelah maka kemungkinan kesalahan menghitung bisa terjadi, sehinggga perhitungan nantinya bisa salah.dan pada saat menghitung sering lupa sehingga perhitungan dimulai dari awal lagi
Ø  Praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang benang setelah pelurusan 20 lusi dan 20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Ø  karena kain polos  memiliki anyaman yang kelihatan sama dari segala bidang atau arah sehingga praktikan kadang kadang tertukar yang semulanya itu tetal lusi tetapi di jadikan tetal pakan sehingga pada proses perhitungan akan berpengaruh sangat signifikan.
Ø  menentukan  anyaman yang lumayan ribet

Pada peraktikum kali ini Alhamdulillah hasil yang di dapat memiliki perhitungan yang akurat karena praktikan lebih berhati hati dalam pengumpulan data  dan perhitungan
praktikan mengalami kesulitan dalam mendekomposisikan turunan kain keper karena kain yang diberikan memiliki kain yang beraneka ragam dan memiliki banyak sekali dan beragam sama seperti sebelumnya hendaknya memilimalis kesalahan sekecil mungkin supaya mendapat hasil yang maksimal seperti:
Kurang tepat ketika membaca skala pada penggaris maupun timbangan pada neraca
1)      Pengguntingan kain sebesar 20 x210 cm pun harus sejajar dengan benang lusi dan benang pakan. Agar mudah ditiras dan lurus. Untuk itu, saat penggarisan dilakukan, garis harus benar – benar disejajarkan dengan benang lusi maupun pakan sebelum kain.
2)      Tidak tepat menentukan kapan naik dan turunya benang lusi dan pakan ketika membentuk anyaman.
3)      Kurang teliti dalam melakukan percobaan dan tidak menerapkan prinsip dasar dalam praktikum lebih mengutamakan cepat beres tanpa melihat keakuratan data yang di dapat
4)      Tidak menimbang kain secara akurat dikarenakan banyak mahasiswa yang tidak sabar mengantri sehingga ketika menimbang, sebelum tanda gram muncul pada mesin timbangan, kain yang ditimbang keburu diambil
5)      praktikan tidak teliti ketika menghitung jumlah tetal lusi dan pakan menggunakan lup dikarenakan tidak terbiasa disamping itu kain yang diamati memiliki benang yang tidak dipuntir sehingga ketika memisahkan lusi dan pakan benangnya tercampur
6)      praktikan tidak teliti ketika mengukur, panjang benang setelah pelurusan 20 lusi dan20 pakan sehingga data yang didapat tidak akurat
Jika sudah memperhatikan kesalahan seperti point diatas maka hasil akan didapat akan akurat.bahwasanya pada peraktikum kali ini kain yang didapat  beraneka ragam bentuk anyaman,pada kain yang di dapat paraktikum kali ini walaupun memiliki anyaman yang sulit tetapi menentukan jumlah tetal lusi dan tetal pakan tidak terlalu sulit namun menentukan anyaman peraktikan mengalami kesulitan karena menentukan satu rapoet harus menganalisisnya terus menerus sampai ada pengulangan  yang di dapat.



4.2 Kesimpulan
Dengan melakukan dekomposisi pada kain ini, kita dapat mengetahui struktur dan perhitungan yang digunakan pada kain ini. Hal ini diperlukan untuk pembuatan kain yang sama persis dengan kain yang diujikan.



DAFTAR PUSTAKA

Soeparlie Liek, S.Teks., dkk., Teknologi Persiapan Pertenunan, Institut  Teknologi Tekstil,    Bandung, 1974.
Castelli Giovani, Maietta Salvatore. Weaving Reference Book of Textile Technology, Fondazione Acimit.
Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Pertenunan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.























Tidak ada komentar:

Posting Komentar