Kamis, 01 Februari 2018

LAPORAN

PRAKTIKUM PERSIAPAN PERTENUNAN

PENGELOSAN (WINDING)

Nama : Muhammad Sholahuddin Al-Ayyuby

NPM : 14010072

Group : T4

Dosen : Irwan Z, S.Teks

Asisten : Abdurrohman, S.ST.

Ipan S

Description: 12092773_1224546677571751_1426123997_n

POLITEKNIK STTT

BANDUNG

2015

1. MAKSUD DAN TUJUAN

· Meningkatkan mutu benang :

o Menghilangkan atau membersihkan kotoran – kotoran dari proses pemintalan,yang berupa biji kapas,ranting ,daun.

o Meratakan bagian benang yang lemah dengan cara melewatkan pada mesin pengatur tegangan .

o Samabungan – sambungan yang jelek dan kasar dari proses pemintalan di hilangkan dengan mengunakan slubclather .

· Mengurngi ongkos produksi ( menambah atau meningkatkan efiiensi perusahaan ).

· Membentuk gulungan benang yang sesuai dengan proses yang selanjutnya.

2. TEORI DASAR

Proses memindahkan bentuk gulungan ke bentuk gulungan lain dikenal dengan proses mengelos. Bentuk gulungan yang akan dirubah bentuknya adalah bentuk gulungan dalam bentuk streng yang akan dirubah ke bentuk cones, pengelosan dari bentuk palet (cop) ke bentuk cones serta bentuk gulungan dalam bentuk cones ke bentuk cones juga yang kesemuanya salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu benang itu sendiri serta untuk menyesuaikan dengan bentuk yang dibutuhkan pada tahapan proses selanjutnya. Dalam proses mengelos baik pengelosan dari bentuk streng ke bentuk bobin cakra maupun pengelosan dari bentuk cones ke cones, pada bagian-bagin tertentu benang akan mengalami putus. Untuk itulah pengetahuan dan penguasaan sistem penyambungan benang diperlukan, serta dalam penghitungan produksi teoritis khususnya pada pengelosan dari bentuk cones ke cones yang menggunakan drum beralur.

Pengelosan adalah proses menggulung benang-benang yang berasal dari suatu bentuk gulungan ke bentuk gulungan yang lain tanpa memberikan pengaruh apapun selain untuk memperbaiki mutu dari benang tersebut. Perubahan bentuk gulungan ini dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu bagi proses-proses selanjutnya. Ada beberapa jenis penggulungan antara lain:

1. System penggulungan aktif

Penggulungan benangnya pada bobbin langsung diatas spindle bobbin. Keistimewaan dari mesin kelos ini yaitu kecepatan spindle dengan kecepatan gerak pengantar sedemikian rupa, sehingga jumlah spiral gulungan benang yang diperoleh diatas bobbin persatuan waktu selalu konstan, walau terjadi pada diameter bobbin yang berbeda. Dengan demikian sudut gulungan yang diperoleh akan berubah pada setiap lapisan gulungan, untuk mengatur konfirmasi kecepatan spindle dengan kecepatan pengantar benang ada dua cara, yaitu:

a. Kecepatan spindle tetap pada diameter besar, sedangkan kecepatan pengantar benang berubah-ubah.

b. Kecepatan spindle berubah-ubah, sedangkan kecepatan pengantar benang tetap.

2. System penggulungan pasif

Menggunakan poros friksi sebagai penggulung benangnya. Mesin kelos pasif diantaranya:

F Mesin kelos eksentrik

F Mesin kelos bersayap

F Mesin kelos silinder beralur eksentrik

F Mesin kelos silinder beralur spiral

F Mesin kelos khusus untuk bobbin spiral

Cara kerja mesinnya adalah benang (penggulungnya) pada bobbin terjadi karena gerakan poros friksi (drum). Fungsi dari cakra sebagai penahan agar gulungan ditiap-tiap pinggir tidak meleset, terutama untuk benang-benang yang licin dan yang mengalami perpindahan tempat.

Mesin kelos yang termasuk dalam jenis penggulungan pasif antara lain:

Ø Mesin kelos eksentrik

Mekanisme kerja mesin ini dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

Sebuah poros eksentrik dapat menggerakakn dua buah peluncur pengantar benang dengan berputarnya poros eksentrik, hal ini merupakan panjangnya traverse benang yang digulung pada bobbin (panjang bobbin). Hubungan antara poros eksentrik dengan poros pnggulung melalui perntara roda-roda gigi dengan salah satu roda gigi dapat diganti-ganti (change weel) dengan demikian perbandingan kecepatan treves pengantar benang dengan kecepatan penggulung pada bobbin dapat diatur fungsinya untuk menentukan besarnya sudut gulungan pada bobbin yang akan dihasilkan, yaitu dengan perubahan posisi benag-benang diatas bobbin.

Kekurangan dari mesin ini yaitu:

F Benang yang ditarik dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan benang bertambah berbulu.

F Besarnya produksi mesin kelos ini tergantung pada tekanan spindle terhadap poros friksi (pengaruh slip).

Ø Mesin kelos bersayap

Konstruksi mesin kelos ini hampir sama dengan mesin kelos eksentrik, perbedaannya roda eksetrik pada mesin ini berbentuk sepasang piringan yang berhadapan sehingga diantara kedua piringan tersebut berbentuk celah untuk tempat lewatnya benang. Mesin ini tidak menggunankan peluncur pengantar benang tersendiri. Artinya benang digulung melalui celah piringan eksentrik yang ikut berputar.

Keuntungan dari mesin ini yaitu :

F Mengurangu terdapatnya bulu-bulu pada benang.

F Tidak menimbulkan banyak suara.

Ø Mesin kelos silinder beralur

Mesin kelos ini berbeda dengan mesin kelos sebelumnya, karena pada umunya menggunakan poros pengantar benang dan poros penggulung benang tersendiri. Poros pengantar benang juga berfungsi sebagai poros penggulung. Maka diperlukan diameter drum yang cukup besar (D ± 10 inci). Pada drum diberi saluran/split yang berfungsi sebagai eksentrik pengantar benang, sedangkan spindle bobbin langsung diputarkan oleh drum ini.

Pada drum penggulung ini hanya terdapat sebuah saluran yang berfungsi sebagai eksentrik pengantar benang. Dibagian tengah dari saluran ini terdapat konstruksi yang berbentuk elips sehingga bila berputar benang yang melalui akan mengalami perubahan tegangan.

Keuntungan dari mesin ini adalah:

F Menghindari penumpukan pada lapisan-lapisan benang.

F Memenuhi sudut gulungan dan panjang secara teratur.

Kerugian dari mesin kelos ini adalah:

F Karena alurnya hanya satu agar memenuhi susut gulungan dan panjang bobbin yang teratur, maka diameter drum harus teratur.

F Sudut gulungan tidak dapat diubah.

Ø Mesin kelos silinder beralur spiral (sleeved cylinders)

Pada dasrnya konstruksi mesin kelos ini sama dengan mesin kelos silinder beralur eksentrik, perbedaannya dengan splits drum, pada sleeved cylinders alurnya berupa spiral. Setiap spindle drum jumlah spiralnya berbeda-beda, sehingga setiap kali putaran dari pada spindle akan menghasilkan jumlah spiral yang berbeda-beda. Pencipta mesin ini adalah pabrik “UNIVERSAL”.

Keuntungan daripada mesin ini adalah:

Benang digulung diatas silinder, sedangkan benang ditarik melalui slips/spiral yang lembut sehingga jalannya benang/tegangan lebih teratur dan tidak akan menimbulkan bulu-bulu pada benang.

Ø Mesin kelos khusus untuk bobbin cakra

Seperti pada mesin-mesin kelos terdahulu, cara kerja mesin kelos ini sama. Untuk memperoleh bentuk gulungan silinder biasa maupun berbentuk tong (tonform) maka pengantar benang diperlengkapi dengan beberapa eksentrik. Pemasangan eksentrik pada stang-stang pengantar benang dapat dikombinasikan sedemikian rupa.

Secara umum tujuan dari proses pengelosan antara lain :

· Untuk memperbaiki mutu benang yang dikelos, mutu yang mencakup: kekuatan benang, kerataan benang, kebersihan benang dari sambungan-sambungan yang kurang baik.

· Untuk mengurangi biaya produksi, sebagai akibat dari meningkatnya efisiensi perusahaan.

· Untuk menyesuaikan dengan bentuk yang diperlukan pada proses selanjutnya.

Bentuk awal gulungan yang diterima oleh Departemen Persiapan Pertenunan, tidak selalu sesuai dengan bentuk gulungan yang digunakan pada tahap proses di Departemen Persiapan Pertenunan.Bentuk gulungan yang diterima di departemen persiapan pertenunnan antara lain adalah bentuk bobin dan bentuk streng.

Pengelosan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tegangan benang sesuai dengan nomer benang yang dikelos agar gulungan padat.

2. Tidak boleh ada benang yang menggelincir dari sudut gulungan.

3. Besar diameter gulungan harus sesuai dengan penggulungan selanjutnya.

4. Hasil gulungan harus sejajar dengan panjangnya bobbin.

5. Pengantar benang harus sejajar dengan panjang bobbin.

Pada proses penggulungan kembali benang hasil gulungan di pemintalan, benang yang dibersihkan dari pengaruh-pengaruh kotoran, debu-debu, bulu-bulu, simpul-simpul sambungan yang terlalu besar serta bagian-bagian yang lemah dan bagian-bagian yang tebal. Proses pembersihan dilakukan dengan cara melewatkan beanng pada sikat, serta celah dua logam yang jaraknya telah diseusaikan dengan diameter benang. Peralatan ini adalah peralatan slub catcher yang terdiri dari dua kepong logam yang berbentuk pisau dan dipasangkan berdekatan satu sama lain. Jarak antara dua keping logam dapat diatur, disesuaikan dengan ukuran benang yang lewat diantaranya, berikut ini dilampirkan data jarak pengaturan celah pada slubcatcher.

Untuk benang-benang yang ukuran penampangnya melebihi ukuran celah antara dua logam, pada tempat ini benang akan putus, sedangkan benang-benang yang menipis pada saat benang ini lewat peralatan tegangan benang maka beanng akan putus juga pada daerah ini, hal ini terjadi karena pada bagian yang mengecil, walaupun pada bagian beanng ini mempunyai twist atau puntiran yang lebih besar, tetapi karena bagian ini hanya terdiri dari beberapa helai saja ( jumlah serat pada bagian lain) maka beanng pada bagian kecil ini mempunyai kekuatan lebih kecil. Sedangkan pada bagian benang yang lebih tebal, walaupun pada bagian ini tebal (diameter benang lebih besar) tetapi kekuatannya lebih rendah daripada bagian benang yang lain. Karena penebalan benang tersebut diakibatkan oleh twist yang rendah. Benang yang mengandung kotoran, pegangan serat kurang berkesinambungan dan mudah slip, sehingga bagian benang ini menjadi rendah kekuatannya.

Kepadatan gulungan (volume gulungan) merupakan hal yang paling penting pada proses rewinding sebab dengan gulungan yang tidak sempurna akan menyebabkan terjadinya efek-efek yang sangat merugikan. Suatu hal yang sering dijumpai, ialah terbentuknya gulungan benang yang lembek yang mana hal ini disebabkan oleh pengaruh benang yang tegangannya kurang baik serta tekanan dengan pegangan gulungan terhadap drum friksi kurang besar. Adapun akibat yang timbul dari gulungan yang lembek , yaitu:

a) Benang akan mudah terlepas dari gulungannya, sehingga jika gulungan ini benangnya terlepas maka akan menjadi sangat sukar dimanfaatkan kembali dan akan menjadi limbah.

b) Benang pada proses penggulungan ini di bagian pinggirnya sering dijumpai lilitan sehingga pada proses pembukaan gulungan benang sering putus.

Sebaliknya, jika tegangan terlalu besar, gulungan bagian dalam akan tertekan oleh lapisan gulungan yang ada pada bagian terluar, sehingga bentuk gulungan akan menjadi cekung bahkan kadang-kadang gulungan bagian dalam akan tertekan keluar.

Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan gulungan adalah:

1. Kecepatan penggulungan

2. Bentuk alat tegangan

3. Macam benang yang digulunga

4. Bentuk gulungan

5. Nomor benang

Untuk mendapatkan gulungan benang yang kepadatannya baik, disarankan untuk memperoleh beban-beban yang sesuai dengna yang ada pada tabel. Ada beberapa konstruksi alat pengukur tegangan yang pada prinsipnya sama bekerjanya, yaitu benang harus dilewatkan melalui sepasang atau beberapa klem yang fungsinya sebagai penjepit. Dengan tenaga jepitan tersebut, maka benang pada posisi anatar alat ini dengan bobin akan mengalami tegangan tertentu.

PERALATAN PENGATUR TEGANGAN DAN PEMBERSIH TEGANGAN

v Alat pengatur tegangan benang sistem cincin pemberta atau “perfect”. Bagian badan alat pengatur tegangan benang dibuat dari logam atau bahan sintetis. Benang dilewatkan badan dengan cincin, untuk memperoleh tekanan tertentu cincin dapat ditambah atau dikurangi, karena itu menjaga hal tersebut maka pada porosnya diberi kunci mur baut khusus.

v Alat penjepit atau penjepit putaran benang yang berbentuk pisau atau plat.

v Alat pembersih dan pengantar benang yang disusun dengan baik, akan menghasilkan gulungan benang yang memuaskan dengan pelayanan yang mudah dan cepat

v Jalannya benang: benang disuapkan melalui sepasang pisau pembersih dan pasangan rol-rolkemudian untuk membersihkan kotoran-kotoran baik yang melekat pada peralatan maupun yang terbawa jalan benang ditiup oleh terompet angin.

v Alat yang pada prinsipnya sama dengan alat diatas hanya perbedaannya pada penggunaan alat penegang, yang dalam hal ini menggunakan sistem “perfect: berganda. Peralatan ini dapat dilengkapai dengan pengawasan peralatan stop motion sekaligus, sehingga sangat bak untuk dipasang pada mesin-mesin kelos/perangkap benang. Dan dalam praktek, dilakukan pengelosan dengan peralatan ini.

Untuk mengatur tegangan benang, tegangan pada benang akan meningkat apabila kecepatan mesin (rpm) dinaikkan. Apabila peningkatan tegangan ini melebihi kemampuan dari benangnya maka benang tersebut akan putus. Selain itu dengan kecepatan yang tinggi akan mengakibatkan pula gesekan yang besar yang akan menambah kemungkinan putusnya benang tersebut. Untuk mendapatkan mesin yang baik diperlukan pemeliharaan yang sempurna sehingga akan menjamin kelancaran proses.

Pengaruh tegangan lebih lanjut terhadap bentuk dan gulungan adalah:

! Semakin besar tegangan maka semakin padat gulungan benang tersebut, tetapi hal ini menyebabkan benang banyak putus

! Semakin kecil tegangan maka semakin gembos gulungan, tetapi benang semakin kurang mengalami putus

! Yang dikehendaki adalah berat tegangan yang optimal dengan putus kecil dan mutu benang yang baik

Terangkatnya gulungan daari bersinggungannya gulungan terhadap drum friksi, maka bagian benang pada lapisan terluar akan terkikis permukaannya dan kemudian akan menurunkan kekuatannya.

Untuk mendapatkan angka kepadatan gulungan dapat digunakan rumus sebagai berikut:

W = bertat benang dalam gulungan

V = volume gulungan benang

Density (gram/cm2) =

Sedangkan tegangan yang diberikan antara dua permukaan yang berhubungan akan menimbukan gesekan, karena tanpa gesekan, maka proses penggulungan tidak akan berguna, supaya dapat menggunakan gesekan yang baik adalah bahwa gesekan tersebut mampu untuk menahan tegangan yang diberikan kepadanya. Jalannya benang melalui dua pengantar dengan tegangan pembersih bersandar dengan benang.

TENSION WASHER

Tension waher adalah alat pengatur tegangan, sesuai dengan namanya maka alat ini berfungsi untuk menyesuaikan besarnya beban yang harus diberikan kepada benang yang sedang digulung. Hal ini perlu untuk meratakan benang terutama dalam hal kekuatannya, yaitu apabila ada bagian-bagian benang yang lemah maka benang tersebut akan putus.

SLUB CATCHER

Slub catcher adalah alat pengatur pembersih benang yang akan memutuskan benang apabila terjadi slub atau perubahan diameter yang membesar daripada benang itu sendiri. Hal ini bisa terjadi apabila slub catcher tersebut disetting sedemikian rupa sesuai dengan nomor benang yang diproses.

BLADE SLUB CATCHER

Blade slub catcher merupakan bentuk dari slub catcher yang menggunakan plat/pisau. Pada alat ini dilengkapi dengan sebuah mur yang dapat bergerak, dan plat/pisau tersebut ditumpuk-tumpuk diatas plat tetap. Maksudnya dilengkapi dengan pengatur pembersih diantara dua pisau adalah untuk menyesuaikan diameter benang yang sedang diproses, yaitu juka diameter benang yang sedang diproses lebih besar dari normal disebabkan slub, atau bagian benang yang menebal, maka benang tersebut akan menyangkut pada pisau yang langsung dapat memotong benang akibatnya benang putus.

STOP MOTION

Stop motion adalah alat penghenti benang putus pada mesin kelos Murata yang berupa tuas. Cara kerjanya adalh sebagai berikut:

Pertama, staring handle ditekan kebawah, yang menimbulkan claw bergeser ke kiri kemudian ke kanan dari tempatnya yaitu connection lever, karena adanya tekanan yang disebabkan oleh adanya tekanan yang disebabkan oleh benang pada wire holder maka balance weight terangkat keatas sehingga Hammer lever yang tadinya terkait oleh catch lever terlepas dan Hammer lever bergerak keatas ke bawah yang disebabkan oleh putaran eksentrik stopping wheel.

Bila terjadi benang putus maka balance weight yang tadinya terangkat ke atas karena wire holder tertekan oleh benang, balance weight akan turun. Hammer lever yang bekerjanya naik turun akan terkait kembali oleh catch lever dan berhenti sehingga erksentrik akan mendorong dan menekan ke atas starting handle bar, hal ini akan menyebabkan pergeseran claw ke kana kemudian ke kiri pada connection lever dan cone benang yang tadinya menempel pada cone drum akan terangkat ke atas dengan demikian cone akan berhasil dan ujung benang akan mudah ditemukan untuk disambung kembali.

3. ALAT DAN BAHAN

· Satu cone benang dengan Ne tertentu.

· Satu buah paper cone kosong.

· Kunci slubclhater.

  • Thicknessgauge.
  • Timbangan.

· Mesin kelos murata.

  • Jangka sorong.

4. LANGKAH KERJA

1. Menimbang berat cone kosong

2. Memasang cone pada spindel

3. Benang yang digunakan dalam bentuk cones pada praktikum sebelumnya dipasang pada mesin kelos

4. Lalu pasang paper cones kosong dibawah mesin kelos posisikan pada kedudukannya

5. Kemudian menjalankan mesin kelos

6. Lilitkan ujung benang pada cone dan putar perlahan-lahan, dengan melalui alat pengantar tegangan, slubchater dan pengantar benang.

7. Menggerakkan handel pada posisi jalan,sehingga bobin mulai berputar dan terjadi penggulungan benang

8. Mengawasi mesin dan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengelos benang

9. Setelah pengelosan selesai,berat cone + benang ditimbang dan diukur diameternya

10. Memilih nomor benang yang akan dikerjakan

11. Menghitung besarnya diameter benang

12. Menyetel slubcatcher

13. Menentukan beban tension washer

14. Menyiapkan benang yang telah ditentukan nomornya untuk dikelos

15. Mengganti jumlah putus benang

16. Menghitung efisiensi produksi

5. DATA DAN PERHITUNGAN

Pengumpulan Data :

d1

d2 H

D1 D2

Diketahui data sebagai berikut:

T = 18,29 menit

Nomer benang = Ne1 20

Keterangan cone :

D1 = 6,51 cm d1 = 1,55 cm

D2 = 7,51 cm d2 = 3,66 cm

h =15 cm

Massa cone kosong (a) = 30,55 gram

Massa cone isi (b) = 99,79 gram

produksi nyata (b-a) = 69,24 gram

Diameter poros pusat = 8,6 cm

Diameter poros atas = 20 cm

Diameter bawah = 7 cm

S’

=

GEARING DIAGRAM MESIN KELOS MURATA


v Produksi nyata : (Cone Isi – Cone kosong) = 72,50-35,98 =69,24 gram

v Produksi teoritis

Prod/sp/38,10 =

=

=

=

=96,79 gram

Effisiensi = x 100%

= x 100%

= 71,53 %

Desenty

= 0,1198

6. JAWABAN PERTANYAAN

Pertanyaan:

1. Uraikan langkah-langkah penyetelan slubcatcher dan tension washer secara berurutan.

2. Gambar jalannya benang pada proses perngelosan pada mesin kelos Murata. Jelaskan pula cara kerjanya.

3. Bagaimanakah cara menentukan atau mengatur besarnya diameter gulungan yang diinginkan.

4. Sebut dan jelaskan macam-macam cacat gulungan. Lengkapi jawaban sdr. tersebut dengan gambar.

5. Tentukan besarnya slit gauge bila dikelos benang carded katun 150 dtex.

6. Carilah effisiensi mesin kelos Murata berdasarkan data yang sdr daptkan dalam praktek. Hitung produksi mesin kelos tersebut (kg/jam) bila benang yang dikelos adalah cotton combed Ne1 60.

7. Hitung density dari benang pada cones tersebut.

Jawaban:

1. Urutkan langkah-langkah penyetelan slubcatcher dan tension washer secara berurutan.

  • Longgarkan celah dengan kunci T
  • Letakkan plat diantara celah slubcatcher
  • Pres atau retakan kembali dengan kunci T
  • Setel tension berdasarkan tabel no benang
  • Pasang benang

· melihat tabel yang sudah di berikan oleh dosen apakah nomer benang yang kita miliki termsuk carded atau combed

  • Cari benang yang telah diketahui nomernya

· Dari nomer benang tsb didapat besarnya celah slubcatcher dengan melihat tabel atau bisa juga dengan perhitungan (rumus) yaitu :

Diameter benang combed

carded

2.

Jalannya benang pada proses pengelosan pada mesin kelos Murata adalah sebagai berikut:

1. Pertama, benang pada cone akan melewati tension washer yang terdapat beban beban untuk mengatur tegangan

2. Kemudian, benang akan melewati poros penggulungan dan diproses agar sesuai dengan bentuk cones

3. Terakhir, benang akan menggulung pada cones

3. Dengan menggunakan blade slub catcher. Alat ini dilengkapi dengan sebuah mur yang dapat bergerak, dan plat/pisau tersebut ditumpuk-tumpuk diatas plat tetap. Maksudnya dilengkapi dengan pengatur pembersih diantara dua pisau adalah untuk menyesuaikan diameter benang yang sedang diproses, yaitu juka diameter benang yang sedang diproses lebih besar dari normal disebabkan slub, atau bagian benang yang menebal, maka benang tersebut akan menyangkut pada pisau yang langsung dapat memotong benang akibatnya benang putus.

4. Macam-macam cacat gulungan diantaranya adalah :

  • Gulungan silang

Gulungan silang yaitu adanya benang yang menyilang di bagian bawah atas gulungan.cacat ii dapat disebabkan karena kedudukan cones pada cone drum tidak rata sehingga ketika benang di gulung,benang pada sisi ini gulungan letaknya tidak dapat tetapi keluar.

  • Gulungan Gembos

Gulungan gembos pada cones terjadinya cacat gulungan ini karena banyak disebabkan oleh tension ,baik kurang tepatnya tegangan yang di berikan ,benang ini tidak melewati rangkain penegang atau rankain penegangnya tida bersih ,jika benang tidak mendapatkan tension ,maka gulungan akan gembos dan jika tensin diberikan terlalu besar mak gulungan menjadi keras,untuk menjaga supaya tidak terjadi cacat gulungan ,pemberian tegangan harus tepat dengan mengatur tension sesuai dengan nomer dan jenis benangnya

  • Gulungan bersetep

Gulungan bersetep gulungan yang terjadi hanya sebagian sisi saja hal ini terjadi karena pada alur derum beralur tersebut tidak dapat mengantarkan benang keseluruh permukaan cones,untuk mencegah cacat ini terjadi alur derum harus selalu dalam keedaan bersih,tidak ada bedang sissa yang masuk pada drum

  • Gulungan lepas

Terjadi karena tidak terjepitnya benang oleh tension dan cones licin ,sehingga tidak dapat tegangan melorot keluar gulungan diperbaiki dengan cara memperhatikan apakah jalanyan benang sudah melalaui rangkain penegang tau tidak ,dan cones cone licin diganti

  • Gulungan kriput

gulung ini terjadi karena factor tension,kadang kadang terjepit oleh piringan penegang dan kadang kadang tidak karena piringanya longgar /hampir lepas

  • Gulungan Bergelombang ,Gulungan Tidak Rata

Terjadinya gulungan ini disebabkan oleh posisi cradle yang tidak kuat atau goyang sehingga merubah setting antara cones dan drum beralur .selain ini rpm yang tidak setabil menyebabkan bentuk gulingan bergelombang atau tidak rata dan juga cones yang licin ,sehingga pada awal penggulungan ,benang yang pertama digulungan cendrung melorot.

  • cacat gulungan ribbon

Cacat gulungan ribbon ialah gulungan yang mempunyai permukaan gulungan tidak rata atau kerataan antar benangnya berbeda ini dapat di sebaabkan karena pada cone ulur terdapat kotoran sehingga kerapatan benangnya tidak teratur

  • gambar cacat gulungan

Description: J:\IMG_20141020_0001.jpg

5.

Ne13,94

= 0,0179 inch

6. Ne1 60 :

Produksi Nyata = 69,24x 453,6

768 x 60

=2453,69 gram

Produksi teoritis = 96,79 x 453,6

768 x 60

= 3429,99 gram

Efisiensi = 2453,69 x 100 %

3429,99

= 71,54 %

7. Sudah terlampir di Data dan Perhitungan

7. DISKUSI

Praktikum pengelosan (winding) benang dari bentuk cone ke cone ini hampir sama dengan pengelosan benang dari bentuk streng ke cone, hanya saja pada praktikum ini bentuk awalnya sama-sama cone. Kemudian, berbeda dengan pengelosan (winding) benang dari bentuk streng ke cone, pada pengelosan ini, tidak perlua adanya pengebutan. Banyak sekali penyebab-penyebab atau faktor-faktor yang menyebabkan proses dan hasil pengelosan (winding) kurang baik, dan juga proses pengelosan jadi membutuhkan waktu yang lebih lama.Karena adanya beberapa poros penggulungan yang rusak, sehingga menyebabkan benang yang digulung pada cones menjadi tidak rata, cones bagian atas tidak tergulung sedangkan cones bagian bawahnya tergulung sehingga menyebabkan bentuk gulungan benang pada conesnya menjadi jelek. Cones kosongnya juga ternyata berpengaruh terhadap hasil pengelosan. Cones yang tidak kuat atau lembek menyebabkan hasil gulungan benang menjadi tidak baik. Kemudian pada saat proses pengelosan, benang yang digulung terkadang keluar dari batas sudut penggulungan sehingga kita harus membenarkannya agar tidak keluar dari batas sudut penggulungan tersebut. Tegangan benang atau tenshion washer juga harus kita atur dengan baik dengan cara menambah atau mengurangi beban-beban pemberat pada alat pengatur tegangan. Jika beban terlalu berat maka kemungkinan benang putus semakin besar. Namun apabila beban terlalu ringan maka kepadatan gulungan benang akan kecil. Lalu yang terakhir adalah penyambungan benang. Penyambungan benang yang tidak kuat menyebabkan kemungkinan benang akan putus lagi menjadi tinggi, apabila benang putus lagi maka kita harus menyambungkannya kembali dan akan memperlama proses pengelosan. Begitupun dengan penyambungan benang yang lama, akan menyebabkan proses pengelosan berjalan lebih lama juga. Ketelitian orang yang melakukan pengelosan juga sangat dibutuhkan. Kita tidak tahu kapan benang itu akan putus. Jika kita lengah saat benang itu putus, maka ujung benang yang akan disambungkan akan sulit ditemukan. Dari diskusi ini, terbukti bahwa teori dengan praktik itu tidak berbeda. Apa yang didapat saat praktik sama dengan yang ada pada teori.

Praktikum ini terbilang lebih cepat dibandingkan praktikum dari streng ke cone. Hal ini diakibatkan karena kita tidak perlu melakukan pengebutan dan juga tidak banyak benang yang putus. Beban pemberat pada tension washer sudah diatur sesuai dengan yang ada pada tabel dan disesuaikan dengan nomor benang yang dikelos sehingga benang tidak banyak putus.

8. KESIMPULAN

Pengelosan merupakan suatu proses yang sangat penting dalam peroses persiapan pertenunan Pengelosan adalah proses penggulungan benang atau pengubahan dari bentuk satu kebentuk lain tanpa memberikan pengaruh apapun selain untuk memperbaiki mutu dari benang tersebut menyesuaikan besarnya beban yang harus diberikan kepada benang yang di gulung melalui pengaturan slubcatcher dan tension . Hal ini penting sekali antara lain untuk meratakan kerataan dan kekuatan benang.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukanpada praktikum kali ini didapat hasil sebagai perhitungan sebagai berikut :

a) Produksi Nyata / 18,29 menit = 69,24gram

b) Produksi teoritis = 96,79 gram

c) Density = 0,1198 gram / cm3

d) Efisiensi produksi = 71,53 %

9. DAFTAR PUSTAKA

Lembaran kerja praktek pertenunan 1. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Uyahara, Rahayusri. Pengelosan. http://pengelosan.blogspot.com/2013/01/pengelosan.html (diakses pada tanggal 21 Juli 2013)

Puwaningwulan, Rizki. Praktikum Pengelosan. http://rizkipurwaningwulan.blogspot.com/2014/01/praktikumpengelosan-winding-i.html (diakses pada Januari 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar